ISIS Klaim Bertanggung Jawab dalam Serangan Bom Gereja di Filipina

28 Januari 2019 3:36 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang tentara berjalan ke dalam Gereja Katolik Roman, Jolo, Provinsi Sulu, Filipina Selatan. (Foto: Armed Forces of the Philippines - Western Mindanao Command/Handout via REUTERS )
zoom-in-whitePerbesar
Seorang tentara berjalan ke dalam Gereja Katolik Roman, Jolo, Provinsi Sulu, Filipina Selatan. (Foto: Armed Forces of the Philippines - Western Mindanao Command/Handout via REUTERS )
ADVERTISEMENT
Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas dua kali pemboman yang terjadi di sebuah Gereja Katolik Roman, Jolo, di Filipina, Minggu (27/1). Akibat serangan itu, dilaporkan 20 orang tewas dan 81 orang lainya luka-luka.
ADVERTISEMENT
“ISIS mengklaim bertanggung jawab atas pemboman selama kebaktian di Gereja Katolik di Filipina,” bunyi kantor berita kelompok militan Amaq, dilansir Reuters, Senin (28/1).
Sejumlah korban ledakan bom saat dirawat di rumah sakit, setelah dua bom meledak di luar Gereja Katolik Roman di Jolo, Provinsi Sulu, Filipina Selatan, pada Minggu (27/1/2019). (Foto: WESMINCOM Armed Forces of the Philippines Via AP)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah korban ledakan bom saat dirawat di rumah sakit, setelah dua bom meledak di luar Gereja Katolik Roman di Jolo, Provinsi Sulu, Filipina Selatan, pada Minggu (27/1/2019). (Foto: WESMINCOM Armed Forces of the Philippines Via AP)
Dalam laporannya, dilaporkan bahwa serangan ini merupakan serangan yang paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir di wilayah yang mayoritas penduduknya Muslim. Sebelumnya, menurut Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, pihaknya telah menerjunkan tim untuk melakukan pengamanan dan menetralisir ancaman lanjutan.
"Saya telah mengarahkan pasukan kami untuk meningkatkan tingkat siaga mereka, mengamankan semua tempat pemujaan dan tempat-tempat umum sekaligus, dan memulai langkah-langkah keamanan proaktif untuk menggagalkan rencana bermusuhan," kata Delfin Lorenzana dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AP, Minggu (27/1).
Suasana di luar Gereja Katolik Roman di Jolo, Provinsi Sulu, Filipina Selatan, pada Minggu (27/1/2019). (Foto: WESMINCOM Armed Forces of the Philippines Via AP)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di luar Gereja Katolik Roman di Jolo, Provinsi Sulu, Filipina Selatan, pada Minggu (27/1/2019). (Foto: WESMINCOM Armed Forces of the Philippines Via AP)
Sejauh ini, KBRI Manila menjelaskan belum ada laporan WNI yang menjadi korban dalam serangan ini. Meski demikian, KBRI Manila akan terus memantau perkembangan kasus ini dengan pemerintah setempat.
ADVERTISEMENT
"Sejauh ini belum ada laporan WNI yang menjadi korban," ungkap Duta Besar RI untuk Filipina, Sinyo Harry Sarundajang, dalam pesan singkatnya kepada kumparan, Minggu (27/1).
Kepulauan Jolo telah lama menjadi biang permasalahan kelompok militan Abu Sayyaf. Kelompok tersebut, telah menjadi daftar hitam negara Amerika Serikat. Menurut pemerintah Filipina, kelompok tersebut termasuk dalam kelompok teroris karena sering melakukan pengeboman, penculikan, dan pemenggalan kepala.