Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Israel Bebaskan Sutradara ‘No Other Land’, Sempat Dipukuli Sebelum Ditangkap
26 Maret 2025 10:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Polisi Israel membebaskan sutradara film Palestina peraih Oscar, Hamdan Ballal, pada Selasa (26/3), sehari setelah ia ditahan atas tuduhan melempar batu di Tepi Barat.
ADVERTISEMENT
Ballal mengaku sempat dipukuli sebelum ditangkap. Para aktivis menggambarkan insiden itu sebagai serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Jurnalis sekaligus rekan Ballal dalam pembuatan film dokumenter No Other Land, Basel Adra, membagikan foto Ballal setelah dibebaskan.
Dalam foto itu, baju Ballal tampak bernoda darah.
“Setelah saya memenangkan Oscar, saya tidak menyangka akan mengalami serangan seperti ini,” kata Ballal dalam video yang diunggah AFPTV.
Militer Israel menyatakan tiga warga Palestina ditangkap pada Senin (25/3) karena diduga melempar batu di desa Susya, Tepi Barat selatan.
“Setelah itu terjadi konfrontasi kekerasan yang melibatkan saling lempar batu antara warga Palestina dan warga Israel,” kata pernyataan militer, seperti diberitakan AFP.
Susya berada di dekat Masafer Yatta, wilayah yang menjadi latar film No Other Land.
ADVERTISEMENT
Film ini memenangkan Oscar untuk kategori dokumenter terbaik tahun ini, menyoroti pengusiran paksa warga Palestina oleh pasukan dan pemukim Israel di Masafer Yatta—area yang ditetapkan Israel sebagai zona militer sejak 1980-an.
Polisi Israel mengonfirmasi penahanan Ballal.
Dalam pernyataan selanjutnya, mereka menyebut tiga orang telah dibebaskan dengan jaminan dan sedang diselidiki atas dugaan pelemparan batu, perusakan properti, serta ancaman terhadap keamanan regional.
‘Saya Dipukuli di Seluruh Tubuh’
Ballal mengaku dipukuli pemukim Israel sebelum ditangkap.
Sutradara No Other Land lainnya, Yuval Abraham, mengatakan Ballal mengalami cedera di kepala dan perut serta mengalami pendarahan.
Aktivis dari Center for Jewish Nonviolence, kelompok antipendudukan Israel, mengaku menyaksikan kekerasan di Susya saat berada di sana untuk mendampingi warga Palestina.
“Kekerasan seperti ini terjadi secara teratur,” kata aktivis asal AS yang menolak menyebutkan nama lengkapnya.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan sebelum pasukan Israel tiba, sekelompok pemukim menyerang para aktivis serta rumah Ballal.
Sejak perang Israel-Hamas di Gaza pecah, kelompok hak asasi manusia melaporkan lonjakan serangan pemukim Israel di Tepi Barat.
Tepi Barat, wilayah yang diduduki Israel sejak 1967, dihuni sekitar tiga juta warga Palestina dan hampir setengah juta warga Israel yang tinggal di permukiman yang ilegal menurut hukum internasional.