Israel Gencarkan Serangan Udara di Rafah sebelum Mulai Invasi Darat

26 April 2024 15:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rafah, Jalur Gaza, Rabu (10/4/2024). Foto: Shadi Tabatibi/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Rafah, Jalur Gaza, Rabu (10/4/2024). Foto: Shadi Tabatibi/REUTERS
ADVERTISEMENT
Israel meningkatkan serangan udara di Rafah pada Kamis (25/4) malam waktu setempat. Sebelumnya, mereka menyatakan akan mengevakuasi warga sipil dari kota Gaza selatan dan melancarkan serangan habis-habisan.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, sekutu telah memperingatkan bahwa sikap Israel itu dapat menyebabkan korban jiwa dalam jumlah besar.
Petugas medis di daerah Palestina yang terkepung melaporkan lima serangan udara Israel di Rafah pada Kamis (25/4) pagi menghantam sedikitnya tiga rumah dan menewaskan sedikitnya enam orang, termasuk seorang jurnalis lokal. Rafah adalah wilayah Gaza yang berbatasan dengan Mesir.
Peta Gaza. Rafah berbatasan dengan Mesir. Foto: google.maps
“Kami takut dengan apa yang akan terjadi di Rafah. Tingkat kewaspadaan sangat tinggi,” ujar Duta Besar Palestina untuk PBB, Ibrahim Khraishi, seperti dilansir Reuters.
“Beberapa orang pergi, mereka takut dengan keluarga mereka, tapi ke mana mereka bisa pergi? Mereka tidak diizinkan pergi ke utara sehingga dikurung di wilayah yang sangat kecil,” tambahnya.
Pada bulan ketujuh serangan udara dan darat, pasukan Israel juga kembali membombardir wilayah utara dan tengah Palestina hingga timur Khan Younis di selatan.
ADVERTISEMENT
Pengungsi Palestina mengumpulkan makanan yang disumbangkan oleh sebuah badan amal sebelum berbuka puasa, pada hari pertama bulan suci Ramadhan di Rafah, di Jalur Gaza selatan pada 11 Maret 2024. Foto: AFP
Umat muslim melaksanakan Salat Idul Fitri 1445 H di dekat reruntuhan Masjid Al-Farouk di Rafah, Jalur Gaza, Rabu (10/4/2024). Foto: AFP
Sebuah tim PBB yang mengunjungi lokasi persiapan dan dermaga untuk operasi bantuan maritim ikut berlindung di bunker pada Rabu (24/4).
Mereka berada di sana selama beberapa waktu tidak ada yang terluka.
Menurut jubir Israel, David Mencer, Kabinet Perang Israel mengadakan pertemuan untuk membahas cara menghancurkan sisa-sisa seperempat batalyon terakhir Hamas di Rafah dan di tempat lain.
Dia menolak mengatakan kapan atau apakah forum rahasia itu akan memberikan lampu hijau untuk operasi darat di Rafah.

Kekejaman Israel Membuat Trauma

Israel telah membunuh sedikitnya 34.305 warga Palestina. Serangan tersebut telah melumat sebagian besar daerah perkotaan dan menyebabkan sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya mengungsi.
Seorang pakar PBB mengatakan, lembaga-lembaga bantuan melihat adanya peningkatan jumlah pasien yang menderita kekurangan makanan akut di Gaza.
Kerusakan markas besar Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Kota Gaza. Foto: AFP
“Apa yang saya lihat di sini sungguh membuat trauma. Pasien-pasien yang sebelumnya tiba di Mesir dengan gejala-gejala ledakan dan cedera akibat perang lainnya, kini bergabung dengan semakin banyak pasien, seringkali anak-anak, dengan penyakit kronis dan kekurangan gizi parah,” ujar Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Manusia di Wilayah Pendudukan, Francesca Albanese.
ADVERTISEMENT
Israel membalas serangan Hamas pada 7 Oktober yang menurutnya telah menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan 253 orang disandera. Hamas yang didukung Iran karena memiliki musuh yang sama, bersumpah akan menghancurkan Israel karena telah menduduki wilayah Palestina.
Warga Palestina yang melarikan diri dari Gaza utara menaiki kereta yang ditarik hewan saat mereka bergerak ke selatan, di Jalur Gaza tengah, Minggu (12/11/2023). Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS

Warga Gaza Bingung ke Mana Harus Pergi

ADVERTISEMENT
Meningkatnya peringatan Israel mengenai invasi Rafah, tempat perlindungan terakhir bagi sekitar satu juta warga sipil yang melarikan diri dari pasukan Israel jauh ke utara pada awal perang Gaza, telah mendorong beberapa keluarga untuk pergi ke wilayah pesisir al-Mawasi atau mencoba menuju ke titik-titik yang lebih jauh ke utara.
ADVERTISEMENT
Mohammad Nasser (34), seorang ayah tiga anak, mengatakan dia telah meninggalkan Rafah dua minggu lalu dan sekarang tinggal di tempat penampungan di Deir Al-Balah di Gaza tengah untuk menghindari serangan Israel dan tidak dapat melarikan diri.
“Kami lolos dari satu jebakan ke jebakan lainnya, mencari tempat-tempat yang dianggap aman oleh Israel sebelum mereka mengebom kami di sana. Ini seperti permainan tikus dan jebakan,” katanya kepada Reuters melalui aplikasi obrolan.
Seorang wanita menggendong bayi ketika warga Palestina yang melarikan diri dari Khan Younis, akibat operasi darat Israel, bergerak menuju Rafah, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas. Foto: Mohammed Salem/Reuters
“Kami mencoba beradaptasi dengan kenyataan baru, berharap keadaan akan menjadi lebih baik, tapi saya ragu hal itu akan terjadi,” imbuhnya.
Seorang pejabat senior pertahanan Israel mengeklaim bahwa Israel siap mengevakuasi warga sipil sebelum serangannya terhadap Rafah. Mereka telah membeli 40.000 tenda yang masing-masing dapat menampung 10 hingga 12 orang.
ADVERTISEMENT