Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Iwan Bule Sulit Beri Insentif Elektabilitas Hasanuddin-Charliyan
20 Juni 2018 17:01 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menilai pengangkatan Komjen M. Iriawan atau Iwan Bule sebagai Penjabat Gubernur Jawa Barat tak berpengaruh banyak terhadap pasangan calon nomor urut 2, TB Hasanuddin-Anton Charliyan di Pilgub Jabar 2018.
ADVERTISEMENT
Qodari juga tak begitu yakin Iwan Bule akan dapat mendongkrak elektabilitas pasangan Hasanah dalam waktu yang relatif singkat.
“Sebetulnya kalau dikaitkan dengan elektabilitas menurut saya agak sulit. Katakanlah sekarang ini Iriawan (Iwan Bule) sering dikaitkan dengan pasangan Hasanah, itu kan posisinya di bawah (elektabilitas 5,0 persen). Dalam waktu sekitar satu pekan saya kira agak sulit itu untuk seorang Pj Gubernur katakanlah bisa meningkatkan (elektabilitas) pasangan Hasanah,” kata Qodari di sela paparan survei lembaganya di Hotel Harris FX Sudirman, Jakarta, Rabu (20/6).
Ia mencontohkan betapa sulitnya Partai Gerindra dan PKS yang selama 6 bulan ini berusaha menaikkan elektabilitas pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik).
Padahal, kata dia, dalam kampanye pasangan itu, Ahmad Heryawan selaku tokoh PKS dan mantan Gubernur Jabar, dan juga Prabowo Subianto selaku tokoh dan pimpinan partai, selalu hadir dan bahkan memberikan pidato.
ADVERTISEMENT
“Misalkan perbandingan yang lainnya bagaimana Aher berkampanye untuk pasangan Asyik, fotonya dipakai, termasuk Pak Prabowo. Ternyata dalam waktu sekitar 6 bulan ini belum mampu meningkatkan suara pasangan Asyik. Kita lihat masih di angka 6 persen,” tuturnya.
Dengan demikian, implikasi dari pelantikan Iwan Bule justru berdampak pada konstelasi elite politik di Jabar, bukan terhadap pemungutan suara di Pilgub Jabar.
“Jadi yang saya lihat justru politik di Jabar yang tadinya menurut saya sudah tenang justru malah jadi isu dan kontroversi baru. Justru kontroversinya bukan dalam konteks pemilih tapi dalam konteks elite politik,” pungkas Qodari.