Iwan Syahril Dirjen Guru Kemdikbud, Eks Dosen Sampoerna, Pernah di Tanoto

23 Juli 2020 10:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Iwan Syahril. Foto: GTK Kemdikbud
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Iwan Syahril. Foto: GTK Kemdikbud
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lebih dari 24 tahun Iwan Syahril malang melintang di dunia pendidikan. Sejak 8 Mei 2020, pria berdarah Minang itu mengemban jabatan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
ADVERTISEMENT
Pejabat Kemdikbud ini mengawali pendidikan sarjana di jurusan Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran, Bandung pada tahun 1998. Setelah sempat mengambil program pascasarjana Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Pendidikan Indonesia, dosen di Universitas Sampoerna ini melanjutkan studi program master di Teachers College, Columbia University di New York City, pada 2006.
Dua gelar pendidikan ia raih; Master of Arts di bidang Pendidikan Menengah (Secondary Education, ESL/ Literacy) dan Master of Education di bidang Kurikulum dan Pengajaran (Curriculum and Teaching). Setelahnya, Iwan mendapat gelar Doctor of Philosophy (PhD) dari Michigan State University periode 2011-2016.
Mengutip LinkedIn Iwan, pendiri Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) ini pernah menjadi staf khusus Mendikbud pada 2019. Sebelumnya, ia juga pernah memimpin tim adhoc pengembangan instrumen akreditasi sekolah menengah di Badan Akreditasi Nasional (BAN-SM).
com-Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Iwan Syahril Foto: YouTube Ditjen GTK (Ditjen GTK Kemdikbud RI)
Eks Dekan Fakultas Pendidikan Universitas Sampoerna
ADVERTISEMENT
Selama 3 tahun, Iwan menjabat Guru Besar Gelar Pendidikan di Universitas Sampoerna. Berbagai kurikulum ia kembangkan untuk pembelajaran studi pendidikan dan program pendidikan guru, termasuk berkontribusi banyak dalam mengembangkan mutu Universitas Sampoerna.
Iwan memimpin efektivitas kelembagaan atau penjaminan mutu di Universitas Sampoerna. Fokusnya adalah menilai kinerja terhadap misi kelembagaan untuk semua program, layanan, dan konstituensi untuk tujuan akreditasi.
Selain menjadi dosen, Iwan juga menjadi ketua pengarah Institute for Learning, Teaching, Research and Outreach (ILTRO), unit pendukung akademik utama di Universitas Sampoerna. Ia juga pernah menjadi asisten profesor pendidikan guru dan kebijakan Pendidikan di Fakultas Pendidikan Universitas Sampoerna.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Iwan Syahril. Foto: GTK Kemdikbud
Jika dilihat dari data di Wikipedia, Iwan merupakan eks konsultan United Nations Development Programme (UNDP), Jakarta, merancang kurikulum SDGs Leadership Academy dan menjadi anggota Dewan Penasihat Teknis, Tanoto Foundation.
ADVERTISEMENT
Di bidang pengembangan pendidikan, rekam jejak dan latar pendidikan Iwan memang tak bisa diragukan.
Iwan ikut mengawal program Guru dan Organisasi Penggerak Kemdikbud
Jabatannya sebagai Dirjen Guru membuat Iwan berkecimpung di berbagai program besutan Mendikbud, Nadiem Makarim. Terkini, Iwan ikut mengawal Program Organisasi Penggerak (POP).
Program Organisasi Penggerak menjadi bagian dari program Merdeka Belajar yang ditargetkan Nadiem. Program ini bertujuan untuk memberikan pelatihan dan pendampingan bagi para guru penggerak untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan peserta didik.
Mendikbud Nadiem Makarim saat melakukan rapat kerja dengan Komisi X DPR RI. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Organisasi Penggerak melibatkan ratusan ormas pendidikan untuk mengembangkan kualitas pendidik. Dari ribuan ormas, sebanyak 156 di antaranya dinyatakan lolos evaluasi pengajuan proposal.
Untuk mendukung program ini, Kemdikbud akan memberikan dana hibah kepada para ormas terpilih. Kemendikbud mengalokasikan anggaran Rp 567 miliar per tahun untuk membiayai pelatihan atau kegiatan yang diselenggarakan 156 organisasi terpilih.
ADVERTISEMENT
Organisasi yang terpilih dibagi menjadi kategori III yakni Gajah, Macan dan Kijang. Untuk Gajah dialokasikan anggaran sebesar maksimal Rp 20 miliar per tahun, Macan Rp 5 miliar per tahun, dan Kijang Rp 1 miliar per tahun.
Tanoto Foundation dan Sampoerna Foundation adalah dua dari 156 ormas terpilih di kriteria Gajah. Hingga kini, keputusan tersebut menuai polemik lantaran tak seharusnya pemerintah mendanai dua perusahaan besar berstatus CSR.
Namun, Tanoto menegaskan perusahaan mereka bukan CSR dan membiayai program POP dengan dana mandiri sebesar Rp 50 miliar.
Iwan juga memastikan proses seleksi dilakukan secara ketat.
"Peran pemerintah dalam kebijakan Merdeka Belajar adalah pemberdaya. Melalui program Organisasi Penggerak, organisasi kemasyarakatan bidang pendidikan kita dukung agar lebih berdaya dalam menggerakkan perubahan yang berpusat pada siswa,” jelas Iwan dalam siaran pers yang diterima kumparan.
ADVERTISEMENT
"Organisasi yang terpilih memiliki rekam jejak yang baik dalam implementasi program pelatihan guru dan kepala sekolah,” imbuh Iwan.
Akibat polemik ini pula, Muhammadiyah dan LP Ma'arif NU PBNU yang semula lolos dalam Organisasi Penggerak memilih mengundurkan diri.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona