Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ketua DPP Partai Golkar, Indra Bambang Utoyo, mengikuti jejak Bambang Soesatyo (Bamsoet) untuk maju sebagai calon ketua umum Golkar pada Munas 2019.
ADVERTISEMENT
"Iya dong (maju). Cuma deklarasinya nanti nunggu kepastian Munas," kata Indra saat dihubungi kumparan, Sabtu (20/7).
Indra mengatakan, keputusannya maju sebagai caketum karena melihat adanya kesalahan dalam kepemimpinan saat ini. Kesalahan itu, kata dia, membuat suara partai di Pileg 2019 menurun. Bahkan terdapat sejumlah kader yang terjerat korupsi karena konsolidasi partai yang kurang baik.
"Menurunnya perolehan suara dan kursi DPR RI pada Pemilu 2019 disebabkan oleh faktor kepemimpinan yang bermasalah, tidak adanya isu strategis, tidak terlaksananya konsolidasi dengan baik, serta kasus korupsi yang menjerat kader partai," kata Indra yang pernah maju pada Munas 2016.
ADVERTISEMENT
Terlebih, ia melihat kondisi partai semakin terpuruk karena adanya konflik intenal. Adanya persaingan kekuasaan, menurutnya yang membuat internal partai beringin menjadi terbelah.
"Isinya seperti jual-beli suara. Ditambah lagi tokoh-tokoh legislator Golkar terlibat pada kasus di KPK. Bahkan terakhir Ketua Umum (Setya Novanto) dan Sekjen (Idrus Marham) yang dibanggakan masuk ke tahanan bersama beberapa tokoh lain, dari pusat hingga daerah. Sempat pula Golkar terbelah selama hampir dua tahun, karena persoalan pragmatisme dan kekuasaan," kata dia.
Indra juga merasa khawatir partainya tak dapat menjadi benteng bagi Pancasila dalam melawan ideologi khilafah yang berkembang saat kontestasi pemilu. Ia ingin Golkar menjadi garda terdepan untuk mengantisipasi hal itu.
"Dalam kaitan ini saya melihat Golkar tidak menunjukkan kekhawatiran terhadap perkembangan khilafah ini. Seharusnya Golkar lah yang paling depan mewaspadai bahkan melawannya," tutupnya.
ADVERTISEMENT