Ini Alasan Literasi Keuangan Sejak Dini, Bisa Cegah Krisis Finansial Masa Depan

27 Juni 2024 15:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Direktur Compliance & Human Capital PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Tribuana Tunggadewi, saat hadiri kegiatan Bunda dari OJK. Foto: Wina R./kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Compliance & Human Capital PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Tribuana Tunggadewi, saat hadiri kegiatan Bunda dari OJK. Foto: Wina R./kumparan
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Direktur Compliance & Human Capital PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Tribuana Tunggadewi, mewakili BSI untuk menjadi pembicara dalam acara Bundaku: Ibu, Anak, dan Keluarga, Cakap Keuangan yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Selasa (25/6) di Gedung Dhanapala, Jakarta Pusat.
Acara yang bertema “Ibu Cerdas Keuangan, Mewujudkan Keluarga Sejahtera” ini juga dihadiri oleh Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan Republik Indonesia), Friderica Widyasari Dewi (Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku PUJK, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen), serta Mahendra Siregar (Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan).
Pada sesi talkshow edukasi keuangan, Tribuana memaparkan soal pentingnya literasi keuangan, terutama bagi para ibu. Menurutnya, sudah bukan rahasia jika ibu-ibu dijadikan “menteri keuangan” di keluarga. Karenanya, sangat diperlukan pemahaman literasi keuangan dan produk keuangan.
Menurutnya, belajar literasi keuangan perlu dilakukan secepat mungkin sebab setiap orang sebenarnya sudah memerlukan dana sejak dari kecil.
Tribuana Tunggadewi saat mengisi talkshow "Ibu Cerdas Keuangan, Mewujudkan Keluarga Sejahtera". Foto: Wina R./kumparan
“Melahirkan perlu dana, sekolah perlu uang. Kedepannya jika ingin beli rumah, mobil, atau bahkan modal usaha juga perlu. Jadi penataan keuangan perlu dilakukan sejak awal, sejak kecil,” jelasnya.
Ia pun menegaskan soal dana darurat yang perlu disiapkan sejak awal, bukan justru saat keadaan kritis. Bentuknya, menurut Tribuana, bisa macam-macam. Mulai dari mencicil atau membeli emas, yang nantinya bisa digadai ke bank syariah saat membutuhkan dana darurat.
“Dalam memilih lembaga keuangannya, perlu hati-hati sekali. Kita harus banyak membaca dan jangan sampai kita terjerumus pada lembaga keuangan yang tidak ada izin OJK. Iming-iming bunga yang tinggi juga bisa membuat terjerumus ke hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi harus pintar memilih mana yang baik untuk diinvestasikan untuk keperluan darurat,” papar Tribuana.
Hal yang disampaikan Direktur Kepatuhan dan SDM BSI ini sejalan dengan penyampaian Sri Mulyani dalam sesi Leader’s Insight.
Sri Mulyani menyinggung soal literasi pada perempuan yang masih perlu ditingkatkan. Pada poin presentasinya, ia menyoroti perbedaan yang signifikan terkait literasi keuangan perempuan yang masih hanya di angka 49,05 persen saja. Ini tidak sejalan dengan tingginya tingkat inklusi keuangan yang sudah mencapai 83,88 persen. Padahal, literasi ini harus diiringi dengan tingginya inklusi keuangan.

Program Pemberdayaan BSI untuk Masyarakat

Penekanan literasi keuangan oleh Tribuana Tunggadewi. Foto: Wina R./kumparan
Bicara soal literasi keuangan dan produk keuangan, Tribuana juga mengatakan, BSI memiliki komitmen untuk mengembangkan UMKM. Mereka menyasar masyarakat yang berbisnis tetapi masih non-bankable.
Beberapa produk tersebut misalnya BSI Maslahat, pengelolaan dana zakat yang akan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Kedua, program Mawar Emas yang merupakan pemberian modal di lingkungan masjid dalam rangka pembebasan dari rentenir untuk masyarakat Lombok, NTT.
Tribuana pun sempat menyinggung soal bantuan bagi ibu area Jabodetabek yang terdampak COVID-19 yang diberikan BSI sebagai bantuan modal sehari-hari dan keperluan sekolah anak.
Jadi pada prinsipnya, bank melakukan pendampingan tidak hanya untuk membantu masyarakat membuat bisnisnya tumbuh, tetapi juga membantu untuk mencarikan buyer.
Saat ini, BSI punya BSI Agent yang bisa menjadi salah satu cara agar ibu-ibu bisa menambah pendapatannya. BSI Agent menjangkau daerah-daerah yang belum terjangkau bank. Pendapatan dari BSI Agent bisa dijadikan langkah pemberdayaan perempuan Indonesia.
Tribuana juga menyoroti pentingnya merahasiakan data saat menggunakan gadget dalam bertransaksi. Ia bilang, kini banyak kasus yang terjadi akibat kebiasaan membagikan password dan PIN kepada orang lain, termasuk keluarga.
“Ibu sebagai pendidik utama dan pertama, perlu memberi literasi kepada anaknya. Supaya anak juga memahami pentingnya pemahaman terhadap keuangan. Karena ibu punya peran penting, setiap cerita sukses anak perempuan adalah bukti nyata dari didikan dan doa ibu yang mengiringi langkahnya sepanjang perjalanan hidup,” pungkas Tribuana.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio