Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurut laporan pengadilan AS yang dikutip dari Reuters, Kamis (7/11), kedua orang itu adalah Ali Alzabarah dan Ahmad Abouammo. Seorang lainnya yang juga diadili adalah Ahmed Almutairi, staf kerajaan Arab Saudi yang jadi penghubung antara staf Twitter dan Saudi.
Abouammo, yang merupakan warga AS keturunan Saudi, ditahan di Seattle dan mendekam di penjara sampai pengadilan Jumat mendatang. Sementara dua tersangka lainnya diduga telah kabur ke Saudi.
Dalam laporan pengadilan, Abouammo disebut telah beberapa kali mengakses akun Twitter para pengkritik kerajaan Saudi pada awal 2015. Dari tindakannya, dia bisa mengetahui alamat email dan nomor telepon yang bersangkutan.
Hal yang sama dilakukan Alzabarah. Dia dipecat Twitter pada 2015, namun sebelumnya dia telah mencuri data 6.000 akun, termasuk data milik 33 orang yang oleh Saudi pernah secara resmi dimintakan ke Twitter.
ADVERTISEMENT
"Informasi ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi dan mencari lokasi pengguna Twitter yang mempublikasi postingan," ujar pernyataan Kementerian Kehakiman AS.
Kedua staf Twitter itu mendapatkan imbalan uang atau hadiah lainnya dari Saudi, salah satunya jam tangan mewah. Abouammo pernah mencoba menjual jam tangan tersebut di Craiglist dengan harga USD 35 ribu atau hampir Rp 500 juta.
Melalui Almutairi, mereka dilaporkan menyerahkan data itu ke Bader al-Asaker, yang kini menjabat di kantor Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.
Tidak ada komentar dari Saudi terkait laporan tersebut. Sementara Twitter mengaku bersyukur kasus ini terungkap dan berharap pelakunya bisa ditindak. Twitter menegaskan bahwa akses data pengguna di situs mereka hanya dimiliki oleh sedikit staf terlatih dan terpilih.
ADVERTISEMENT