Ironi Jokowi: Dulu Ajak Perang Lawan COVID-19, Lalu Berdamai Saat Kasus Tinggi

20 Mei 2020 15:37 WIB
comment
20
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers saat meninjau Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020).
 Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers saat meninjau Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020). Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Saya mengajak para pemimpin negara G20 untuk bersama-sama memenangkan dua 'peperangan' yaitu melawan COVID-19 dan melawan pelemahan ekonomi dunia."
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi bicara di depan 27 kepala negara yang hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa G20, pada Kamis, 26 Maret. Konferensi tersebut digelar khusus untuk penanganan COVID-19.
Seruan perang melawan corona juga disampaikan oleh Presiden Jokowi saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non-Blok (GNB) pada Senin (4/5) malam.
“59 tahun lalu GNB didirikan untuk melawan 'musuh bersama' imperialisme dan neokolonialisme. Saat ini 'musuh bersama' kita adalah COVID-19,” kata Jokowi dalam keterangannya yang diterima kumparan, Senin (4/5).
Selayaknya perang, Jokowi sebagai pemimpin lalu menyiapkan segala senjata untuk memenangkan pertempuran dengan musuh kasat mata bernama COVID-19.
Di antara senjata yang dipilih adalah Penerapan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang disebut Jubir Presiden, Fadjroel Rachman, sebagai tahap baru perang lawan corona.
Presiden Jokowi memimpin ratas melalui sambungan video di Istana Negara, Jakarta. Foto: Dok. Biro Pers Setpres
ADVERTISEMENT
Senjata lain adalah menyiapkan Rp 405,1 triliun untuk menghadapi virus sekaligus tangani 'korban' corona, lalu Jokowi mengimpor alat-alat kesehatan untuk corona, termasuk memesan 2 juta Avigan dan 3 juta Chloroquine untuk corona. Teranyar senjata melarang mudik meski belakangan transportasi malah dibuka lagi.
Sejak Jokowi menyatakan perang dengan corona, kasus positif terus meningkat, begitu juga yang meninggal terus bertambah, meski yang sembuh lebih banyak.
Kemudian, 2,5 bulan berlalu, penambahan kasus corona di Indonesia saat ini sudah 400-500 kasus per hari dengan total kasus positif 18.496 orang dan 1.221 di antaranya meninggal dunia.
Berdamai dengan Musuh: COVID-19
Saat perang berkecamuk, Jokowi tiba-tiba menyatakan berdamai dengan musuh yang membuat puluhan ribu orang terinfeksi dan ribuan meninggal.
ADVERTISEMENT
Pernyataan itu seperti titah untuk menarik seluruh pasukan dari laga peperangan: tenaga medis dengan hazmat, anggota gugus tugas, petugas laboratorium, peneliti virus, TNI/Polri di penjaga perbatasan, hingga masyarakat yang diam di rumah.
Tak sekali, seruan berdamai diulang Jokowi pekan berikutnya, dengan argumentasi prediksi WHO virus tidak akan hilang.
"Kita harus berdampingan hidup dengan COVID. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, berdamai dengan COVID. Sekali lagi, yang penting masyarakat produktif, aman, dan nyaman," ucap Jokowi dalam keterangan tertulis, Jumat (15/5).
Meski begitu, Jokowi menolak menyebut seruan berdamai itu sebagai sikap menyerah. Melainkan demi hidup yang produktif memasuki era 'the new normal'.
Bendera Putih
Sejumlah warga dan pengendara motor memadati kawasan Pasar Anyar, Kota Bogor, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, menilai ungkapan Jokowi berdamai dengan COVID-19 adalah pengibaran bendera putih dalam perang melawan corona.
ADVERTISEMENT
"Saya kira itu pernyataan kalah perang, bendera putih," kata Fadli kepada kumparan, Selasa (19/5).
Menurut Fadli, pemerintah telah putus asa memerangi COVID-19. Hal itu terbukti dari adanya sejumlah aturan yang tidak diterapkan hingga tuntas.
"Upaya kita belum maksimal dan aturan-aturan terkait COVID-19 belum tuntas diselesaikan seperti PSBB, tapi sudah berubah lagi mindsetnya," jelas Fadli.
Disentil Jusuf Kalla
Jusuf Kalla (tengah) saat menghadiri acara Kerjasama PMI dan Eijkman dalam pengobatan COVID-19. Foto: Dok. Istimewa
Wakil Presiden ke-10 dan 12, Jusuf Kalla, bicara lebih menohok merespons pernyataan Presiden Jokowi yang mengajak masyarakat berdamai dengan virus corona. Menurut JK, virus corona sungguh tak bisa diajak berdamai.
"Bisa saja, mati itu orangnya. Virus ini kan ganas dan tidak pilih-pilih siapa, tidak bisa diajak berdamai. Berdamai itu kalau dua-duanya mau. Kalau kita mau damai tapi virusnya enggak, ya gimana?" kata JK dalam diskusi Webinar Universitas Indonesia, Selasa (19/5).
ADVERTISEMENT
Menurut JK, istilah yang tepat adalah kebiasaan hidup yang harus diubah selama wabah virus corona. Misalnya menggunakan masker, cuci tangan secara rutin dan hidup menurut protokol kesehatan lainnya.
"Tapi bukan berarti kita berdamai, enggak. Karena risikonya mati," kata Ketum Palang Merah Indonesia (PMI) itu.
--------------------------
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.