Jaga Stok, Kemendag Siap Buka Keran Impor 400 Ribu Ton Gula Mentah

16 Januari 2017 15:55 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Diabetes biasanya disebabkan oleh gula. (Foto: pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Diabetes biasanya disebabkan oleh gula. (Foto: pixabay.com)
Kementerian Perdagangan (Kemendag) sudah mengambil ancang-ancang untuk mengimpor gula mentah (raw sugar) yang akan diolah menjadi gula kristal putih (GKP) sebesar 400 ribu ton. Cara ini diambil sebagai langkah antisipasi stok gula yang berkurang.
ADVERTISEMENT
"Untuk GKP yang Rp 12.500/kg, kami akan memberikan izin impor raw sugar 400 ribu ton dulu," ungkap Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Gedung Kemendag, Jalan Ridwan Rais, Jakarta, Senin (16/1).
Namun sebelum Kemendag memberikan rekomendasi untuk mengimpor 400 ribu ton gula mentah, Enggar akan mendata terlebih dahulu stok serta produksi gula yang ada saat ini. Dengan produksi yang ada, ia menegaskan impor gula mentah tahun ini tidak sampai 1 juta ton.
"Saya mau cek dulu, karena siapa tahu pabrik gula tebu lokal itu bisa memenuhi, dan impor gula mentah tidak sampai 1 juta ton," tambahnya.
Enggar mendata kebutuhan gula konsumsi tahun lalu berkisar antara 3,2-3,5 juta ton per tahun. Sementara itu jumlah produksi gula tebu dalam negeri hanya bisa digenjot di angka 2,1 juta ton. Sehingga ada kekurangan kurang lebih dari satu juta ton setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. (Foto: M Edy Sofyan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. (Foto: M Edy Sofyan/kumparan)
"Ada selisih sekitar 1 juta ton. Untuk menutupi kekurangan itu tahun lalu ada penugasan kepada PPI (Perusahaan Perdagangan Indonesia), Bulog, Inkopol dan lain-lain dan bekerjasama dengan pabrik dan distributor-distributor, dan ada impor langsung gula kristal putih," katanya.
Di sisi yang lain, Kemendag juga telah mengeluarkan izin impor 1,5 juta ton gula rafinasi untuk kebutuhan industri. Menurut Enggar kebutuhan gula rafinasi tahun ini diperkirakan mencapai 3,2 juta ton hingga 3,4 juta ton.
"Ini juga akan kami jaga, jangan sampai bocor ke pasar (konsumsi). Karena tahun lalu bisa bocor sampai 300 ribu ton," sebutnya.