Isu Reshuffle Diharapkan Tak Hanya Gimmick, Banyak Menteri Dinilai Tak Maksimal

9 Maret 2022 18:57 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo tinjau vaksinasi anak lansia umum di Palu. Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo tinjau vaksinasi anak lansia umum di Palu. Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wacana reshuffle kabinet berembus setelah politikus PKB Luqman Hakim menyebut Jokowi akan merombak kabinetnya akhir Maret ini. Pengamat Politik Adi Prayitno berharap, wacana reshuffle kabinet bukan hanya gimmick politik semata.
ADVERTISEMENT
"Anggap saja kita harus percaya bahwa omongan PKB itu adalah omongan yang bisa dipercaya, tidak bluffing gitu ya, atau hanya sebatas gimmick. Karena apa pun judulnya PKB adalah partai koalisi pemerintah," ujar Adi pada kumparan, Rabu (9/3).
Menurut Adi, PKB pasti sudah mempertimbangkan banyak hal sebelum melontarkan pernyataan. Tidak asal ngomong dan tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
"PKB itu adalah partai koalisi Presiden Jokowi, orang dalam, pasti tahu persis bagaimana dapur Istana. Dan mereka sebagai partai Islam tentu saja pasti menyampaikan informasi yang valid," jelas dia.
Adi berharap wacana yang dilempar PKB bukan gimmick. Apalagi, wacana reshuffle sudah berulang kali muncul ke publik tapi hingga saat ini belum terjadi. Ia meminta publik menunggu apakah Jokowi jadi melakukan perombakan kabinet atau tidak.
ADVERTISEMENT
"Kalau akhir Maret tidak reshuffle, ya PKB layaknya politisi yang hanya sebatas gimmick belaka informasi politiknya, tak bisa dipertanggungjawabkan. Karena ini yang keenam kalinya sebenarnya isu reshuffle selalu muncul. Terutama setelah PAN jadi bagian koalisi Jokowi," kata Adi.
Lebih lanjut, Adi menilai, saat ini memang sudah waktunya perombakan kabinet dilakukan Jokowi. Sebab, dalam dua tahun ini, banyak kinerja menteri yang tidak maksimal.
Ia mencontohkan masalah ekonomi yang masih terhambat karena COVID-19, PHK, hingga capaian program pemerintah yang tak sesuai target.
Direktur Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno saat diskusi dengan tema "Wajah Islam Politik Pasca Pilpres 2019" di Kantor Parameter Politik, Jakarta. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
"Sebenarnya masih banyak ya kerja-kerja menteri Jokowi itu tidak bekerja secara maksimal. Jokowi sepertinya juga sudah mulai gelisah karena di sisa dua tahun pemerintahannya ini tidak ada sesuatu yang bisa dibanggakan betul secara maksimal ya," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Jokowi tentu sedang berpikir keras bagaimana menterinya yang sudah tidak bisa diharapkan ini bisa diganti. Karena kan sering Jokowi marah-marah kalau lagi berpidato, masih banyak kementerian tidak bisa menyerap anggaran padahal dananya ada," ujar Adi.
Selain itu, PAN yang belum mendapat kursi menteri menjadi alasan lain mengapa reshuffle perlu dilakukan akhir Maret nanti.
"Kebetulan ada PAN yang saat ini berkoalisi, perlu sebenarnya diberikan kesempatan untuk membantu Jokowi merealisasikan semua janji janji politiknya," tutup Adi.
===
Reporter: Nova Sinambela