Israel Marah Hamas dan Fatah Berdamai di China

23 Juli 2024 18:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
16
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz. Foto: REUTERS/Eduardo Munoz
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz. Foto: REUTERS/Eduardo Munoz
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Israel mengutuk perjanjian perdamaian 14 faksi Palestina yang ditengahi oleh China pada Selasa (23/7).
ADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengumumkan belasan kelompok itu, termasuk Hamas dan Fatah, sepakat membentuk pemerintahan rekonsiliasi. Rencananya pemerintahan tersebut akan memerintah Gaza setelah perang.
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, bersikeras bahwa "pemerintahan Hamas akan dihancurkan". Ia juga menuduh Presiden Palestina Mahmud Abbas, dari faksi Fatah, mendukung serangan Hamas pada 7 Oktober yang memicu serangan Israel.
Keterlibatan Hamas dalam pemerintahan pascaperang di Gaza dianggap kutukan bagi AS dan Israel.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang berada di Washington untuk berpidato di sidang gabungan Kongres. Dalam kesempatan tersebut dirinya berjanji untuk melanjutkan perang Gaza sampai Hamas hancur.
Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi (kiri) menjamu Mahmoud al-Aloul (kanan) di Wisma Negara Diaoy, Beijing, Cina, Selasa (23/7/2024). Foto: PEDRO PARDO/AFP
Wang Yi menjamu pejabat senior Hamas Musa Abu Marzuk, utusan Fatah Mahmud al-Aloul, dan utusan dari 12 faksi Palestina lainnya.
ADVERTISEMENT
Tahun lalu, China juga sempat menjadi perantara kesepakatan pemulihan hubungan antara rival regional Iran dan Arab Saudi. Mereka memuji perjanjian ini sebagai komitmen terhadap “rekonsiliasi”.
Merespons pertemuan itu, Katz menyebut Presiden Palestina "mengakui pembunuhan dan pemerkosaan yang dilakukan Hamas".
Dia juga menolak peran Otoritas Palestina di Gaza dengan mengatakan "Abbas dipastikan akan mengawasi Gaza dari jauh".
Pemerintahan di Palestina terpecah setelah pemilu 2006 yang dimenangi Hamas. Pemilu tersebut berujung pertikaian berdarah yang membuat Hamas dan Fatah bermusuhan.
Hamas sejak 2007 mendirikan pemerintahan sendiri di Gaza dan menguasai sepenuhnya wilayah itu.
Sedangkan, faksi Fatah kini menjadi pengendali Otoritas Palestina. Mereka memerintah di Tepi Barat yang masih diduduki Israel.