Israel Konsultasi ke Trump sebelum Lancarkan Serangan Membabi Buta di Gaza

18 Maret 2025 10:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjalan masuk bersama Perdana Menteri Israel  Benjamin Netanyahu setibanya di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Selasa (4/2/2025). Foto: Andrew Caballero-Reynolds/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjalan masuk bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu setibanya di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Selasa (4/2/2025). Foto: Andrew Caballero-Reynolds/AFP
ADVERTISEMENT
Israel berkonsultasi dengan Presiden AS Donald Trump sebelum melancarkan serangan terbaru ke Gaza pada Selasa (18/3) dini hari waktu setempat. Sedikitnya 200 orang tewas dalam serangan udara membabi buta oleh pasukan Zionis ini.
ADVERTISEMENT
“Seperti yang telah diperjelas Presiden Trump, Hamas, Houthi, Iran – semua pihak yang berusaha meneror bukan hanya Israel tetapi AS – akan menghadapi harga yang harus dibayar, dan kekacauan akan terjadi,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt kepada Fox News, Selasa (18/3).
“Houthi, Hizbullah, Hamas, Iran, dan proksi teroris yang didukung Iran harus menanggapi Presiden Trump dengan sangat serius ketika dia mengatakan tidak takut untuk membela orang-orang yang taat hukum dan membela AS serta teman dan sekutu kita, Israel,” lanjutnya.
Serangan udara Israel pada Selasa (18/3) dini hari menghantam sejumlah wilayah di Jalur Gaza.
Presiden AS Donald Trump, di samping Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt, berbicara kepada wartawan saat dalam penerbangan Air Force One menuju Pangkalan Gabungan Andrews, Senin (27/1/2025). Foto: MANDEL NGAN / AFP
Militer Israel berkilah serangan menargetkan komandan Hamas dan infrastruktur kelompok tersebut.
Di Washington, juru bicara Gedung Putih mengkonfirmasi bahwa Israel telah berkonsultasi dengan pemerintah AS sebelum meluncurkan operasi militer ini.
ADVERTISEMENT

Diplomasi Gagal, Perang Berlanjut

Warga Palestina dan pejuang Hamas berkumpul di lokasi penyerahan dua sandera Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan, sebagai bagian dari pembebasan tawanan ketujuh pada 22 Februari 2025. Foto: OMAR AL-QATTAA/AFP
Sementara bom terus berjatuhan, tim perunding Israel dan Hamas berada di Doha, berusaha merundingkan gencatan senjata.
Mediator dari Mesir dan Qatar menghadapi jalan buntu setelah fase awal gencatan senjata berakhir.
Israel mendesak pembebasan 59 sandera yang masih ditahan di Gaza dengan imbalan gencatan senjata sementara hingga setelah Ramadan dan Paskah Yahudi pada April.
Namun, Hamas menuntut penghentian perang secara permanen dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
“Kami menuntut para mediator meminta pertanggungjawaban penuh kepada Netanyahu dan pendudukan Zionis atas pembatalan perjanjian ini,” kata Hamas dalam pernyataan resminya.
Masing-masing pihak saling menuduh melanggar kesepakatan.
Sejak Januari, negosiasi gencatan senjata kerap menemui hambatan, sementara pertempuran terus meningkat.

Serangan Israel dan Respons Hamas

Sejumalah warga berjalan di dekat bangunan yang hancur akibat gencatan senjata Hamas-Israel di Jabalia, Jalur Gaza, Selasa (21/1/2025). Foto: Dawoud Abu Alkas/REUTERS
Israel tidak memberikan rincian serangan Selasa dini hari. Namun, saksi mata dan otoritas Palestina melaporkan kehancuran di berbagai wilayah, termasuk Kota Gaza, Deir al-Balah, Khan Younis, dan Rafah.
ADVERTISEMENT
Palestinian Islamic Jihad (PIJ) menuduh Israel melanjutkan “perang pemusnahan” dan menyabotase upaya gencatan senjata.
“Serangan ini tidak akan memberi Israel keunggulan, baik di lapangan maupun dalam negosiasi,” kata kelompok tersebut dalam pernyataan yang dikutip media Israel, Haaretz.
Militer Israel menyatakan serangan akan terus berlanjut dan tidak terbatas pada serangan udara. Eskalasi ini terjadi setelah perundingan gencatan senjata yang difasilitasi AS gagal mencapai kesepakatan.
Sejak 7 Oktober 2023, serangan keji Israel ini telah menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Infrastruktur, termasuk rumah sakit, luluh lantak.
Blokade Israel membuat bantuan kemanusiaan sulit masuk.
Kota Rafah kini kehabisan bahan bakar untuk memompa air bersih, memperburuk krisis kemanusiaan yang telah berlangsung berbulan-bulan.
ADVERTISEMENT