Ini Citra Satelit Kabut Asap Sumatera & Kalimantan, Benarkah Sudah ke Malaysia?

2 Oktober 2023 18:28 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibu kota Malaysia tertutup kabut asap kiriman Indonesia Minggu (1/10/2023). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ibu kota Malaysia tertutup kabut asap kiriman Indonesia Minggu (1/10/2023). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Pemerintah Malaysia menyebut kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia, khususnya Sumatra dan Kalimantan, menyebabkan Malaysia tertutup kabut asap selama sepekan terakhir. Meseki begitu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya membantah keras tuduhan tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut Siti, tidak ada transboundary haze (asap lintas batas) dari Indonesia ke Malaysia berdasarkan laporan dari peta citra sebaran asap dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan The ASEAN Specialised Meteorological Centre (ASMC) pada 28 sampai 30 September 2023.
"Kita terus mengikuti perkembangan dan tidak ada transboundary haze [asap lintas batas] ke Malaysia," kata Siti seperti dikutip dari situs PPID KLHK, Senin (2/10).
Kami lalu membuka dashboard ASMC tersebut. Di situ terlihat sebaran kabut asap dari hari ke hari. Begini analisisnya.

29 September 2023

Tangkapan layar kondisi kabut akibat kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan pada 29 September 2023. Foto: Dok. ASMC
Direktur Jenderal Departemen Lingkungan Malaysia, Wan Abdul Lattif Wan Jaffar, mengatakan wilayah paling terdampak kabut asap dari Indonesia berada di pantai barat hingga Sarawak di Borneo.
ADVERTISEMENT
"Secara keseluruhan kualitas udara di negara ini menunjukkan penurunan," ucap Abdul pada Jumat (29/9) seperti dikutip dari AFP.
"Kebakaran hutan di bagian selatan Sumatera dan bagian tengah dan selatan Kalimantan, Indonesia, menyebabkan kabut asap yang melintasi batas negara," sambung dia.
Berdasarkan laporan citra satelit dari ASMC melalui website asmc.asean.org pada 29 September 2023, tidak ada kabut asap dari wilayah Sumatra dan Kalimantan yang berdampak ke wilayah Malaysia. Kabut asap tersebut ditandai dengan warna oranye. Warna oranye di kedua pulau tersebut terpantau moderat hingga pekat. Semakin pekat warnanya, maka kabut asap terpantau semakin tebal.

30 September 2023

Tangkapan layar kondisi kabut akibat kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan pada 30 September 2023. Foto: Dok. ASMC
Warna oranye juga menunjukkan kondisi cuaca kering berkepanjangan di wilayah tersebut. Cuaca kering itu semakin meluas di kawasan selatan ASEAN dan berkontribusi pada peningkatan jumlah titik api di wilayah itu.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan dari ASMC pada 30 September 2023, kabut asap dengan intensitas sedang hingga pekat terpantau berasal dari cluster titik panas yang terdeteksi di wilayah Sumatra bagian tengah dan selatan. Namun belum sampai ke Malaysia.

1 Oktober 2023

Tangkapan layar kondisi kabut akibat kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan pada 1 Oktober 2023. Foto: Dok. ASMC
Pada 1 Oktober 2023, citra dari laporan ASMC juga tidak menunjukkan adanya transboundary haze, seperti yang dituduhkan pemerintah Malaysia. Kabut asap dengan level 2 hanya terkonsentrasi di wilayah Sumatra dan Kalimantan, tanpa memberikan dampak sama sekali ke wilayah Malaysia.

2 Oktober 2023

Tangkapan layar kondisi kabut akibat kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan pada 2 Oktober 2023. Foto: Dok. ASMC
Pada 2 Oktober 2023, terlihat kabut asap di wilayah Sumatra memang semakin melebar hingga daerah Riau. Jika dilihat sekilas, tanda oranye tersebut sudah sejajar dengan Singapura dan Malaysia. Akan tetapi, belum terlihat adanya transboundary haze.
ADVERTISEMENT

Kilas Balik 18 September 2019

Asap lintas batas (transboundary haze) dari Indonesia ke Malaysia dan Singapura tahun 2019. Foto: ASMC
Berdasarkan catatan kumparan, kebakaran hutan di Indonesia memang pernah menyebabkan asap lintas batas atau transboundary haze ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Ini terjadi pada 2019 lalu. Kabut asap tampak melintasi laut dan menyebar ke segala arah.
Greenpeace, misalnya, pernah melakukan analisis citra ASMC pada 18 September 2019. Saat itu wilayah Sumatra dan Kalimantan sedang mengalami kebakaran hutan cukup hebat di periode Juli sampai Oktober.
Akibatnya, asap lintas batas atau transboundary haze terjadi menyelimuti hampir seluruh Singapura dan sebagian Malaysia. Penyebab kebakaran saat disebut bersumber dari perkebunan kelapa sawit hingga kertas.

Kata BRIN soal Transboundary Haze

Menurut Peneliti Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, banyak hal yang harus diperhatikan untuk mengkonfirmasi tuduhan Malaysia terhadap asap lintas batas yang bersumber dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mulai dari kondisi atmosfer yang memang sangat berdinamika, pola pergerakan angin, lanskap, hingga awan. Ia menyebut angin justru lemah di darat dan lebih kuat di laut. Itu pun berada di sisi barat.
Ahli klimatologi BRIN, Dr. Erma Yulihastin. Foto: Instagram/@ermayulihastin
"Ya, kalau saya mungkin melihatnya dari aspek dinamika atmosfer secara sinoptik yang sekarang sedang terjadi. Jadi kita lihat dari pola pergerakan angin yang berpotensi membawa kabut asap itu justru daerah Singapura dan Kuala Lumpur ada pelemahan angin. Maksudnya dari wilayah kita yang di Sumatera itu ada konvergensi, daerah tekanan rendah," jelas Erma kepada kumparan, Senin (2/10).
Namun, hal tersebut masih bisa belum dipastikan sampai melihatnya secara langsung di lapangan. Mulai dari sumber kepulan asap hingga arah angin di wilayah terkait.
ADVERTISEMENT
"Ya berarti sejauh ini tidak ada kepastian apakah itu dari Indonesia atau bukan. Belum bisa dipastikan. Belum bisa dikonfirmasi menurut saya. Karena data-data yang ada ini (angin, awan) itu tetap harus perlu dikonfirmasi dengan pengecekan langsung di lapangan," jelas Erma.