Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam catatan Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, banyak pertanyaan muncul terkait gempa itu. Bagaimana mekanisme terjadinya dan di mana saja keberadaan sumber gempa ini?
Dengan gamblang, doktor bidang gempa ini membeberkan bahwa gempa dahsyat yang memicu tsunami umumnya disebabkan oleh adanya deformasi batuan pada sistem subduksi dangkal, tepatnya di bidang kontak antar lempeng (zona megathrust).
"Di zona ini, energi elastik dapat terakumulasi maksimum akibat adanya pertemuan atau tumbukan antar lempeng yang kemudian dilepaskan secara tiba-tiba saat terjadi gempa," beber dia.
Sebagai contoh, lanjut Daryono, tsunami destruktif yang melanda pantai selatan Sumba, Sumbawa, Lombok, dan Bali pada 19 Agustus 1977 didahului oleh peristiwa gempa besar dengan mekanismenya sesar turun dengan kekuatan 8,3 M.
"Gempa ini berpusat pada sumber gempa di luar zona subduksi (outer rise), di mana lempeng Indo-Australia mulai menekuk sebelum menunjam memasuki zona subduksi. Tsunami Jawa pada 11 September 1921 juga dipicu gempa besar berkekuatan M7,5 di zona outer rise," urai dia.
ADVERTISEMENT
Daryono menerangkan, gaya tektonik yang bekerja pada sumber gempa di luar zona subduksi ini bukan kompresional atau menekan, tapi gaya ektensional atau tarikan, karena outer rise merupakan zona bending (regangan) pada slab lempeng yang membengkok sebelum kemudian menunjam ke bawah lempeng lain.
Di Indonesia, sumber gempa outer rise yang aktif banyak terdapat di luar sistem subduksi Sunda yang tersebar di Samudra Hindia barat Sumatra, Selatan Jawa, hingga selatan Bali serta NTB.
Berikut analisa Daryono terkait daftar catatan gempa signifikan yang bersumber dari sumber gempa di luar zona subduksi (outer rise), yaitu:
1. Gempa selatan Jawa berkekuatan M7,5 yang memicu tsunami di selatan Jawa pada 11 September 1921.
2. Gempa selatan Sumbawa berkekuatan M 8,3 yang memicu tsunami destruktif di selatan Sumbawa pada 19 Agustus 1977.
ADVERTISEMENT
3. Gempa selatan Bali berkekuatan M 6,0 pada 9 Juni 2016 yang mengguncang Pulau Bali.
4. Gempa selatan Jawa Barat M 5,1 pada 15 Juli 2016 yang mengguncang pesisir selatan Jawa Barat.
5. Gempa Bengkulu dan Lampung berkekuatan M 5,4 yang mengguncang pesisir Bengkulu hingga lampung pada 23 Juli 2016.
6. Gempa selatan Bali berkekuatan M 5,3 yang mengguncang Bali Selatan pada 17 Maret 2017.
7. Gempa selatan Bali berkekuatan M 5,1 yang mengguncang Bali Selatan pada 9 Juni 2019.
8. Gempa selatan Bali berkekuatan M 6,5 pada 19 Maret 2020 yang dirasakan hampir di seluruh Bali dan Lombok dengan skala intensitas mencapai IV MMI.
9. Gempa Nias berkekuatan M 6,7 pada 14 Mei 2021 yang dirasakan di Pulau Nias, Sumatra Utara, Aceh dan Sumatra Barat. Gempa Nias kemarin adalah gempa ke-3 dari gempa signifikan yang terjadi sebelumnya, yaitu pada 19 April 2021 berkekuatan M 6,0 dan pada 14 April 2021 berkekuatan M 5,6.
ADVERTISEMENT
"Sumber gempa outer rise memang kalah populer jika dibandingkan dengan zona sumber gempa megathrust. Meskipun kurang populer, sumber gempa ini tidak kalah berbahaya karena dapat memicu terjadinya tsunami, karena sumber gempa ini berada di dasar laut, sehingga patut diwaspadai," tutup dia.