Iran Kenang Hubungan Dekat dengan RI pada Peringatan 44 Tahun Revolusi Islam

11 Februari 2023 1:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia, Mohammad Azad. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia, Mohammad Azad. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Iran memandang hubungan negaranya yang telah berlangsung sejak 73 tahun lalu dengan Indonesia telah membawa peningkatan dan perkembangan di kawasan Asia. Pendekatan yang bijaksana dan rasional dinilai terlihat jelas dalam hubungan kontemporer antara kedua negara.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan oleh Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Azad, dalam Peringatan 44 tahun terbentuknya Republik Islam Iran sekaligus kemenangan Revolusi Islam Iran yang dilaksanakan di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, pada Jumat (10/2).
Azad mengatakan, meski secara resmi hubungan diplomatik antara Iran dan Indonesia terjalin sejak tahun 1950, sebenarnya kedua negara telah saling berhubungan selama ribuan tahun lamanya.
Prinsip netralitas dan non-blok yang dianut oleh Iran dan Indonesia merupakan salah satu kesamaan yang mendekatkan kedua negara sampai sekarang.
Perayaan 44th National Day Republic of Iran di Hotel Borobudur Jakarta Pusat, Jumat (10/2/2023). Foto: Aliyya Bunga/kumparan
Meski tidak berpihak kepada blok mana pun, sambung Azad, Indonesia dipandang secara aktif ikut andil dalam menyelesaikan masalah di berbagai wilayah di dunia.
“Indonesia, salah satu negara gerakan non-blok dengan politik bebas aktifnya, selalu berusaha menempuh politik bebas aktif dalam hubungannya dengan pandangan multilateral dan mandiri terhadap dunia Timur dan Barat,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan Iran, Azad menuturkan bahwa negaranya pun independen terhadap timur dan barat dunia, sekaligus tetap menjaga hubungan yang rasional berdasarkan rasa saling hormat tanpa mengisolasi diri dari peradaban dunia.
Iran yang saat ini dipimpin oleh Presiden Ebrahim Raisi telah mengadopsi kebijakan luar negeri yang serupa dengan Indonesia — yaitu seimbang, aktif, dan cerdas.
Selama tinggal di Indonesia sejak 1989 sebagai diplomat muda, Azad memandang bahwa nilai-nilai inilah yang menjadikan kedua negara berperan penting dalam perkembangan di kawasan Asia.
Perayaan 44th National Day Republic of Iran di Hotel Borobudur Jakarta Pusat, Jumat (10/2/2023). Foto: Aliyya Bunga/kumparan
“Hubungan antara dua bangsa Iran dan Indonesia dalam berbagai area, dengan saling menghormati, bebas dari kolonialisme, dan dengan berbagi nilai-nilai komersial, politik, dan budaya, telah membawa peningkatan pertumbuhan dan perkembangan kedua masyarakat ini; Iran di Asia Barat dan Indonesia di Asia Timur,” ucap Azad.
ADVERTISEMENT
Menurut Azad, perkembangan di kawasan Asia saat ini sangatlah penting secara global. Hal ini dikarenakan abad ke-21 adalah abad baru bagi negara Asia — di sinilah kekuatan-kekuatan baru akan lahir.
Lebih lanjut, Azad menerangkan apa saja bentuk kerja sama yang terjalin antara Iran dan Indonesia selama 44 tahun Revolusi Islam terjadi.
Dia mengatakan, kedua negara memiliki kerja sama erat di bidang ekonomi, budaya, kemanusiaan, dan politik yang didasari pada prinsip non-blok.
Azad menyoroti kunjungan tingkat tinggi antara Raisi dan Presiden Jokowi yang berlangsung di tahun 2015 dan 2016. Di tahun 2015, Raisi menemui Jokowi di Jakarta dan sebaliknya, Jokowi melakukan kunjungan balasan ke Iran setahun setelahnya.
Bentuk kerja sama lainnya yaitu pertukaran delegasi politik pada semua level, baik itu secara daring atau luring.
ADVERTISEMENT
Kedua negara sempat mengadakan pertemuan komite konsultasi politik, kerja sama di bidang penegakan HAM, pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta pertemuan para intelektual dan think-tank — baik milik pemerintah ataupun swasta.
Perayaan 44th National Day Republic of Iran di Hotel Borobudur Jakarta Pusat, Jumat (10/2/2023). Foto: Aliyya Bunga/kumparan
“Dalam bidang global, kedua negara telah saling mendukung dalam berbagai forum internasional dan isu HAM, yang telah digunakan sebagai instrumen politik, atau dalam isu JCPOA atau kesepakatan nuklir dan memaksakan tuntutan beberapa negara tertentu, kedua negara telah saling mendukung dari posisi komitmen non-blok,” ujar Azad.
Secara pribadi, kedekatan antara negara asalnya dengan Indonesia telah melekat erat dalam hidup Azad. Hal inilah yang mendorongnya mempelajari Bahasa Indonesia secara fasih dan berniat mempertahankan hubungan baik ini meski sudah tidak lagi mewakili negaranya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Saya ingin menyampaikan berita bahwa saya akan meninggalkan Indonesia, rumah kedua saya, segera setelah misi saya selesai,” tutup Azad.