ITAGI: RI Terbaik di Dunia soal Turunkan Positivity Rate Corona

19 Oktober 2021 17:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua ITAGI, Prof. Sri Rezeki Hadinegoro. Foto: Youtube/@Badan POM RI
zoom-in-whitePerbesar
Ketua ITAGI, Prof. Sri Rezeki Hadinegoro. Foto: Youtube/@Badan POM RI
ADVERTISEMENT
Sejumlah indikator penanganan pandemi corona di Indonesia terus menunjukkan hasil yang membaik. Bahkan, Indonesia juga kerap disoroti oleh dunia internasional dengan adanya prestasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam data yang dipublikasikan oleh Johns Hopkins University CSSE COVID-19 pada 12 September lalu, Indonesia disebut sebagai salah satu yang terbaik di dunia lantaran kasusnya turun hingga 58% dalam2 minggu.
Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof Sri Rezeki Hadinegoro mengatakan, hal tersebut dapat dicapai dengan adanya kombinasi disiplin protokol kesehatan dengan vaksinasi yang terus meningkat.
"Kita perlu bersenang hati dari jurnal mengatakan Indonesia jadi yang terbaik di dunia karena kita bisa menurunkan angka positivity rate-nya 58% dalam 2 minggu dengan protokol kesehatan dan vaksinasi. Maka tidak boleh kita lepaskan," kata Sri dalam webinar bersama BPOM, Selasa (19/10).
Sehingga, kedua hal tersebut tak bisa berhenti begitu saja meski kasus nasional telah melandai dan mendapat pujian dari internasional.
ADVERTISEMENT
"Kita harus perketat bagaimana kita selalu mengingatkan prokes. Ayo kita segera divaksin 2 kali karena kita menuju ke konsep herd immunity," ungkap Sri.
Saat ini vaksinasi memang belum dapat diberikan kepada sejumlah kelompok masyarakat seperti usia di bawah 12 tahun dan juga mereka yang memiliki penyakit berat dan berisiko bila divaksinasi.
Oleh karena itu, Sri mengajak agar orang yang dapat divaksinasi untuk segera mendapatkannya agar perlindungan tetap dapat didapatkan masih mereka melalui herd immunity.
"Kita tahu ini kekebalan kelompok, misalnya kita mencapai 70-80% maka ada sebagian kelompok yang tidak bisa diimunisasi apa karena masih di bawah 12 tahun karena kita belum ada vaksin, atau yang sakit berat dan belum divaksinasi, mereka ikut terlindungi kalau diberi vaksinasi lengkap untuk 70-80% penduduk," pungkas Sri.
ADVERTISEMENT