Irjen Krisno: Alumni Akpol Cenderung Bermasalah di Karakter, Kami Riset Solusi

6 Februari 2025 16:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Akpol Irjen Pol Krisno Siregar. Foto: Facebook/HUMAS AKPOL
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Akpol Irjen Pol Krisno Siregar. Foto: Facebook/HUMAS AKPOL
ADVERTISEMENT
Gubernur Akpol, Irjen Krisno H. Siregar, mengungkap masalah utama para alumni Akpol ada di aspek karakter. Mereka pun masih terus melakukan riset untuk mengetahui apa yang harus diubah di kurikulum.
ADVERTISEMENT
Hal ini ia sampaikan saat memberikan penjelasan terkait kasus Ipda Yohananda Fajri, anggota Polres Bireuen, Aceh, yang diduga memaksa kekasihnya untuk melakukan aborsi, saat ia menjadi siswa Akpol pada 2022 lalu.
Awalnya Irjen Krisno menjelaskan profil Ipda Fajri. Pria asal Padang, Sumatera Barat kelahiran 1998 tersebut, merupakan lulusan Akpol 2023.
Setelah itu Irjen Krisno menjelaskan aspek penilaian saat Ipda Fajri masih menjadi taruna Akpol. Persentase nilai aspeknya dibagi 5, yakni karakter, kesehatan, pengetahuan dan keterampilan, serta jasmani.
Dari hasil penilaian, Ipda Fajri unggul di jasmani, serta pengetahuan dan keterampilan, dengan bobot nilai masing-masing 25 persen. Sementara untuk kesehatan dan karakter, nilainya hanya 10 dan 15 persen.
Gubernur Akpol Irjen Pol Krisno Siregar. Foto: Facebook/HUMAS AKPOL
“Nah, aspek karakter, mental kepribadian itu 25%. Aspek pengetahuan atau knowledge itu juga 25%, keterampilan, karena Akpol adalah pendidikan vokasi, juga 25%. Nah jasmani itu cuma 15% dan yang terakhir adalah kesehatan (10%),” jelas Krisno.
ADVERTISEMENT
Irjen Krisno mengatakan, kecenderungan para taruna Akpol rendah di penilaian karakter.
“Dan hasil riset kami pak, kami selalu melihat alumni-alumni Akpol yang sebelum (masuk) PTIK, kami melihat mereka mengalami masalah di dinas itu lebih kepada masalahnya karakter bukan skill, kami riset terus Pak,” ujarnya saat rapat bersama Komisi III DPR RI, di gedung Parlemen, Jakarta pada Kamis (6/2).
Ia memastikan, fenomena ini tengah dipelajari oleh pihaknya.
Rapat dengar pendapat umum (RDPU) Komisi III DPR RI dengan Polda Aceh terkait kasus dugaan Ipda Yohananda Fajri paksa pacar aborsi di gedung Parlemen, Jakarta pada Kamis (6/2/2025). Foto: Abid Raihan/kumparan
“Apa yang harus kami ubah di kurikulum, apa yang harus dilakukan di metode pengasuhan dan kami melakukan riset pak ketua. Jadi bukan hanya melihat itu, kami riset, kami melibatkan ahli, kami melibatkan dosen-dosen yang ada menjadi partnership kami di Semarang,” sambungnya.
Padahal, menurut Krisno, pembangunan karakter atau mental kepribadian merupakan suatu aspek utama dalam pendidikan para Taruna.
ADVERTISEMENT
“Hal itu dapat kita lihat dari berapa persen bobot yang diberikan untuk aspek karakter ini. Di setiap tingkatan, bapak. Dari tingkat I sampai IV kami nilai,” ujarnya.