Interpol: Pasokan Senjata dari AS ke Ukraina Dapat Berakhir di Pasar Gelap Dunia

3 Juni 2022 18:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Interpol. Foto: REUTERS/Edgar Su
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Interpol. Foto: REUTERS/Edgar Su
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal Interpol Juergen Stock pada Rabu (1/6/2022) mengatakan, senjata yang dikirim Amerika Serikat dan sekutunya ke Ukraina kemungkinan akan berakhir di pasar gelap global.
ADVERTISEMENT
"Kelompok kriminal sudah mengawasi pengiriman ini," kata Stock kepada Anglo-American Press Association di Paris, dikutip dari Russian Today.
Stock lantas mendesak negara-negara anggota Interpol untuk secara aktif bekerja sama dalam melacak senjata yang dikirim ke Ukraina.
Dia bahkan meminta tanggung jawab dari negara-negara pemasok senjata untuk memainkan peran utama dalam upaya pelacakan itu.
"(Kelompok kriminal) berhubungan dengan negara-negara anggota (Interpol) untuk mendorong mereka menggunakan alat-alat ini," kata Stock seraya mengatakan bahwa Eropa telah menjadi tujuan utama pasar gelap senjata.
Stock berharap, gelombang senjata ringan dan berat yang membanjiri pasar gelap internasional setelah konflik Moskow dan Kiev, dapat segera berakhir.
Pekerja membongkar kiriman bantuan militer dari Serikat kepada Ukraina, di Bandara Internasional Boryspil, Ukraina, Selasa (25/1/2022). Foto: Gleb Garanich/REUTERS
"Begitu senjata diam, senjata ilegal akan datang. Kita mengetahui hal ini dari banyak teater konflik lainnya. Para penjahat bahkan sekarang, seperti yang kita bicarakan, berfokus pada mereka," ujar Stock.
ADVERTISEMENT
Dia menambahkan, kelompok-kelompok kriminal saat ini sedang mencoba mengeksploitasi situasi kacau ini untuk mendapatkan persenjataan yang digunakan oleh militer, termasuk senjata berat.
"Tidak ada negara atau wilayah yang dapat menanganinya secara terpisah karena kelompok-kelompok ini beroperasi di tingkat global," tegas dia.

Pasokan Senjata Massal ke Ukraina

AS, bersama dengan sekutunya seperti Jerman dan Inggris, terus memasok senjata ke Ukraina sejak konflik Rusia dan Ukraina dimulai pada akhir Februari. Sebagian besar peralatan terdiri dari senjata ringan, rudal anti-tank dan anti-udara portabel, bersama dengan amunisi dan bahan bakar.
Pada Rabu (1/6/2022), AS mengatakan akan menjual drone tempur MQ-1C Gray Eagle Ukraina yang mampu membawa hingga delapan rudal Hellfire.
Kementerian Pertahanan Slovakia pada hari yang sama mengumumkan bahwa mereka akan memasok Kiev dengan howitzer self-propelled. Inggris sebelumnya juga mengatakan sedang mempertimbangkan untuk mempersenjatai Ukraina dengan beberapa peluncur roket buatan AS tetapi membutuhkan persetujuan Washington terlebih dahulu.
Pekerja membongkar kiriman bantuan militer dari Serikat kepada Ukraina, di Bandara Internasional Boryspil, Ukraina, Selasa (25/1/2022). Foto: Gleb Garanich/REUTERS
Pasokan senjata yang terus berlanjut telah menyebabkan beberapa badan penegak hukum mengungkapkan keprihatinan tentang nasib senjata-senjata ini.
ADVERTISEMENT
Pada akhir Mei, badan penegak hukum UE, Europol mengatakan kepada media Jerman, persenjataan yang dikirim ke Ukraina dapat berakhir di tangan para penjahat.
Kepala Europol Catherine De Bolle, membandingkan situasi saat ini di Ukraina dengan situasi Balkan 30 tahun lalu, ketika Perang Balkan menyebabkan gelombang besar senjata ke pasar gelap.
"Senjata dari perang itu masih digunakan oleh kelompok kriminal hari ini," kata De Bolle.

Tuduhan Keterlibatan Interpol dalam Konflik Rusia-Ukraina

Sebelumnya, pengusaha Rusia yang terkena sanksi Barat menuduh keterlibatan Interpol dalam penyelidikan dugaan penghindaran sanksi dan pencucian uang.
Namun Stock membantah tuduhan tersebut. Dia mengatakan, organisasinya tidak menyelidiki masalah itu atau berpartisipasi dalam penyelidikan atas dugaan kejahatan perang di Ukraina.
Prajurit pasukan pro-Rusia menyelimuti kendaraan lapis baja dengan dedaunan untuk penyamaran di Luhansk, Ukraina, Selasa (24/5/2022). Foto: Alexander Ermochenko/REUTERS
Stock pun meyakinkan organisasinya telah diberikan mandat untuk mempertahankan netralitas yang ketat dan menghindari kegiatan politik apa pun.
ADVERTISEMENT
"Saluran komunikasi kami tetap terbuka (untuk negara-negara anggota) untuk pertukaran informasi kejahatan perang. Tapi kami tidak melihat kejahatan perang; Interpol tidak memiliki wewenang untuk menyelidiki," tutup dia.
Penulis: Sekar Ayu.