Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Inovasi yang Dilakukan kumparan untuk Jadi Media Massa Berkelanjutan
8 Februari 2022 13:57 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Model media massa berjangka panjang atau berkelanjutan dianggap sebagai cara untuk bisa menghadapi tantangan platform global. Pemimpin Redaksi kumparan, Arifin Asydhad, mengatakan, model ini yang sedang dijalankan kumparan.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, untuk mencapai media massa yang berkelanjutan, kumparan mengedepankan tiga pilar sebagai inovasi. Hal ini disampaikan Arifin dalam diskusi secara daring dalam rangkaian acara Hari Pers Nasional (HPN) 2022 di Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/2).
"Kami (kumparan) akhirnya memilih bagaimana kita membangun, kami membangun, media berjangka panjang. Ini tiga pilar yang kami lakukan yang pertama adalah excellent in journalism, Kemudian yang kedua excellent in technology, yang ketiga excellent in story telling," beber Arifin.
Pilar pertama, excellent in journalism adalah berkaitan bagaimana kumparan membangun SDM sebagai aset yang paling penting dari perusahaan media. Tak hanya menggembleng dan membekali jurnalisnya dengan pengetahuan proses jurnalistik, namun juga memperhatikan betul kesejahteraan karyawannya.
"Selain mereka mendapatkan gaji dan hak selain gaji, kami juga memberi mereka opsi saham. ini biar antara keterkaitan mereka dengan dengan kumparan dengan kami akan lebih kuat dan dengan cara seperti ini maka jurnalis kita bisa memegang kode etik ya menjadi jurnalis yang berintegritas dan bisa melakukan jurnalisme dengan baik," ungkap Arifin.
ADVERTISEMENT
Pilar kedua yakni excellent in technology. Membangun dasar teknologi, menurut dia sama pentingnya dengan memperhatikan kesejahteraan karyawan. Kemandirian dalam membangun teknologi disebutnya dapat pula menunjukkan bahwa sebenarnya media digital dapat membangun platformnya sendiri.
"Kita lakukan teknologi personalisasi. Ini sudah kami lakukan sejak awal berdiri kemudian kita juga memiliki sistem pengecekan internal untuk mengetahui behaviour pembaca. Jadi kami juga tahu ya data-data dari kami sendiri tidak hanya soal view tapi bagaimana data-data user," rinci Arifin menjelaskan inovasi kumparan di bidang teknologi.
"Kami juga mengembangkan geo tagging content, ini menampilkan konten-konten di daerah kalau misalnya kita datang ke suatu daerah dan kemudian kita aktifkan geo tangging kita, maka kita akan mendapatkan konten-konten sesuai dengan lokasi," tambahnya.
Pilar ketiga adalah excellent in story telling, yakni kumparan membuat konsep cerita naratif yang mengangkat nilai-nilai masyarakat dan dikemas melalui teknik jurnalisme. Tidak hanya diterapkan di sisi konten jurnalisme, tapi story telling ini dikembangkan juga ke konten-konten komersial.
ADVERTISEMENT
"Kita juga melakukan inovasi ya untuk memperkaya ekosistem, untuk menunjang jangka panjang ya. Apa yang dilakukan oleh kumparan maka kami melalui inovasi, kami membuat namanya kumparan+ wadah bagi content creator berkualitas menghadirkan konten eksklusif pada premium user," jelasnya.
"Ini adalah bagian dari upaya kita untuk melakukan edukasi terhadap masyarakat bahwa namanya konten berkualitas perlu ada cost sehingga juga perlu ada yang sistem berbayar dan ini saya kira juga akan menjadi bagian dari model bisnis ke depan," paparnya.
Di luar tiga pilar tersebut, Arifin menjelaskan soal kolaborasi yang dijalankan kumparan. Menurutnya, kolaborasi dibutuhkan sesama media untuk tumbuh menjadi media berkelanjutan. kumparan pun menjalankan program 1001 media.
"Kami bekerja sama dengan teman-teman di daerah ya membangun media-media lokal yang kredibel. Kami mengembangkan program namanya 1001 media. Ini sudah berjalan 3 tahun dan alhamdulillah perkembangan dari 1001 media ini sangat bagus," ujarnya.
Ia memastikan kolaborasi ini murni terkait saling membantu agar sama-sama mandiri, tak ada unsur bagi pendapatan.
ADVERTISEMENT
"Berapa persen pembagian pendapatan 1001 media dengan kumparan? Tidak ada. Semua pendapatan adalah milik mereka dan kami tidak memungut 1 rupiah pun dan bahkan kami terus melakukan komitmen dengan memberikan biaya operasional terhadap mereka dan yang menggembirakan bahwa para 1001 media ini mereka sudah bisa mendirikan perusahaan yang memang berbadan hukum," ungkap Arifin.
Meski upaya inovasi-inovasi tersebut tak mudah, Arifin menuturkan media perlu percaya diri untuk melakukan banyak hal sekarang dan tak mudah mengambil keuntungan jangka pendek.
Media Massa Berkelanjutan Perlu Pondasi Kuat
Menurutnya, perlu adanya pondasi kuat untuk jangka panjang demi membangun ekosistem media yang mandiri dan berkelanjutan. Hal ini ia yakini sebagai kunci membangun media yang dapat tumbuh dan berkembang nantinya.
ADVERTISEMENT
"Dengan itu pondasi ini dapat digunakan sebagai bargaining power media dengan platform global ya. Saya kira sangat setuju tadi ya bahwa regulator di sini menjadi memiliki peran yang sangat penting ya dalam upaya bagaimana media-media itu bisa membangun medianya jangka panjang ya kaitannya dengan platform global dan kalau dari kita ini tidak menyiapkan dari sekarang apa yang kita miliki tentunya tidak akan berhasil yang baik," kata Arifin.
"Jadi dari sisi kita juga harus berjuang sedemikian rupa, kemudian dari sisi regulator dari sisi pemerintah. Saya kira nasib kita tidak akan berubah kecuali memang kita mau mengubahnya sendiri," tambahnya.
Arifin menyoroti kondisi media digital yang kini justru mengabaikan kode etik jurnalis dalam bekerja, karena dampak adanya platform global.
ADVERTISEMENT
"Media-media digital saat ini terlalu mudah untuk jatuh cinta kepada ekosistem yang memang saat ini di-drive oleh platform global. Tidak hanya model bisnisnya saya kira, tapi juga akhirnya berdampak pada praktik terhadap jurnalisme," ujarnya.
Menurutnya, media digital saat ini justru ikut mengekor, bahkan menduplikasi sistem yang dijalankan platform global. Iming-iming keuntungan yang dapat diraih dalam waktu singkat, menurut Arifin, jadi alasan utama bagi banyak media digital saat ini.
"Tapi ya itu tadi karena kesenangan kita, kita terlalu mudah jatuh cinta kepada kenikmatan-kenikmatan yang jangka pendek ya, kenikmatan sekejap saja padahal kita sebetulnya menginginkan yang jangka panjang," ujarnya.
Kondisi ini diperkeruh dengan pondasi media digital yang tak kuat, baik dalam urusan ideologi, mindset, atau teknologi. Alhasil mereka mengesampingkan prinsip jurnalisme untuk dapat mengejar keuntungan sesaat.
ADVERTISEMENT
"Sayangnya yang kedua ya kalau menurut saya adalah media-media digital di Indonesia ini tidak dibangun dengan pondasi yang kuat. ya baik dari sisi ideologi, dari sisi mindset, konsep ya, apalagi teknologinya. Karena tadi ya menginginkan kenikmatan sesaat kenikmatan jangka pendek maka lihatlah seperti sekarang bagaimana media kita bertabur iklan, ya bertabur iklan yang luar biasa gitu," ucap Arifin.