Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis Tulang Belakang, Cuma Punya 100 Ribu Orang

28 Juni 2022 14:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Media Gathering Eka Hospital oleh Dr. dr. Luthfi Gatam, Sp.OT (K). Selasa (28/6/2022.) Foto: Ainun Nabila/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Media Gathering Eka Hospital oleh Dr. dr. Luthfi Gatam, Sp.OT (K). Selasa (28/6/2022.) Foto: Ainun Nabila/kumparan
ADVERTISEMENT
Dokter spesialis ortopedi atau tulang belakang dr.Luthfi Gatam, Sp.OT (K) Spine menyebut jumlah dokter yang terkait bidangnya di Indonesia masih jauh dari ideal. Pasalnya dari 273 juta penduduk, hanya tersedia kurang dari 100 ribu dokter ortopedi.
ADVERTISEMENT
Chairman dari Gatam Institute ini juga menjelaskan bila dilihat dari penelitian idealnya perbandingan dokter ortopedi dengan jumlah penduduk adalah 1 banding 3.000. Artinya satu dokter ortopedi tersedia untuk setiap 3.000 penduduk.
Maka bila jumlah penduduk Indonesia ada 273 juta, seharusnya ketersediaan dokter ortopedi adalah 27.300 dokter. Indonesia bahkan belum mencapai setengahnya.
“Itu kalau perbandingannya 10 ribu loh. Sekarang kita 100 ribu aja belum sampai. Berarti kita masih kurang banyak. Jauh banget apalagi ahli tulang belakang. Lebih dikit lagi. Ahli tulang belakang yang resmi ya official mungkin 150 seluruh Indonesia. Dikit banget,” terang Luthfi pada acara Media Gathering Eka Hospital yang digelar di Tanatap Coffee jalan Ampera Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (28/6).
ADVERTISEMENT
Luthfi menyebut kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah jumlah produksi dokter ortopedi di Indonesia yang sedikit sebab universitas yang tersedia untuk spesialis ini juga sedikit.
Dokter Spesialis Bedah Ortopedi di Eka Hospital ini menjelaskan bila satu universitas dalam satu tahun hanya bisa memproduksi 2-3 orang, dengan jumlah institusi hanya 2-3 Institusi. Sehingga dalam satu tahun hanya berhasil mencetak dokter spesialis ortopedi sebanyak 6 orang. Jumlah ini masih jauh dengan perbandingan kebutuhan tulang belakang.
Ilustrasi dokter menutupi wajah. Foto: Shutter Stock
Tetapi sejak adanya program percepatan fellowship training program, dokter ortopedi sekarang bisa mencapai 10 orang setahun.
“Bayangin kebutuhannya banyak tapi dokternya sedikit. Sekarang kita lakukan percepatan dengan apa dengan melakukan kita sebut fellowship training program satu tahun. Itu kita comotin aja dari beberapa daerah kita ambilin. Jadi kita ajak maganglah. Suatu saat kita uji, lulus udah. Supaya cepet. Nah alhamdulillah sekarang dengan percepatan itu bisalah lulus setahun dari 6 sekarang 10 setahun,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Penyebab lain dari kurangnya ketersediaan dokter tulang belakang ini menurut Luthfi adalah hambatan pola pikir. Ia menyebut banyak dokter yang masih berpikir bahwa banyak dokter spesialis akan mengancam pendapatan dari ranah pekerjaan mereka.
“Yang kedua ada hambatan yang selalu saya bilang yaitu hambatan pola pikir. Coba ya dulu ya senior senior saya berpikir 'gue kalo ga banyak banyak orang rejeki gue banyak.' Akhirnya dia batasi. Nah kejadian itu mungkin berlangsung sampai terakhir mungkin 10-20 tahun lalu. Sekarang kita baru terpikirkan kebutuhan ini adalah harus banyak nih. Mulai lah produksi ahli tulang belakang,” pungkas Luthfi.
Sementara itu bila dilihat dari data Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI) pada tahun 2021, jumlah Anggota PABOI adalah 1.182 anggota di seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT