Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ini Profil Ponpes Lirboyo yang Nyatakan Dukungan pada Anies-Muhaimin
17 Desember 2023 11:26 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Keluarga besar Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, resmi mendukung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) untuk Pilpres 2024. Hal ini disampaikan melalui dua pengasuh utama KH. Muhammad Anwar Mansyur yang juga adalah Ketua Syuriah PWNU Jawa Timur dan KH Abdullah Kafabihi Mahrus.
ADVERTISEMENT
Para ulama di Ponpes Lirboyo menginstruksikan seluruh jaringan alumni Lirboyo untuk memenangkan AMIN.
Dukungan ini dideklarasikan melalui forum silaturahim keluarga dan dzurriyah, kiai, ibu nyai, gawagis serta nawaning Pondok Pesantren Lirboyo, Sabtu 16 Desember 2023 di Ruang Lobi Aula Muktamar Pondok Pesatren Lirboyo, Kediri.
“Mari bersama-sama membulatkan tekad memenangkan Muhaimin Iskandar, AMIN. Kalau kita ini bersatu insya Allah akan mempermudah. Warga Nahdlatul Ulama itu banyak, kalau bersama-sama insya Allah menang. Semoga Muhaimin akan selalu dibersamai oleh Allah SWT untuk menjadi wapres. Itu yang paling penting ya. Mari bismillah. Taqwa kita jaga,” tegas pengasuh utama Ponpes Lirboyo KH Anwar Mansyur yang juga adalah Ketua Syuriah PWNU Jawa Timur, Sabtu (16/12).
Lirboyo adalah nama sebuah desa yang digunakan oleh KH. Abdul Karim sebagai nama pondok pesantren dan terletak di barat Sungai Brantas, di lembah gunung Willis, Kota Kediri. Pondok Pesantren Lirboyo berlokasi di Desa Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Pondok Pesantren Lirboyo berkembang menjadi pusat studi Islam sejak puluhan tahun sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan santri-santri Pondok Pesantren Lirboyo ikut berjuang di medan perang, salah satunya peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
KH. Abdul Karim adalah pencetus nama dan pendiri Pondok Pesantren Lirboyo. Ia lahir pada tahun 1856 M di desa Diyangan, Kawedanan, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah. Abdul Karim adalah putra dari pasangan Kiai Abdur Rahim dan Nyai Salamah.
Abdul Karim sudah mempelajari ilmu agama sejak usia 14 tahun. Kemudian, pada usia 40 tahun, Abdul Karim menikah dengan Siti Khodijah binti KH. Sholeh atau Nyai Dlomroh.
Lalu, pada tahun 1910 M, KH. Abdul karim hijrah bersama istri tercinta hijrah ke tempat sebuah desa yang bernama Lirboyo. Kemudian, Abdul Karim memakai nama Lirboyo untuk pondok pesantren. KH. Abdul Karim meninggal dunia pada tahun 1954. Ia dimakamkan di belakang masjid Lirboyo.
ADVERTISEMENT
Sebelum menetap di Desa Lirboyo, KH. Abdul Karim mengajar di Pondok Pesantren Tebuireng asuhan KH. M. Hasyim Asy'ari yang juga menjadi teman sebaya ketika berguru di Syaikhona Kholil Bangkalan, lalu KH. Abdul Karim menikah dengan Nyai Khodijah binti KH. Sholeh dari Banjarmlati, Kediri.
Sejak pernikahan itulah K.H. Abdul Karim menetap di Desa Lirboyo. Berpindahnya K.H. Abdul Karim dari Tebuireng ke Desa Lirboyo disebabkan oleh adanya dorongan dari mertuanya (K.H. Sholeh) dengan harapan agar syi'ar dan dakwah Islam menjadi lebih luas.
Kemudian atas keinginan dan inisiatif dari K.H. Abdul Karim, dengan didukung oleh mertuanya, maka KH. Abdul Karim mendirikan sebuah pondok untuk mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam kepada siapapun yang ingin mencari ilmu.
ADVERTISEMENT
Santri pertamanya bernama Umar dari Madiun, lalu Yusuf, Sahil, dan Somad dari Magelang, dan Syamsudin dari Gurah, Kediri.
Perpindahan KH. Abdul Karim ke desa Lirboyo dilatarbelakangi, dorongan dari mertuanya sendiri yang pada waktu itu menjadi seorang da’i, karena Kyai Sholeh berharap dengan menetapnya KH. Abdul Karim di Lirboyo, maka syiar Islam lebih luas. Disamping itu, juga atas permohonan kepala desa Lirboyo kepada Kyai Sholeh agar berkenan menempatkan salah satu menantunya di desa Lirboyo.
Dengan hal ini diharapkan Lirboyo yang semula angker dan rawan kejahatan menjadi sebuah desa yang aman dan tenteram.
Harapan kepala desa menjadi kenyataan. Konon ketika pertama kali kyai Abdul Karim menetap di Lirboyo, tanah tersebut diadzani, saat itu juga semalaman penduduk Lirboyo tidak bisa tidur karena perpindahan makhluk halus yang lari tunggang langgang menyelamatkan diri.
ADVERTISEMENT
35 hari setelah menempati tanah waqaf tersebut, KH. Abdul Karim mendirikan surau mungil nan sederhana untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.
Jumlah santri Lirboyo pada periode tahun 2022-2023 mencapai 39.534 santri. Jumlah ini mengalami peningkatan yang pada periode sebelumnya tahun 2021-2022 sejumlah 38.518 santri