ITAGI: Pfizer Harus Disimpan di Kulkas Khusus, Pilih Daerah yang Paling Butuh

23 Juli 2021 12:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin corona Pfizer-BioNTech.
 Foto: Kay Nietfeld/Pool via Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin corona Pfizer-BioNTech. Foto: Kay Nietfeld/Pool via Reuters
ADVERTISEMENT
Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Prof Sri Rezeki Hadinegoro, mengungkapkan pemerintah memiliki tantangan untuk menyimpan vaksin corona Pfizer yang sudah ada di Indonesia. Sebab, vaksin Pfizer membutuhkan penyimpanan rantai dingin (cold chain) dengan suhu di bawah -70 derajat celsius.
ADVERTISEMENT
"Pfizer itu tidak mudah penyimpanannya ya, harus di bawah -70 [derajat celsius]. Nah, ini yang lebih sulit lagi untuk pemerintah," kata Sri kepada kumparan, Jumat (23/7).
Sri menyebut ketersediaan alat penyimpanan dengan suhu sangat rendah ini masih minim dan terbatas. Terlebih, cold chain membutuhkan daya listrik yang tinggi. Kebutuhan penyimpanan inilah yang dinilai Sri tidak semua daerah memilikinya.
"Ada cuma kan enggak banyak. Itu kan listriknya aja harus tinggi, [disimpan di suhu] -70 [derajat celsius]. Itu kemudian juga mahal, enggak mungkin di daerah punya [tempat penyimpanan] -70 [derajat celsius]," jelas Prof Sri.
Ia pun mengkhawatirkan pendistribusian vaksin Pfizer tidak bisa merata karena tidak semuanya memiliki tempat penyimpanan sesuai standar. Maka dari itu, diperkirakan hanya daerah-daerah tertentu saja yang akan didistribusikan vaksin tersebut.
ADVERTISEMENT
"Jadi tidak merata, mesti dipilihlah [daerah] mana yang paling membutuhkan," tutupnya.
Infografik: Vaksin Pfizer dapat Izin BPOM. Foto: Tim Kreatif kumparan
Indonesia akan kedatangan 3 juta dosis vaksin Pfizer pada akhir Agustus 2021. BPOM telah menerbitkan izin darurat penggunaan vaksin Pfizer untuk usia 12 tahun ke atas, dengan efikasi sebesar 95,4 persen.
Vaksin yang dibuat dengan platform m-RNA memiliki teknologi penyimpanan yang terbilang khusus.
“Vaksin dengan metode mRNA memiliki spesifikasi penyimpanan yang khusus. temperatur suhunya [harus] minus 90 sampai minus 60 derajat celsius. Tentu ini perlu dikawal dalam proses pendistribusiannya,” kata Kepala BPOM, Penny Lukito, dalam jumpa pers virtual, Kamis (15/7).