Israel Serang RS Al-Shifa Gaza: 2 Bayi Prematur Tewas, Unit Kardiologi Hancur

12 November 2023 17:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
Pemandangan udara menunjukkan kompleks rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada Selasa (7/11/2023). Foto: Bashar Taleb/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan udara menunjukkan kompleks rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada Selasa (7/11/2023). Foto: Bashar Taleb/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Serangan udara Israel menghancurkan unit kardiologi di Rumah Sakit Al-Shifa, pusat medis terbesar di Jalur Gaza, pada Minggu (12/11). Hal itu terjadi di tengah pertempuran yang semakin berkecamuk di sekitar fasilitas sipil tersebut.
ADVERTISEMENT
Serangan melanda sehari setelah dua bayi prematur tewas di RS Al-Shifa imbas kekurangan bahan bakar dan listrik yang mengakibatkan inkubator mereka tidak menyala.
Dikutip dari AFP, laporan mengenai serangan ke unit kardiologi RS Al-Shifa disampaikan Wakil Menteri Kesehatan Palestina di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, Youssef Abu Rish.
"Penjajah [Israel] benar-benar menghancurkan unit kardiologi di rumah sakit Al-Shifa. Bangunan dua lantai itu telah hancur total dalam serangan udara," kata Abu Rish.
Para saksi mata di lokasi kejadian pun mengkonfirmasi terjadinya serangan terhadap RS Al-Shifa. Namun, konfirmasi itu tidak dapat diverifikasi secara independen oleh AFP.
Adapun insiden memprihatinkan ini terjadi sehari, setelah dua dari 39 bayi prematur meninggal di dalam inkubator gara-gara kekurangan bahan bakar dan listrik di RS Al-Shifa.
ADVERTISEMENT
"Kami telah kehilangan dua dari 39 bayi akibat pemadaman listrik," kata Direktur RS Al-Shifa, Mohammed Abu Salmiya, kepada Al Jazeera pada Sabtu (11/11).
Bayi menjalani perawatan di dalam inkubator di bangsal bersalin Rumah Sakit Shifa, Gaza, pada 22 Oktober 2023. Foto: Mohammed Al-Masri/REUTERS
"Kita berbicara tentang bayi prematur yang membutuhkan perawatan yang sangat intensif," imbuhnya.
Abu Salmiya menjelaskan, bahan bakar dan listrik sangat esensial agar inkubator yang digunakan puluhan bayi tersebut dapat memberikan suhu hangat dan aliran oksigen dengan stabil.
"Mereka meninggal karena suhu yang rendah dan kekurangan oksigen. Kami sekarang menggunakan metode paling sederhana untuk membuat mereka tetap hidup," jelas dia.
Mirisnya, Abu Salmiya memperingatkan nyawa 37 bayi lainnya saat ini ikut terancam seiring dengan pemadaman listrik dan pertempuran yang berkecamuk di area RS Al-Shifa.
ADVERTISEMENT
Kacaunya kondisi itu juga dibenarkan oleh perwakilan Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, Ashraf Al-Qidra. Dikatakan bahwa sejak kemarin, RS Al-Shifa juga sudah tidak lagi beroperasi gara-gara tidak cukup bahan bakar dan listrik.
"Kami menggunakan segala cara dan cara paling sederhana untuk mencoba agar tidak kehilangan lebih banyak nyawa," kata Al-Qidra, seperti dikutip dari Reuters.
Bagian luar rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada Jumat (10/11/2023). Foto: Ismail Zanoun / AFP
"Namun, kecuali jika ditemukan solusi untuk menyediakan bahan bakar atau listrik, para pasien dan korban luka-luka akan menghadapi risiko kematian," tambahnya.
Ketika ditanya tentang ada tidaknya imbauan evakuasi dari area itu, Al-Qidra mengatakan belum menerima informasi apa-apa. "Kami belum diberi tahu tentang mekanisme apa pun untuk membawa bayi-bayi itu ke rumah sakit yang lebih aman. Sejauh ini kami berdoa untuk keselamatan mereka dan tidak kehilangan lebih banyak lagi," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Hamas membantah tuduhan Israel yang menyebutkan kelompok militan itu sengaja mengorbankan warga sipil sebagai pusat komando atau persembunyian.
Staf medis, pada gilirannya, memperingatkan walaupun opsi evakuasi disediakan — tetapi pasien bisa meninggal jika mereka dipindahkan dan serangan Israel tanpa pandang bulu pun membahayakan siapa pun yang bepergian ke luar.