Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Indonesia Perkuat Pengaruh di Pasifik Lewat Our Ocean Conference
31 Oktober 2018 9:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Dalam Our Ocean Conference (OOC) yang berlangsung sejak 29 Oktober hingga 30 Oktober 2018 di Nusa Dua, Bali, bukan hanya komitmen untuk pelestarian laut yang dikeluarkan Indonesia, upaya memperkuat pengaruhnya di kawasan Pasifik juga dilakukan.
ADVERTISEMENT
Selama konferensi yang dihadiri sejumlah menteri luar negeri dan kepala negara, Pemerintah Indonesia menggelar serangkaian pertemuan bilateral. Kebanyakan pertemuan itu berlangsung dengan negara yang berada di Samudra Pasifik di antaranya Palau, Nauru, Kaledonia Baru, dan perwakilan Melanesian Spearhead Group (MSG).
Dalam pertemuan dengan Palau, Indonesia mencoba menyelesaikan masalah batas laut. Presiden Joko Widodo yang hadir langsung untuk bertemu dengan Presiden Palau Tommy Remengesau meminta urusan batas kedua negara bisa segera diselesaikan.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, pembahasan soal batas teritorial memang tidak mudah. Meski demikian, setelah pertemuan di Bali, akan ada pertemuan lanjutan sehingga masalah tersebut selesai dengan segera.
"Jadi di akhir bulan Oktober akan ada perundingan kembali mengenai batas maritim kita, tepatnya ZEE, dengan Palau. Kedua pemimpin berharap tim teknis dapat segera menyelesaikan perundingan ini," sebut Retno, Senin (29/10).
ADVERTISEMENT
Sembari berbicara soal batas maritim, Indonesia juga membantu pembangunan sumber daya manusia di Palau. Retno mengklaim, bantuan Indonesia untuk negara yang berbatasan dengan perairan Papua itu, disambut baik.
"Palau juga menyampaikan apresiasi atas niatan Indonesia untuk membantu capacity building, misalnya, di bidang keperawatan, di bidang hidografis, dan juga di bidang diplomatik. Presiden menyatakan Indonesia sangat terbuka untuk memberikan capacity building, tentunya sesuai dengan kebutuhan Palau," papar Retno.
Pertemuan antara Jokowi dan Presiden Nauru Baron Waqa juga berlangsung di sela-sela berlangsungnya OOC 2018. Sikap Nauru yang dianggap menghormati kedaulatan Indonesia, khususnya mengenai isu kemerdekaan Papua, kembali diapresiasi Jokowi.
"Presiden juga menyampaikan apresiasi Indonesia terhadap sikap Nauru yang secara tegas menghormati kedaulatan Indonesia," kata Retno.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, Nauru pernah menjadi negara anggota Pacific Island Coalition for West Papua. Koalisi internasional ini, melalui negara anggotanya, beberapa kali menyuarakan soal pelanggaran HAM yang terjadi di Papua.
Sedangkan dengan Kaledonia Baru, Indonesia melihat adanya potensi ikatan kerja sama yang dirintis dengan jalur budaya. Banyaknya diaspora Indonesia di negara Francophone itu dianggap sebagai peluang untuk memperkuat hubungan antara dua negara.
"Keberadaan keturunan Jawa di Kaledonia Baru, yang dua tahu lalu kita peringati 100 tahun, saya sampaikan ini merupakan aset bagi kita untuk meningkatkan hubungan dengan Kaledonia Baru," tutur Retno.
Retno yakin, penguatan hubungan antara Kaledonia Baru dan Indonesia yang dimulai dari kerja sama bidang kebudayaan dapat mengarah ke kerja sama yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Indonesia juga menggelar pertemuan bilateral dengan Direktur Jenderal Melanesian Spearhead Group (MSG), Amena Yauvoli. Dalam kesempatan itu, Retno menyampaikan komitmen Indonesia membantu pembangunan sumber daya manusia di negara-negara Pasifik.
"Beliau sampaikan apresiasi terhadap kontribusi Indonesia selama ini dilakukan untuk MSG termasuk capacity building terkait hal negara negara pasifik yang juga mrupakan negara dari MSG," sebut Retno.
Selain itu, Retno mengungkapkan Indonesia sedang mempertimbangkan menjadi asosiate member MSG. Saat ini Indonesia masih berstatus observer dalam organisasi tersebut. Menurut Retno, saat ini Indonesia sedang mempertimbangkan menjadi asosiate member dalam organisasi tersebut.