Indonesia Terima Pengembalian Ratusan Benda Bersejarah dari Belanda

10 Juli 2023 22:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Artefak budaya diserahkan kembali ke Indonesia dalam upacara di Leiden, Belanda, Senin (10/7/2023).  Foto: Aleksandar Furtula/AP PHOTO
zoom-in-whitePerbesar
Artefak budaya diserahkan kembali ke Indonesia dalam upacara di Leiden, Belanda, Senin (10/7/2023). Foto: Aleksandar Furtula/AP PHOTO
ADVERTISEMENT
Belanda mengembalikan sejumlah benda bersejarah milik Indonesia. Penyerahan itu dilakukan pada Senin (10/7) di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda.
ADVERTISEMENT
Indonesia diwakili Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Hilmar Farid. Sementara dari Belanda diwakili oleh Menteri Muda Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Kerajaan Belanda Gunay Uslu.
Dalam acara yang sama dilakukan juga penandatanganan dokumen Pengaturan Teknis (Technical Arrangement) dan Pengakuan Pengalihan Hak dari Kerajaan Belanda ke Republik Indonesia.
Indonesia menyambut baik pengembalian benda-benda bersejarah yang dilakukan Belanda. Pemerintah berjanji akan merawat kolek-koleksi tersebut dengan hati-hati.
“Indonesia, dalam hal ini Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek akan melakukan konservasi dan pemanfaatan terbaik untuk benda-benda budaya ini,” jelas Hilmar Farid dalam pernyataan tertulis, Senin (10/7).
Hilmar menyatakan, repatriasi koleksi asal Indonesia di Belanda dapat dilakukan berkat kerja sama dan kerja keras kedua komite repatriasi, serta dukungan kedua pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI yang telah menginisiasi pembentukan Tim Repatriasi Indonesia, dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Kerajaan Belanda," kata Hilmar.
Artefak budaya diserahkan kembali ke Indonesia dalam upacara di Leiden, Belanda, Senin (10/7/2023). Foto: Aleksandar Furtula/AP PHOTO
Hilmar mengungkapkan, Ketua Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja, dan Komite repatriasi benda kolonial Belanda yang dipimpin oleh Lian Gongalvez-Ho Kang You, sejak 2 tahun lalu terus menjalin komunikasi positif dan produktif, guna melanjutkan kerja sama dan mendorong ikhtiar pengembalian benda-benda bersejarah dan Belanda ke Indonesia.
Hilmar mengungkapkan, repatriasi benda bersejarah ini bukan sekadar memindahkan barang dari Belanda ke Indonesia, melainkan pula mengungkap pengetahuan sejarah, dan asal-usul benda-benda seni bersejarah yang selama ini belum diketahui masyarakat.
"Jauh sebelum benda-benda tersebut kembali ke Indonesia, kedua komite repatriasi dari Indonesia dan Belanda bekerja sama melakukan serangkaian pertemuan dan diskusi, untuk membahas makna dari benda-benda tersebut bagi kedua bangsa, baik di masa lalu maupun di masa kini," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid (duduk, baju batik) menerima penyerahan koleksi benda bersejarah dari Belanda di Leiden, Senin (10/7/2023) Foto: Dok. Kemendikbud
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menerima penyerahan koleksi benda bersejarah dari Belanda di Leiden, Senin (10/7/2023). Tampak harta karun dari Lombok yang dikembalikan. Foto: Dok. Kemendikbud
Hilmar menilai, kerja sama kedua negara dalam bidang repatriasi ini berkembang ke arah yang positif, dengan mengembangkan program-program kerja sama museum, dan penelitian yang melibatkan para ahli dari kedua negara, dan pengembangan program beasiswa bagi para sarjana yang melakukan penelitian di dalam bidang repatriasi benda kolonial.
"Proyek repatriasi benda bersejarah ini adalah momentum penting, untuk menumbuhkan saling pemahaman dan kesetaraan di antara kedua bangsa," pungkasnya.
Acara penyerahan dihadiri Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda Mayerfas, Ketua Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja, Sekretaris Tim Repatriasi Bonnie Triyana, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Belanda, Kementerian Luar Negeri Belanda serta para ahli sejarawan dan museum di Belanda.
ADVERTISEMENT

Benda-benda Bersejarah yang Dikembalikan dari Belanda

Artefak budaya diserahkan kembali ke Indonesia dalam upacara di Leiden, Belanda, Senin (10/7/2023). Foto: Aleksandar Furtula/AP PHOTO
Sejarah kedatangan koleksi seni ini ke Belanda sebagian masih belum jelas. Berawal dari Perdana Menteri Indonesia Timur, Ide Agung Anak Gde Agung, yang disebut-sebut telah menyelenggarakan pameran karya seni itu di beberapa kota di Belanda dan Eropa antara tahun 1948 dan 1950.
Namun sebuah artikel di De Vrije Katheder, 23 Desember 1946 telah membahas sebuah pameran karya-karya Pita Maha, 'sebuah koleksi penting', di galeri seni van Lier di Castricum. Pada tahun 1955, koleksi tersebut disimpan di Tropenmuseum di Amsterdam.
Setelah melalui serangkaian penelitian yang komprehensif dari para ahli, empat koleksi artefak, yakni 132 koleksi benda seni Bali Pita Maha, Patung Singasari, pusaka kerajaan Lombok dan keris Puputan Klungkung akan dikembalikan ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 132 koleksi benda seni Bali, antara lain karya: lukisan, ukiran kayu, benda-benda perak dan tekstil para maestro seniman yang tergabung di dalam kelompok seni Pita Maha. Paguyuban seniman Bali didirikan pada 29 Januari 1936 oleh Tjokorda Gde Agung Sukawati, I Gusti Nyoman Lempad, Walter Spies, dan Rudolf Bonet.
Artefak budaya diserahkan kembali ke Indonesia dalam upacara di Leiden, Belanda, Senin (10/7/2023). Foto: Aleksandar Furtula/AP PHOTO
Sedangkan empat patung Singasari yang tersimpan di Museum Volkenkunde, Leiden, adalah primadona dari abad ke-13 Masehi.
Keempat patung tersebut berasal dari candi Singasari yang didirikan untuk menghormati kematian Raja Kertanegara, dinasti terakhir dari kerajaan Singasari. Empat arca yang akan kembali ke Indonesia adalah Durga, Mahakala, Nandishvara, dan Ganesha.
Ratusan benda yang berasal dari kerajaan Lombok juga turut dikembalikan dalam repatriasi kali ini, bersama dengan sebilah keris dari Kerajaan Klungkung, Bali.
ADVERTISEMENT
Objek dari Puri Cakranegara, Lombok, itu sebelumnya tersimpan di Tropenmuseum, sementara keris puputan Klungkung sejak lama menjadi koleksi museum Volkenkunde, Leiden.