Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Israel Terima Proposal Biden, tapi Tak Mau Gencatan Senjata Sebelum Hamas Punah
3 Juni 2024 10:43 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Penasihat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengkonfirmasi bahwa Israel telah menerima proposal kesepakatan untuk meredam perang Gaza yang diajukan oleh Presiden AS Joe Biden, Minggu (2/6). Meskipun pihaknya menggambarkan hal itu sebagai perjanjian yang cacat dan memerlukan banyak perbaikan.
ADVERTISEMENT
“Ini adalah kesepakatan yang kami sepakati, bukan kesepakatan yang bagus tetapi kami sangat ingin para sandera dibebaskan, semuanya,” ungkap Kepala Penasihat Kebijakan Luar Negeri Netanyahu, Ophir Falk, dalam sebuah wawancara dengan Sunday Times, seperti dikutip dari Reuters.
“Ada banyak rincian yang harus diselesaikan, termasuk syarat Israel mengenai pembebasan sandera dan penghancuran Hamas sebagai organisasi teroris genosida belum berubah,” tambahnya.
Pada Minggu malam, Menteri Luar Negeri Antony Blinken melakukan panggilan telepon terpisah dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan Benny Gantz untuk membahas proposal tersebut.
Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri AS, dalam panggilan telepon dengan Gantz, Blinken menekankan bahwa Hamas harus mengambil kesepakatan itu tanpa penundaan.
Sedangkan dalam panggilan telepon dengan Gallant, Blinken memuji kesiapan Israel untuk mencapai kesepakatan dan menggarisbawahi bahwa proposal tersebut penting untuk memajukan keamanan jangka panjang Israel.
Tiga Fase Akhiri Perang
Pada Jumat (31/5), Biden menyiarkan rencana tiga fase yang diajukan oleh pemerintah Netanyahu untuk mengakhiri perang.
ADVERTISEMENT
“Tahap pertama mencakup gencatan senjata dan kembalinya beberapa sandera yang ditahan Hamas, setelah itu kedua belah pihak akan melakukan negosiasi mengenai penghentian permusuhan tanpa batas untuk tahap kedua di mana sisa tawanan yang masih hidup akan dibebaskan,” kata Biden.
Urutan tersebut menyiratkan bahwa Hamas akan terus berperan dalam fase bertahap yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar. Hal itu menimbulkan potensi bentrokan dengan tekad Israel untuk melenyapkan Hamas.
Biden telah memuji beberapa proposal gencatan senjata selama beberapa bulan terakhir. Masing-masingnya memiliki kerangka kerja serupa dengan yang ia uraikan pada Jumat, namun semuanya gagal.
Pada Februari lalu, ia mengatakan bahwa Israel telah setuju untuk menghentikan pertempuran pada bulan Ramadan. Namun hal itu tidak terwujud.
ADVERTISEMENT
Poin utama yang menjadi kendala adalah desakan Israel yang hanya akan membahas gencatan senjata sementara sampai Hamas dihancurkan. Sedangkan Hamas mengatakan, pihaknya akan membebaskan sandera hanya jika perang bisa diakhiri secara permanen.
Dalam pidatonya, Biden mengatakan usulan terbarunya akan menciptakan situasi pascaperang yang lebih baik di Gaza tanpa kekuasaan Hamas. Dia tak merinci bagaimana hal itu dapat dicapai dan mengaku ada sejumlah rincian yang harus dinegosiasikan untuk berpindah dari fase satu ke fase dua.
"Tidak akan ada gencatan senjata permanen sampai semua tujuan kami tercapai,” tutur kepala penasihat Falk yang menegaskan kembali posisi Netanyahu.
ADVERTISEMENT
Tanggapan Hamas
Hamas menyambut baik inisiatif Biden. Meskipun seorang pejabat senior dari kelompok tersebut, Sami Abu Zuhri, mengatakan bahwa Hamas terlalu besar untuk dilewati atau dikesampingkan oleh Netanyahu atau Biden, Minggu (2/6).
“Pidato Biden mengandung ide-ide positif, namun kami ingin hal ini terwujud dalam kerangka perjanjian komprehensif yang memenuhi tuntutan kami,” ungkap pejabat Hamas lain, Osama Hamdan, kepada Al Jazeera.