Iran Ancam Hidupkan Lagi Program Nuklir

16 Agustus 2017 5:46 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Iran Hassan Rouhani (Foto: AP Photo/Vahid Salemi)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Iran Hassan Rouhani (Foto: AP Photo/Vahid Salemi)
ADVERTISEMENT
Presiden Iran, Hassan Rouhani, mengancam negaranya akan menghidupkan lagi program nuklir mereka. Ia juga mengancam, apabila program nuklir tersebut jadi dilakukan, keadaannya akan jauh lebih canggih dibandingkan dengan saat program tersebut dihentikan pada 2015 lalu.
ADVERTISEMENT
Menurut Rouhani, kemungkinan tersebut terpaksa ia munculkan karena Amerika Serikat terus menerus mengeluarkan “ancaman dan sanksi” pada Iran. Di tahun 2015, Iran resmi membatasi program pengembangan nuklirnya ke pengembangan ilmu dan teknologi. Sebagai gantinya, AS, Inggris, Rusia, China, dan Uni Eropa membatalkan sanksi ekonomi yang saat itu meliputi sanksi ekonomi dan teknologi terkait nuklir.
Meski begitu, pergantian rezim dari Obama ke Trump di AS membawa babak baru pada hubungan AS-Iran. Pada awal minggu ini, parlemen Iran memutuskan untuk meningkatkan anggaran negara untuk program rudal balistik dan operasi paramiliter Revolutionary Guard di luar negeri. Hal ini sebetulnya menjadi respon Iran terhadap legislasi baru yang dikeluarkan oleh AS.
Donald Trump. (Foto: REUTERS/Jonathan Ernst)
zoom-in-whitePerbesar
Donald Trump. (Foto: REUTERS/Jonathan Ernst)
Awal bulan ini, AS mengesahkan legislasi yang intinya menghukum orang-orang yang terlibat dalam program rudal balistik Iran. Selain itu, AS juga memberikan sanksi kepada siapapun yang terlibat dalam Revolutionary Guard karena dengan tuduhan terorisme.
ADVERTISEMENT
“Dalam hitungan hari atau jam, Iran bisa saja mengembalikan program nuklir ke tingkat yang lebih canggih ketimbang pada awal negosiasi dulu,” ucap Rouhani Selasa (15/8) ke parlemen Iran seperti dikutip Associated Press.
Pernyataan Rouhani tersebut kemungkinan besar dilakukan untuk menyenangkan kubu garis keras di Iran yang menginginkan agar pemerintah mengambil langkah lebih keras terhadap AS. Iran mengatakan bahwa sanksi AS telah mencederai perjanjian di tahun 2015.
“Amerika Serikat telah menunjukkan bahwa mereka bukanlah partner yang baik mapun negosiator yang bisa dipercaya,” ucap Rouhani mempermasalahkan pemberian sanksi oleh AS padahal Iran sudah membatasi pengembangan nuklir ke arah ilmu pengetahuan dan teknologi saja.
Meski begitu, Rouhani mengatakan bahwa Iran lebih memilih untuk mempertahankan kesepakatan yang sudah tercapai di 2015.
ADVERTISEMENT
“Perjanjian itu (tahun 2015 -red) adalah bentuk kemenangan bagi perdamaian dan diplomasi,” ucap Rouhani. “Hal tersebut memang menjadi pilihan Iran. Meski begitu, bukan berarti itu akan menjadi satu-satunya pilihan kami untuk menghadapi tantangan luar.”
Khamenei dan Hassan Rouhani. (Foto: Dok. Wikimedia)
zoom-in-whitePerbesar
Khamenei dan Hassan Rouhani. (Foto: Dok. Wikimedia)