news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Jadi Guru Besar UIN Jakarta, Burhanuddin Muhtadi Singgung Politik Uang

29 November 2023 15:48 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kiri) memberikan selamat kepada Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi (tengah) yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Sidang Senat Terbuka, Rabu (29/3). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kiri) memberikan selamat kepada Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi (tengah) yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Sidang Senat Terbuka, Rabu (29/3). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Sidang Senat Terbuka, Rabu (29/3). Ia dikukuhkan bersama enam guru besar bidang sosial humaniora lainnya oleh Rektor Prof. Asep Saepudin Jahar.
ADVERTISEMENT
Dalam orasi ilmiahnya, Burhanuddin mengangkat tema "Votes for Sale: Klientelisme, Defisit Demokrasi, dan Institusi". Secara garis besar, menyinggung tentang politik uang di negara demokrasi saat pemilihan umum (Pemilu).
"Saya mengulas dinamika jual beli suara di Indonesia dan menginvestigasi secara menyeluruh," katanya.
"Pertanyaannya, seberapa banyak praktik politik uang di Indonesia dan seberapa efektif?"
Berdasarkan riset yang dilakukannya, sekitar 33% atau 62 juta dari total 187 juta pemilih yang masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2014 terlibat politik uang. Indonesia pun menjadi negara dengan tingkat politik uang tertinggi ketiga di dunia, di bawah Uganda dan Benin.
Burhanuddin melanjutkan, pemilih yang menjadi simpatisan menjadi target politik uang. Jumlahnya mencapai 15% dari total pemilih, sedangkan 85% lainnya adalah massa mengambang (swing voters).
ADVERTISEMENT
"Mereka enggan membidik pemilih mengambang karena menganggap menerima uang, tapi soal memilih, tidak bisa diandalkan," jelasnya.
Ia mengakui strategi pembelian suara hanya memengaruhi pilihan 10% pemilih. Kendati begitu, ini lebih dari cukup bagi banyak kandidat untuk mencetak kemenangan dalam pemilu.
"Kandidat butuh segelintir suara. Angka 10% bisa menjadi faktor penentu kemenangan. Rata-rata margin kemenangan untuk mengalahkan rivalnya hanya 1,6%. Jadi, (10%) bisa membuat perbedaan caleg yang menang dan yang kalah," tuturnya.
Pengukuhan Guru Besar bidang sosial humaniora UIN Syarif Hidayatullah. Foto: Dok. Istimewa
Sementara itu, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan, mengucapkan selamat kepada Burhanuddin dan ke-6 orang lainnya yang dikukuhkan sebagai guru besar UIN Jakarta.
"Selamat kepada kawan kita dan profesor-profesor lainnya, khususnya Pak Burhan Muhtadi, atas pengukuhan profesor dan guru besar," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Adapun Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat, meyakini kebenaran atas apa yang dipaparkan Burhanuddin. Pangkalnya, penelitian jual beli suara sudah lama dilakukannya bahkan menjadi topik disertasi.
"Saya kira, tadi pidato ilmiahnya penting sekali untuk kita cermati, kita garis bawahi, dan kita dalami karena sebetulnya ini peringatan buat kita semua. Kalau kita ingin membangun demokrasi yang sesungguhnya, PR kita masih banyak," bebernya.
"(Ini PR) buat kita semua, bukan hanya pemerintah, tapi semua pihak untuk mulai memikirkan bagaimana jalan terbaik, bisa menyelesaikan masalah ini," sambung Rerie, sapaan politikus Partai NasDem itu.
(AI)