Infografik: Udara Kotor di Jakarta Mulai Meningkat Sejak Dini Hari, Kok Bisa?

23 Juni 2022 8:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Udara Terburuk di Jakarta Terjadi saat Subuh. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Udara Terburuk di Jakarta Terjadi saat Subuh. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Jakarta kembali didapuk menjadi kota dengan kualitas udara paling buruk pada Senin (20/6) pagi. Tak main-main, ‘gelar’ udara paling buruk tersebut ialah terburuk di dunia. Situs IQ Air melaporkan konsentrasi PM2.5 di Ibu Kota mencapai 111 mikrogram per kubik (µg/m³).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penetapan WHO, batas ambang aman kualitas udara berada di angka 0-12 µg/m³. Dengan begitu, tentu udara di Jakarta tergolong tidak sehat. Tingginya kadar PM2.5 dapat mengakibatkan terganggunya saluran pernapasan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun turut berkomentar soal polemik ini. Ia menuturkan penting mengetahui penyebab polusi udara di Jakarta meningkat. Karena dengan begitu bisa dilakukan penindakan terhadap pelanggaran yang ada.
"Pada prinsipnya adalah keterbukaan tentang penyebab itu penting sehingga isu ini menjadi isu yang menjadi tanggung jawab tiap-tiap kita. Mari kita kurangi emisinya bukan hanya di jajaran pemerintah saja, termasuk industri, termasuk pembangkit energi. Apakah pembangkit energi menghasilkan emisi yang berkontribusi signifikan pada kualitas udara Jakarta?" kata Anies, Rabu (22/6).
ADVERTISEMENT
Namun tahukah kamu, bahwa kualitas udara terburuk di Jakarta ternyata terjadi sejak dini hari hingga subuh? Padahal di saat yang sama, aktivitas transportasi sedang berada di titik terendah. Mengapa demikian?
Berdasarkan infografik di atas, dapat dilihat bahwa tingkat polusi (garis kuning) di Jakarta mulai meningkat sejak pukul 00.00 WIB, lalu berada di puncaknya pada pukul 06.00 WIB. Padahal, tingkat kemacetan (garis putih) sedang berada pada titik terendah.
Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto, menjelaskan tingginya konsentrasi polusi udara pada malam hari disebabkan oleh faktor perubahan suhu Bumi. Pada malam hari, udara dingin mengendap lebih dekat ke tanah, karena kurangnya pemanasan dari matahari.
Udara yang stagnan ini menjadi tempat berkembang biaknya akumulasi polutan, itulah sebabnya terdeteksi lebih banyak polusi di malam hari dan dini hari menjelang pagi.
ADVERTISEMENT
"Ini memang karakteristik harian dari konsentrasi polutan, baik PM 2.5 maupun PM 10 menunjukkan karakter yang sama. Di mana waktu dini hari sampai pagi hari disebabkan udara yang mendingin atau suhu udara yang minimum. Saat udara mendingin, ia menjadi lebih mampet dan bergerak turun karena lebih berat, artinya polutan akan terbawa," jelasnya kepada kumparan.
Polusi udara di Jakarta. Foto: Bay Ismoyo/AFP
Di sisi lain, peneliti di Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN, Wahyu Purwanta, menjelaskan bahwa naiknya konsentrasi polutan pada subuh disebabkan oleh polutan sekunder.
Polutan jenis ini terbentuk dari polutan primer, yakni polutan yang langsung berasal dari sumbernya, salah satu contohnya ialah asap kendaraan. Polutan primer tersebut kemudian bereaksi dengan sinar UV dari matahari. Proses ini memakan waktu yang cukup lama.
ADVERTISEMENT
"Dia (polutan) terkena faktor meteorologi; sinar matahari, suhu, kelembaban, baru terbentuk (polutan) sekunder dari reaksi dengan kimia-kimia lain dari udara sebelumnya. Nah, itu butuh waktu, kan. Terbentuknya di sore, malam, sampai pagi, biasanya seperti itu. Padahal, kan, mungkin belum ada kendaraan, kan," ujar Wahyu saat dihubungi kumparan, Rabu (22/6).
Berbeda saat pagi dan siang hari, ketika matahari terbit, lapisan atmosfer dipanaskan yang membuat molekul udara menjadi renggang. Saat udara mengembang, perlahan-lahan naik dan menghilangkan udara yang tercemar dan meningkatkan kualitas udara. Sinar matahari membuat molekul udara lebih renggang, sehingga polutan bisa lepas ke atmosfer.