Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Istri Terduga Teroris Jefri Mengaku Dipaksa Teken Surat Kematian
17 Februari 2018 16:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Terduga teroris Muhammad Jefri tewas setelah ditangkap Detasemen Khusus Mabes Polri 88 di Indramayu, Jawa Barat, Rabu (7/2). Jefri ditangkap lantaran diduga terlibat sejumlah aksi teror di Mapolres dan Mako Brimob Toli-Toli, Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
Jefri diduga menjadi bagian dari kelompok binaan Ali Hamka, seorang narapidana teroris yang kini mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. Selain itu, polisi menyebut, Jefri diduga turut andil menjadi anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).
Penangkapan Jefri dilakukan secara hidup-hidup di tangan Densus 88 Mabes Polri. Namun beberapa hari setelahnya, Jefri meninggal dunia. Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto sudah memberikan pernyataan terkait kematian Jefri saat konferensi pers di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (15/2). Dia menyebut, berdasarkan hasil autopsi, Jefri meninggal karena serangan jantung.
Istri Jefri, Ardilla Sholihatun Nisa (18), meragukan kematian suaminya. Dia meyakini Jefri tak memiliki riwayat penyakit apapun.
Dua hari setelah Jefri ditangkap, Ardilla mengakui ada beberapa anggota polisi yang mendatangi rumahnya. Saat itu, Ardilla dan keluarga ingin dibawa ke suatu tempat untuk bertemu Jefri. Ardilla pun tak berpikir panjang, yang penting dia bisa secepatnya bertemu Jefri.
ADVERTISEMENT
Namun, kata Ardilla, keluarganya saat itu malah dibawa ke RS Bhayangkara Jakarta Timur. Sebelum polisi mengatakan Jefri telah meninggal dunia, mereka sempat menanyakan riwayat penyakit Jefri dan menandatangani sebuah surat.
"Sebelum kami melihat (jenazah Jefri), saya disuruh tanda tangan surat kematian bahwa suami saya meninggal karena sakit, saya dipaksa dan ditekan untuk tanda tangan karena kalau tidak saya tidak bisa melihat suami," ujar Ardilla kepada kumparan saat dihubungi lewat aplikasi WhatsApp, Sabtu (17/2).
"Lalu, tiba saatnya kami dipertemukan (dengan jenazah Jefri), ketika saya melihat wajah suami, lemas rasanya seluruh tubuh. Ada dari pihak kepolisian --mungkin-- bilang 'apa mau dibuka kafannya?', mertua saya langsung bilang 'tidak usah, sudah cukup" ujar Ardilla meniru perkataan mertuanya.
ADVERTISEMENT
Tak berapa lama, jenazah Jefri langsung diterbangkan ke Lampung untuk dimakamkan. Ardilla berujar, lokasi pemakaman tersebut diminta langsung oleh keluarga dari pihak Jefri.
"Lalu setelah itu, suami saya langsung dibawa untuk pemakaman di Lampung, mereka menawarkan untuk kami ikut, akhirnya kami ikut dengan dikawal beberapa mobil --enam mobil kalau tidak salah-- itu sudah termasuk mobil jenazah dan satu bus besar, berarti mobil pribadi sekitar empat buah," tuturnya.