Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Iran Tangkap 41 Orang terkait Serangan Teror ke Parlemen
10 Juni 2017 15:06 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Pemerintah Iran kembali melancarkan operasi penangkapan terkait serangan teror yang menimpa negerinya, Rabu (7/6). Kali ini otoritas keamanan Iran menangkap tujuh orang lagi yang diduga berperan membantu para pelaku mengorganisir serangan teror.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, pejabat Iran mengumumkan bahwa penangkapan kali ini menarget orang-orang yang memberi bantuan teknis dalam operasi teror.
Sebelumnya diberitakan bahwa serangan teror ini digagas oleh jaringan ISIS. Pelaku-pelaku teror diketahui merupakan militan yang pernah bertempur di medan perang Suriah. Para kombatan itu memberondong gedung parlemen di Teheran dan makam imam besar Ayatollah Ruhollah Khomeini, sehingga menewaskan 17 orang.
Total ada enam orang pelaku yang menjalankan operasional penyerbuan gedung parlemen dan makam Khomeini. Dua orang pelaku meledakkan diri di dua lokasi penyerangan, tiga lainnya tewas dalam baku tembak dengan aparat setempat, dan seorang sisanya, perempuan, berhasil tertangkap.
Pejabat Kehakiman, Ahmad Fazelian, berujar bahwa tujuh orang tersebut "memberikan bantuan terhadap orang-orang yang menjalankan aksi teror". Mereka ditahan di Fardis, kota yang berlokasi sekitar 50 kilometer dari Teheran. Ketujuh orang tersebut saat ini ditahan di wilayah selatan Kota Larestan.
ADVERTISEMENT
Penangkapan ini melengkapi operasi sebelumnya yang berhasil meringkus 41 orang yang diduga ikut andil dalam serangan tersebut.
[Baca Juga: ISIS Rilis Video Penyerbuan di Parlemen Iran ]
Otoritas Iran seakan langsung menunjukkan taringnya dalam memberantas jaringan teror ISIS. Sebab penyerangan itu menjadi catatan serius karena sebelumnya Iran belum pernah sama sekali tertimpa serangan ISIS.
Iran menjadi incaran karena membantu rezim Bashar al-Assad di Suriah dalam memerangi kelompok oposisi dan ISIS.