Ismail Fahmi Pertanyakan Analisis Big Data Cak Imin soal Penundaan Pemilu

27 Februari 2022 10:53 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konpers Cak Imin usul NU-Muhamadiyah raih nobel perdamaian 2022-2023 di Gedung DPR RI, Rabu (16/1). Foto: DPR
zoom-in-whitePerbesar
Konpers Cak Imin usul NU-Muhamadiyah raih nobel perdamaian 2022-2023 di Gedung DPR RI, Rabu (16/1). Foto: DPR
ADVERTISEMENT
Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin), mengeklaim banyak orang yang setuju dengan usulan Pemilu 2024 ditunda selama satu sampai dua tahun. Ia mengatakan, berdasarkan analisis big data soal perbincangan di media sosial, dari 100 juta subjek akun menunjukkan, sebanyak 60% mendukung penundaan pemilu dan 40% menolak.
ADVERTISEMENT
Pengamat medsos sekaligus founder Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, mempertanyakan klaim tersebut. Sebab jika klaim tersebut diambil dari subjek akun Twitter, ia menerangkan pengguna medsos ini di Indonesia hanya 18 juta.
"Klaim itu ia sampaikan dengan mengacu pada analisa big data perbincangan yang ada di media sosial. Menurutnya, dari 100 juta subjek akun di media sosial, sebanyak 60 persen mendukung penundaan pemilu dan 40 persen menolak. Twitter user Indonesia hanya 18 juta," kata Ismail di Twitter, Minggu (27/2).
Sementara itu, Ismail juga meragukan data itu berasal dari Facebook. Ia menerangkan bahwa pengguna Facebook di Indonesia memang mencapai 167 juta orang.
Tetapi, menurut Ismail, sulit mendapatkan data dari Facebook. Adapun apabila mungkin, ia berpendapat mustahil ada 100 juta pengguna Facebook di Indonesia yang membicarakan penundaan Pemilu 2024.
ADVERTISEMENT
"Pengguna Facebook di Indonesia sekitar 176 juta orang. Impossible juga 100 juta user ngomongin perpanjangan masa jabatan presiden dan penundaan pemilu 2024. Dan dapetin data Facebook lebih sulit dari Twitter," terangnya.
Ismail mengingatkan, menurut hasil survei Indikator Politik, lebih banyak masyarakat yang tidak setuju penundaan Pemilu 2024. Berdasarkan hasil survei pada Desember 2021, hanya 24,5% yang setuju, sementara 67,2% lainnya tidak setuju, dan 8,3% lainnya tidak menjawab atau tidak tahun.
Sebab itu, Ismail meragukan temuan di medsos menunjukkan hasil yang berbeda. Ia pun mengungkit buku yang ditulis Darren Huff berjudul How to Lie with Statistics.
"Temuan survei lapangan saja hasilnya seperti disampaikan mas @BurhanMuhtadi (Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia). Lebih banyak yang tidak setuju," terangnya.
Ilustrasi Twitter. Foto: REUTERS/Kacper Pempel
"Padahal kalau di medsos bisa lebih tinggi ketidakpuasan. Tahu sendiri netizen gimana," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Cak Imin mengusulkan agar pemilu ditunda selama satu hingga dua tahun. Ia mengaku, inisiatif ini muncul usai menerima aspirasi dari sejumlah pelaku UMKM, pebisnis, dan analis ekonomi dari berbagai perbankan di Gedung DPR, Senayan.
Menyusul hal ini, ia mengatakan usulannya pun didukung oleh hasil analisis big data di medsos. Selain Cak Imin, ada Ketum PAN Zulkifli Hasan yang setuju Pemilu 2024, hingga Ketum Golkar Airlangga Hartarto yang membuka peluang agar Presiden Jokowi maju 3 periode.