ISIS dan Infiltrasinya di Indonesia

26 Mei 2017 16:10 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengamanan di lokasi ledakan bom Kampung Melayu (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Kembali terulang, sebuah kejadian yang menggoyahkan batin dan membuat orang-orang ketakutan. Teror menerkam menjelang Ramadhan, Rabu malam (24/5). Bom bunuh diri meledak dan menewaskan tiga polisi yang berjaga di area publik, Terminal Kampung Melayu.
ADVERTISEMENT
Yang kemudian muncul adalah nama ISIS sebagai dalang kejadian.
ISIS kepanjangan dari Islamic State of Iraq and Syria, atau Negara Islam Irak dan Syam, atau dalam bahasa Arab Al-Dawiah Al-Islamiyah Fi al-Iraq Wa-al-sham.
ISIS adalah sebuah negara dan kelompok militan jihad yang semula tidak diakui oleh Suriah dan Irak. Kelompok ini didukung oleh para pemberontak Sunni.
Video eksekusi dua tentara Turki oleh ISIS (Foto: dok. SITE)
Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk Islam, menentang keberadaan ISIS, dan memasukannya ke dalam daftar organisasi teroris pada Agustus 2014.
Namun, ISIS telah berkembang di Indonesia, meski memang tidak terlihat seperti perkembangan ISIS di Irak dan negara Timur Tengah lain yang begitu pesat.
Perkembangan ISIS di Indonesia terjadi melalui perekrutan sembunyi-sembunyi dan terorganisir, karena ISIS ditentang pemerintah Indonesia. Masyarakat pun tak sepakat dengan cara ISIS yang sangat ekstrem dan brutal.
ADVERTISEMENT
Pengamat terorisme Universitas Nanyang, Prof. Rohan Gunaratna, mengatakan paham ISIS masuk ke Indonesia pertama kali dibawa oleh salah satu anggota Jamaah Islamiyah, Abdullah Sungkar.
Sementara menurut Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), perkembangan perekrutan anggota ISIS dilakukan melalui orang terdekat dan keluarga. Alasannya, karena faktor kepercayaan akan jauh lebih kuat.
Dalam sejarah ISIS, menurut BNPT, orang-orang lebih mudah percaya kepada teman dekat ataupun keluarga sendiri dalam menanamkan semangat. Ini modal untuk memengaruhi orang “besar”. Terutama di Indonesia, di mana banyak sifat dari masyarakat yang mudah percaya dengan kemauan orang lain.
Snapshot salah satu video propaganda ISIS yang menampilkan Abu Muhammad al Indonesi (Foto: Noxious/Youtube)
Lebih lanjut, kemajuan teknologi memudahkan jaringan ISIS untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat.
Simpatisan ISIS di Indonesia sangat aktif di media sosial, dan ini amat membantu mereka untuk memperluas basis dan menyebarkan paham radikalisme sekaligus merekrut.
ADVERTISEMENT
Beberapa dari mereka punya hubungan dengan jaringan JI yang saat ini dihubungkan dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), sebab kabarnya ISIS sedang mencari target demografi baru.
ISIS memiliki media sosial sendiri (Foto: REUTERS/Stringer )
ISIS diyakini sangat ahli dalam menggunakan media sosial untuk menyebarkan propaganda dan radikalisasi.
Video dan pesan mereka secara konsisten diunggah, disajikan berbeda, untuk menarik simpati anak-anak muda yang merasa terpinggirkan dan tersingkir.
Otoritas di seluruh dunia lantas mengidentifikasi empat tahap radikalisasi ISIS, yakni:
ADVERTISEMENT
Mereka yang direkrut ISIS mulai terisolasi dari keluarga dan hilang ikatan dengan masyarakat di sekitarnya. Ketika ikatan tersebut terkikis, anak-anak muda akan jadi sangat mudah diajak bergabung dengan ISIS.
Pertengahan 2015, Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) menuliskan bahwa ada masa penurunan penggunakan Facebook, Google Plus, dan Twitter oleh jihadis asal Indonesia. Untuk alasan keamanan, mereka beralih ke WhatsApp, Telegram, dan Zello.
Di luar Indonesia, kini ISIS agresif mengambil alih hashtag agar tak terdeteksi sensor di Twitter. Targetnya sederhana, yaitu untuk menyebarkan pesan sejauh dan seluas mungkin.
Sekali lini masa terikat, percakapan lebih intim pun terjadi, dan ISIS mengenskripsi platform serta lambang-lambang mereka.
Pemimpin ISIS Al Baghdadi (Foto: Reuters)
BNPT memaparkan fakta lain soal sumber pendanaan pemberangkatan anggota ISIS yang bersumber dari salah satu anggota keluarga, ataupun iuran dari sejumlah keluarga.
ADVERTISEMENT
Dengan cara seperti itu, ISIS dengan mudah menjalar dan menggerogoti keutuhan Indonesia tanpa perlu khawatir terlihat di permukaan. Cara yang mereka gunakan akan sulit dilacak.
Indonesia, mestinya, punya segala sumber daya untuk dapat mencegah berkembangnya paham radikalisme ISIS.
Menurut Prof. Rohan Gunaratna, ulama-ulama di Indonesia memiliki peran penting untuk memberikan penyadaran dan sosialisasi terkait bahaya paham radikal ISIS.
Namun, peran penting keluarga dan masyarakat pun jadi salah satu kekuatan yang bisa menahan dan memberantas paham-paham radikalisme.
Yang jelas, mengatasi ISIS tidak hanya lewat perang, tapi juga dengan pendekatan pemahaman.
Pola pendekatan yang bisa dilakukan adalah dengan dua cara, yaitu secara kekerasan dan pendekatan lunak yang memang harus terus dilakukan untuk dapat mencegah perluasan penyebaran paham radikal ISIS.
ADVERTISEMENT
ISIS yang menggunakan kekerasan sebagai alat, sejatinya adalah musuh semua umat manusia.