Ironi Ospek Online Unesa: Berawal Pembentakan, Berakhir Konseling Psikologi

16 September 2020 8:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kelulusan mahasiswa Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kelulusan mahasiswa Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Masyarakat dihebohkan dengan beredarnya video opsek Unesa di media sosial. Dalam video berdurasi 29 detik itu, terlihat tiga orang senior secara bergantian membentak dan menanyakan ikat pinggang kepada seorang mahasiswa baru.
ADVERTISEMENT
"Ikat pinggangmu, mana?" ucap seorang senior.
"Ikat pinggang diperlihatkan," sahut senior yang lain.
Video itu merupakan bagian acara pengenalan kehidupan kampus mahasiswa baru atau maba (PKKMB) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya yang dilakukan secara daring melalui aplikasi zoom.
Seorang maba yang tidak memakai ikat pinggang itu hanya bisa meminta maaf. Selain itu, ada video kedua berdurasi 19 detik. Dalam video itu, nampak beberapa panitia PKKMB terlibat adu mulut dan saling dorong di hadapan para maba.
Humas Unesa, Vinda Maya, membenarkan jika video yang beredar dan menjadi viral itu memang terjadi di Unesa.

Penjelasan Unesa

Vinda Maya mengakui adanya kesalahan dalam koordinasi pelaksanaan PKKMB pada salah satu fakultas di Unesa. Pihaknya telah melakukan koordinasi kepada para pimpinan untuk menindaklanjuti kejadian tersebut.
ADVERTISEMENT
"Ketika viral pada Senin (14/9) malam, kita langsung lakukan koordinasi. Jadi kita mengidentifikasi bagaimana kronologinya. Memang itu video dari kami saat proses PKKMB yang berlangsung pada Rabu (9/9) kejadiannya," ucap Vinda dikutip dari Basra, media partner 1001 kumparan.
Vinda menyayangkan kejadian itu dan tidak setuju dengan adanya kekerasan dalam bentuk apa pun. Bahkan pihaknya juga akan mengadakan pertemuan dengan pimpinan, mahasiswa terkait, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unesa, hingga para komisi disiplin (Komdis).
"Kita akan melakukan evaluasi, dan akan mencari tahu bagaimana kronologinya. Karena setiap fakultas kan punya peraturan masing-masing untuk mendisiplinkan," ucap Vinda.

Unesa Beri Layanan Psikologi

Selain melakukan evaluasi, Unesa telah menyediakan layanan psikologi untuk memberikan konseling kepada maba maupun panitia komdis.
ADVERTISEMENT
"Kami mencoba melakukan konseling dengan maba dan panitia agar bisa diketahui kondisi psikologis mereka. Karena ketika ini (video) viral secara psikologis tentu akan mengganggu mereka," kata Vinda.
Sejak video itu viral, pihaknya telah melakukan pendekatan untuk mengetahui kondisi para mahasiswa.
"Kami ada dosen psikolog, sejak viral kami juga melakukan tracing untuk mengetahui kondisi mereka (mahasiswa) seperti apa," ucap Vinda.
Kemudian, dari hasil diskusi, Unesa juga akan mendatangi kediaman seorang maba yang dibentak akibat tidak mengenakan ikat pinggang saat pelaksanaan PKKMB berlangsung secara daring.
"Mahasiswa baru yang ada di dalam video viral rumahnya kan di Kertosono. Besok (16/9), tim dari Unesa akan silaturahmi ke Kertosono," ucap Vinda.
Namun terkait sanksi yang akan diberikan, sampai saat ini masih belum dipikirkan. Unesa masih fokus memulihkan kesehatan mental para mahasiswa.
ADVERTISEMENT
"Teman-teman BEM, panitia, kondisinya juga lagi diserang di media sosial. Secara psikologis juga sangat berpengaruh. Mereka juga kan syok. Saat ini mereka sedang kami lakukan konseling. Ibarat rumah kita sebagai ayah, ibu kalau anak salah masak diusir, diperingatkan dulu, diberi nasihat, dirangkul, diidentifikasi dulu apa kesalahannya," jelas Vinda.
Surat pernyataan resmi Unesa soal ospek yang viral. Foto: Dok. Istimewa

Unesa Akui Ada Kesalahan

Sementara melalui pernyataan tertulisnya, Unesa menyayangkan terjadinya peristiwa itu. Unesa bersama pimpinan kemahasiswaan dari fakultas terkait telah memberikan evaluasi sekaligus bimbingan kepada mahasiswa yang bersangkutan dan seluruh masalah yang ada akan diselesaikan dengan cara kekeluargaan.
"Unesa menjadikan ini sebagai catatan evaluasi penting yang diharapkan menjadi masukan untuk perbaikan dalam pengelolaan kegiatan kemahasiswaan ke depan," tulis keterangan itu.
Komisioner KPAI, Retno Listyarti di SMPN 147 Ciracas. Foto: Reki Febrian/kumparan

KPAI Nilai Sebagai Bentuk Kekerasan

Anggota KPAI Retno Listyarti menilai, ospek dengan membentak walau dilakukan secara online merupakan bentuk kekerasan verbal. Ia menyayangkan peristiwa itu.
ADVERTISEMENT
"Sebagai komisioner KPAI yang pernah jadi pendidik, tentu saja kekerasan apa pun, termasuk kekerasan verbal di dalam pendidikan tidak boleh dilakukan. Mendidik adik-adik mahasiswa untuk disiplin misalnya, tentu dapat dilakukan tanpa kekerasan verbal seperti membentak tadi," kata Retno.
Retno juga mengatakan universitas harus membuat aturan tegas agar kekerasan verbal dengan cara membentak saat ospek online itu tidak kembali terjadi.