IPB Temukan 55 Potensi Titik Longsor di Hulu Ciliwung Sekitar Puncak

8 April 2018 16:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspose Program Pemulihan Ekosistem di Ciliwung (Foto: Dok. Humas BHPH IPB )
zoom-in-whitePerbesar
Ekspose Program Pemulihan Ekosistem di Ciliwung (Foto: Dok. Humas BHPH IPB )
ADVERTISEMENT
Pusat Pengkajian, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (P4W LPPM IPB) berkolaborasi dengan sejumlah lembaga swadaya masyarakat, menemukan potensi longsor di hulu Sungai Ciliwung, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Titik-titik yang kemungkinan longsor itu terletak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Ketua pelaksanaan penelitian, Putri Cantika, mengatakan longsor di sekitar Sungai Ciliwung terjadi akibat rusaknya DAS (daerah aliran sungai). Hal itu membuat daya dukung DAS semakin turun.
“Teman-teman di lapangan menemukan banyak sekali retakan yang berpotensi longsor. Permasalahan terkait Puncak dan Hulu DAS Ciliwung merupakan permasalahan yang bersifat multidimensional, sehingga dibutuhkan penyelesaian secara bersama-sama dengan melibatkan berbagai pihak dan stakeholder,” kata Putri berdasarkan rilis yang diterima kumparan (kumparan.com) dari IPB, Minggu (8/4).
Senada dengan Putri, Ketua Konsorsium Penyelamatan Kawasan Puncak Ernan Rustiadi menyebutkan, daya dukung DAS yang terus berkurang diduga menjadi sebab semakin seringnya terjadi longsor di Puncak.
“Untuk tahun 2018 ini, hingga per 5 Februari 2018, Tim Konsorsium Puncak setidaknya sudah mencatat terdapat 55 titik longsor di dua desa di kawasan puncak. Kedua desa di Hulu DAS Ciliwung tersebut yaitu Desa Tugu Utara dan Desa Tugu Selatan,” kata Ernan.
Bantaran Sungai Ciliwung (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bantaran Sungai Ciliwung (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
Penyebab terlampauinya daya dukung lingkungan puncak adalah pemanfaatan ruang termasuk aktivitas permukiman dan villa, kebun sayur dan kegiatan lain yang tidak sesuai dengan kemampuan lahannya. Peluang terjadinya longsor sangat tinggi di musim hujan, khususnya pada saat adanya kejadian cuaca-cuaca ekstrim di kawasan ini.
ADVERTISEMENT
“Konsorsium Puncak mempromosikan dukungan bagi petani-petani yang memanfaatkan kawasan hutan beralih dari tanaman semusim seperti sayuran dan aktivitas yang tidak ramah lingkungan beralih ke budidaya kopi dan aktivitas-aktivitas yang ramah lingkungan,” papar Ernan.
Longsor Jalur Wisata Puncak (Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
zoom-in-whitePerbesar
Longsor Jalur Wisata Puncak (Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
Budi daya kopi dan pengolahannya menjadi kopi premium, lanjut Ernan, di samping lebih ramah lingkungan memberi manfaat ekonomi yang signifikan bagi petani lokal.
Menurut Ernan, kawasan Puncak adalah bagian dari area "Cagar Biosfer Cibodas" sebagaimana diratifikasi Pemerintah Indonesia dan United Nations Educational Scientific Cultural Organization (UNESCO) pada 1977. Kawasan ini dipromosikan sebagai kawasan yang dijaga keseimbangan antara manusia dan ekosistemnya karena kekayaan keragaman ekosistemnya.