Italia, Negara 'Orang Tua' yang Rentan Ambruk karena Corona

10 Maret 2020 17:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patung santo pelindung Italia, St. Francis di San Fiorano dipasangi masker. Foto: Marzio Toniolo/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Patung santo pelindung Italia, St. Francis di San Fiorano dipasangi masker. Foto: Marzio Toniolo/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Pemerintah Italia mengambil keputusan lockdown (Isolasi) di seluruh wilayah. Keputusan besar itu diambil PM Giuseppe Conte usai menerima 97 laporan kematian baru akibat corona. Sejauh ini, ada 463 orang yang meninggal karena virus tersebut.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Selasa (10/3), seluruh wilayah di Italia lockdown hingga 3 April mendatang. Pemerintah meminta seluruh warganya untuk tetap tinggal di rumah. Seluruh ajang olahraga, termasuk Serie A pun untuk sementara waktu ditangguhkan.
"Kami menghadapi keadaan darurat nasional. Kami harus membatasi penyebaran virus agar rumah sakit kami tidak kewalahan (merawat pasien), ” kata Conte dalam konferensi pers.
Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte. Foto: AFP/Andreas SOLARO
Berdasarkan laporan ABC News, 89 persen dari 463 orang yang tewas di Italia berusia di atas 70 tahun. Sementara itu, tingkat kematian karena corona mencapai 5 persen.
Angka itu jelas jauh lebih besar dari angka kematian corona global yang dirilis WHO, yaitu 3,5 persen. Di negeri asalnya, China, tingkat kematian akibat corona bahkan lebih kecil, yaitu 2,1 persen.
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian yang dilakukan WHO, orang tua memang lebih rentan terinfeksi corona. Di Italia, jumlah orang terinfeksi corona per 10 Maret 2020 mencapai 9.172 orang.
Pemerintah Italia memang belum merinci usia mereka yang terpapar. Meski begitu, mereka yang terjangkit diduga kuat merupakan orang-orang tua.
Sementara itu, dalam penelitian CDC China, kasus positif corona ditemukan dari 0-19 tahun hingga di atas 80 tahun. Kelompok usia 50-59 tahun merupakan rentang umur yang paling banyak terjangkit kasus positif corona.
Dominannya korban dari kalangan tua berpotensi menjadi masalah serius bagi warga Italia. Terlebih, populasi orang tua di sana merupakan yang tertinggi di dunia setelah Jepang. Dengan begitu, corona dapat menjadi bom waktu yang dapat membinasakan orang-orang tua di negeri itu.
ADVERTISEMENT
Dari 60,4 juta jiwa penduduk Italia, 23 persennya diisi populasi berusia di atas 65 tahun. Di Indonesia, sebagai perbandingan, warga berusia di atas 65 tahun hanya 6,51 persen dari total populasi.
"Italia adalah negara orang tua," kata Galli, direktur penyakit menular di RS Sacco, Italia, seperti dikutip The Guardian, Selasa (10/3).
“Harapan hidup kami adalah yang tertinggi di dunia. Namun sayangnya, dalam situasi (corona) seperti ini, orang tua lebih berisiko mengalami penyakit yang serius," kata dia.
Bagi sebagaian warga Italia, memang tak berminat untuk mempunyai anak. Mereka percaya bahwa memiliki anak adalah sebuah beban. Ekonomi yang semakin sulit menyebabkan warga di sana berpikir lebih realistis.
ADVERTISEMENT
“Di Italia, kami mengalami krisis demografis yang sangat serius sejak 20 tahun terakhir,” kata Marco Valerio Lo Prete, penulis buku demografi Italia, seperti dilansir Financial Times.
Populasi Penduduk Italia 2019. Foto: Dok. populationpyramid.net
Berdasarkan data yang dirilis PBB, tingkat kelahiran di Italia pada tahun 2020 mencapai 1,31 per perempuan. Padahal, negara tersebut mesti memiliki tingkat kelahiran 2,1 per perempuan untuk dapat dikatakan sebagai negeri yang stabil.
Hal ini kemudian diperparah dengan meningkatnya emigrasi. Ada banyak orang muda yang melarikan diri dari masalah ekonomi yang mendera Italia. Pada tahun 2018, 160 ribu anak muda memutuskan untuk tinggal di negara lain. Ini merupakan emigrasi tertinggi sejak awal 1980-an.
Situasi ini pun bak lingkaran setan. Di satu sisi, anak muda tak ingin punya anak karena ekonomi yang memburuk. Di sisi lain, keputusan tak memiliki anak justru semakin memperburuk kondisi ekonomi. Italia kekurangan tenaga produktif.
Infografik Waspada Virus Corona. Foto: Andri Firdiansyah Arifin/kumparan
Sejumlah riset menyebut, Italia mulai hancur pada tahun 2050. Itu karena, jumlah tenaga kerja di sana akan semakin sedikit. Ekonomi di negara tersebut pun diprediksi ambruk.
ADVERTISEMENT
“Apakah kita merupakan negara yang tengah menghadapi kepunahan? Sayangnya iya,” tulis Matteo Salvini, mantan PM Italia (2003-2010) dalam kata pengantar buku The Empty Cradle.
Semenjak corona tiba di tanah Italia, kondisi ekonomi semakin parah. Indeks saham Italia merosot hingga -11,7 persen. Menurut ekonom Inggris, Ashoka Mody, penurunan indeks saham itu merupakan yang terparah di dunia sejak corona merebak.
“Corona pasti menyebabkan ekonomi Italia mengalami kontraksi sekitar 3 persen pada paruh pertama tahun 2020. Kerusakannya bahkan bisa jauh lebih besar dari itu,” kata Mody dikutip dari Marketwatch, Selasa (10/3).
Bahkan, Mody memprediksi bahwa Italia mesti mendapat suntikan dana sebesar USD 572 miliar hingga USD 801 miliar. Uang sebesar itu diperlukan untuk memulihkan kondisi perekonomian yang memburuk.
ADVERTISEMENT
Jika tidak, kata dia, Italia hanya akan mempercepat lonceng kematiannya seperti yang sudah jauh-jauh hari diprediksi.
“Krisis Italia sesegera mungkin menjadi tak terkendali. Ini berpotensi menyebabkan kekacauan di pasar keuangan dunia,” katanya.