ITS Surabaya Serukan 'Rawat Demokrasi', Minta Pemerintah Tak Berpihak di Pilpres

5 Februari 2024 15:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Civitas academica Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya menyampaikan penyataan sikap 'Seruan Kampus Perjuangan: Menjaga Integritas Berbangsa, Merawat Demokrasi', Senin (5/2/2024). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Civitas academica Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya menyampaikan penyataan sikap 'Seruan Kampus Perjuangan: Menjaga Integritas Berbangsa, Merawat Demokrasi', Senin (5/2/2024). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Civitas academica Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya menyampaikan penyataan sikap 'Seruan Kampus Perjuangan: Menjaga Integritas Berbangsa, Merawat Demokrasi'.
ADVERTISEMENT
Seruan aksi itu digelar di depan halaman Gedung Plaza dr. Angka ITS, Jalan Raya ITS, Keputih, Kecamatan Sukolilo, Surabaya, pada Senin (5/2).
Pernyataan sikap itu dibacakan oleh Guru Besar Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem (FTIRS) ITS, Prof. Dr Harus Laksana Guntur bersama guru besar, dosen, tenaga pendidik, dan mahasiswa ITS.
Berikut penyataan sikap civitas academica dari Keluarga Besar ITS Peduli Negeri:
1. Seruan warga Kampus Perjuangan muncul dalam rangka merespons situasi negeri terkini yang perlu segera disikapi.
2. Seruan ini disampaikan oleh Keluarga Besar ITS Peduli Negeri yang tidak memiliki afiliasi kepada kelompok mana pun, namun tetap dengan mengedepankan etika tata kelola perguruan tinggi yang menempatkan jajaran pimpinan ITS sebagai yang memiliki tanggung jawab atas semua aktivitas di kampus.
ADVERTISEMENT
3. Pemberi dukungan terhadap seruan ini membubuhkan tanda tangannya tanpa tekanan dan tanpa pamrih.
4. Keluarga Besar ITS Peduli Negeri berharap agar seruan ini dapat direspons oleh seluruh pihak yang terkait dan dipandang sebagai salah satu cara dan upaya menegakkan demokrasi di negeri kita tercinta.
5. Seruan ini adalah aksi damai dan diharapkan tidak menimbulkan dampak negatif apa pun setelah penyampaiannya
Guru Besar Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem (FTIRS) ITS, Prof. Dr Harus Laksana Guntur mengatakan, aksi ini merupakan respons dari situasi bangsa Indonesia saat ini.
"Kemudian seruan ini kami sampaikan tetap di dalam koridor. Jadi aspirasi kami ini, pernyataan sikap kami ini sampaikan melalui pimpinan kami, rektor ITS untuk disampaikan. Jadi tidak kami sampaikan secara liar. Jadi kami tetap menghormati pimpinan ITS. Sehingga kita lakukan sesuai jalur," kata Guntur kepada wartawan, Senin (5/2).
ADVERTISEMENT
Ia menyampaikan bahwa aksi ini adalah seruan moral dari civitas academica ITS yang peduli dengan negeri ini. Guntur menyebut bahwa ada 41 profesor dari ITS yang juga menyerukan aksi ini.
"Kami tidak/bukan partisan. Jadi ini murni seruan moral. Jadi kami-kami yang hadir di sini adalah dosen-dosen, kemudian pendidik, dan mahasiswa yang memang secara moral peduli pada kondisi negeri ini supaya ke depannya lebih baik atau hal-hal yang selama ini kurang baik menjadi baik," ujarnya.
Guntur menjelaskan bahwa pernyataan sikap ini bagian dari merawat demokrasi saat ini.
"Supaya nasib generasi muda ke depan ini makin baik. Jadi tanggung jawab itulah yang melatarbelakangi kami yang mengatasnamakan keluarga besar ITS peduli negeri untuk menyampaikan aspirasi sikap kami atas kondisi terkini ini daripada rektor ITS dan nanti kami akan berharap ini nanti diteruskan ke pemerintah," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Saat ditanya terkait hal apa yang ingin disampaikan ke Presiden Jokowi, Guntur berpesan agar pemerintah tidak berpihak kepada salah satu pasangan calon capres-cawapres.
"Intinya itu, jadi kita ingin pemilu jujur dan adil dan damai. Jadi tidak ada keberpihakan dari pemerintah kepada kelompok atau partai tertentu lainnya," ungkapnya.
Guntur menerangkan, alasan pernyataan sikap ini tidak melibatkan rektor ITS secara langsung karena ini suara dari bawah dan rektor sebagai akomodir.
"Kampus lain enggak melibatkan rektor. Semua sebagian besar kalau Anda lihat itu komunitas-komunitas. Jadi ini suara aspirasi dari bawah. Karena secara struktural mungkin rektor harus mengakomodasi berbagai macam aspirasi warganya. Ada yang setuju dengan pernyataan sikap kami, ada yang tidak setuju dan mungkin ada yang memilih diam dan lain sebagainya. Jadi rektor harus bisa mengayomi semuanya. Jadi kami tidak memaksa rektor untuk ini. Tapi kami tetap menyampaikan aspirasi ini di dalam koridor. Kami tidak memaksa rektor untuk mendukung kegiatan kami," terangnya.
ADVERTISEMENT
Guntur menyebut bahwa aksi ini bukan aksi yang ikut-ikutan seperti kampus-kampus lainnya sebelumnya.
"Enggak. Saya kira enggak. Jadi ini memang sudah lama kita juga pelajari, apakah ini murni aspirasi dari teman-teman di kampus, kemudian murni seruan moral bukan partisan. Kami takut nanti ada kelompok-kelompok tertentu yang mencoba menunggangi kami kemudian yang sebetulnya ada kepentingan elektoral dari paslon tertentu itu kami tidak mau," kata Guntur.
"Makanya aksi ini hanya dilakukan di internal kampus dan hanya mengundang civitas akademika ITS, tidak mengundang alumni dan pihak luar. Karena kalau dari pihak luar kita susah mengontrolnya. Jadi yang termasuk bertandatangan di dalam pernyataan sikap juga semuanya keluarga besar ITS. Dosen, staf dan lainnya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT