Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ironi Sumur Resapan Anies: Dicoret DPRD DKI, Kini Konsepnya Dipakai di IKN
24 Februari 2022 11:30 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Masih ingat dengan polemik sumur resapan di Jakarta? Saat itu, sebagian orang ramai-ramai mengkritik sumur resapan karena dinilai tak efektif menangani banjir.
ADVERTISEMENT
Siapa sangka, konsep serupa justru dipakai di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Di sana, konsep ini bernama kota spons.
"Kota spons mengacu pada kota yang berperan seperti spons yang mampu menahan air hujan agar tidak langsung melimpas ke saluran-saluran drainase dan yang mampu meningkatkan peresapan ke dalam tanah sehingga bahaya banjir dapat berkurang serta kualitas dan kuantitas air dapat meningkat melalui penyaringan tanah dan penyimpanan dalam tanah (akuifer)," dikutip dari UU No. 3 Tahun 2022 lampiran II tentang Prinsip Dasar Pengembangan Kawasan, Rabu (23/2).
Pada dasarnya, cara kerja sumur resapan sama dengan kota spons. Akan ada tempat penampungan air yang berlubang. Lubang-lubang ini langsung terhubung dengan tanah.
Air yang masuk akan tertahan di lubang itu. Bila sudah penuh, barulah air akan mengalir ke saluran air atau drainase utama.
ADVERTISEMENT
Selama di dalam kolam, bak kontrol, atau tempat penampungan, air akan menyerap ke tanah. Di Jakarta, peran ini sangat penting agar dapat menekan dan mencegah penurunan tanah.
Namun, pembangunan sumur resapan di Jakarta sudah dihentikan per Desember 2021. DPRD DKI Jakarta meng-cut, alias mencoret anggaran untuk pembangunan sumur resapan pada 2022.
Pemprov DKI saat itu menganggarkan sekitar Rp 322 miliar dari APBD DKI Jakarta untuk membangun 27 ribu sumur resapan.
Memang, pembangunan sumur resapan tidak sepenuhnya dikerjakan dengan baik. Ada saja kontraktor yang bekerja tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Alhasil, kualitasnya juga tak sesuai dengan yang diinginkan. Misalnya penutup bak tidak rata, jalan malah rusak, atau ditinggal padahal belum selesai.
ADVERTISEMENT
Anies langsung memerintahkan SKPD terkait untuk memberi sanksi kepada para kontraktor yang terbukti mengerjakan sumur resapan tidak sesuai dengan ketentuan.
Di balik banyaknya keluhan dan kritik, banyak juga masyarakat yang menilai pembangunan sumur resapan justru membantu mengatasi banjir.
Salah satunya di wilayah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Camat Kebayoran Lama, Sidik Rawanta mengatakan pembangunan sumur resapan justru membantu banjir di wilayahnya surut dengan cepat.
Menurut Sidik, sumur resapan yang dibangun di sekitar lokasi banjir bekerja dengan baik dan mampu menangani banjir dengan baik.
“Intinya dengan berfungsinya semua saluran dan sumur resapan, genangan-genangan air secara berangsur surut, hingga hampir nihil genangan di semua wilayah Kebayoran Lama,” kata Sidik kepada kumparan (21/12).
Sama-sama Berfungsi Meresap Air
Pemerhati Tata Kota, Elisa Sutanudjaja, menilai konsep tersebut sesuatu yang lazim dan sesuai siklus hidrologi. Tujuannya menahan air selama mungkin agar tidak langsung terbuang ke drainase kota, yakni dengan cara meresapkannya ke dalam tanah.
ADVERTISEMENT
Jika di Jakarta, Gubernur DKI Anies Baswedan menggunakan konsep sumur resapan. Sementara di Ibu Kota Negara menggunakan istilah lain, yang menurut Elisa pada dasarnya sama saja.
"Meresapkan, tapi benar-benar berupaya menghindari istilah sumur resapan. Tapi pakai istilah-istilah asing seperti bio swale (sengkedan-bio), rain garden, dll yang prinsipnya sama: yaitu meresapkan," tulis Elisa di akun twitternya.