Jakarta di Hari Pertama ASN DKI WFH 50%: Jalan Macet, Polusi Masih Buruk

21 Agustus 2023 11:46 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana lalu lintas di kawasan MT Haryono saat penerapan work from home (WFH) 50 persen untuk ASN Jakarta diterapkan, Senin (21/8). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana lalu lintas di kawasan MT Haryono saat penerapan work from home (WFH) 50 persen untuk ASN Jakarta diterapkan, Senin (21/8). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah secara resmi memberlakukan Work From Home (WFH) 50 persen bagi ASN yang ada di Jakarta, baik dari Pemprov DKI Jakarta maupun kementerian.
ADVERTISEMENT
Kebijakan ini diharapkan mampu mengurangi dampak polusi yang menyebabkan udara tidak sehat beberapa waktu belakangan.
Namun berdasarkan pantauan kumparan di hari pertama WFH 50 persen, Senin (21/8), kemacetan masih terlihat di beberapa ruas jalan protokol Jakarta. Seperti di Jalan MT Haryono menuju Jalan Gatot Subroto.
Tampak mobil dan motor masih berdesakan memenuhi ruas jalan ini.
Suasana lalu lintas di kawasan MT Haryono saat penerapan work from home (WFH) 50 persen untuk ASN Jakarta diterapkan, Senin (21/8). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Pemandangan serupa juga terpantau di Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Pantauan kumparan sekitar pukul 08.00 WIB, di Jalan MH Thamrin, arus lalu lintas ramai lancar.
Namun saat memasuki kawasan Bundaran HI, antrean kendaraan mulai terlihat. Salah satu sebabnya adalah pertemuan arus. Hal ini memang kerap terjadi di setiap jam berangkat kerja, seperti sebelum diterapkannya WFH.
ADVERTISEMENT
Begitu juga di Jalan Jenderal Sudirman arah Senayan. Kepadatan langsung terlihat selepas Bundaran HI. Kepadatan terjadi akibat banyak kendaraan yang berhenti di dekat Stasiun Sudirman.
Suasana Jalan MH Thamrin-Jenderal Sudirman di hari pertama penerapan WFH, Senin (21/8). Foto: Jonathan Devin/kumparan
Kebijakan WFH 50 persen ini juga masih menyebabkan kemacetan di sepanjang Jalan Warung Buncit ke arah Mampang Prapatan menuju Kuningan, Jakarta Selatan.
Dari pantauan kumparan pagi ini, arah Mampang ke Kuningan tidak banyak perubahan dari hari-hari kerja biasanya. Kendaraan masih padat yang didominasi kendaraan pribadi roda dua dan mobil.
JL. Warung Buncit (depan Imigrasi), Mampang, Jakarta Selatan, Senin (21/8). Foto: Hedi/kumparan
Waktu tempuh Pejaten-Kuningan masih 30 menit bila dihitung dari Pejaten Village ke Kuningan, tepatnya di depan kantor Kementerian Hukum dan HAM, yang berjarak sekitar 6 kilometer lebih.
Kepadatan kendaraan yang sama juga terjadi di Kuningan arah Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Kualitas Udara Jakarta Hari Ini
kumparan juga memantau kualitas udara Jakarta di aplikasi Nafas Indonesia. Per pukul 11.25 WIB, kualitas udara Jakarta berada di kategori tidak sehat. Jakarta juga menjadi satu dari 3 kota paling berpolusi hari ini.
Di kawasan Jati Padang, Jakarta Selatan, kualitas udara berada di zona merah dengan tingkat indeks kualitas udara (AQI) pada 126 dan PM2.5 atau partikel udara berada di angka 46. Angka ini tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Partikel halus (PM2.5) dapat menembus paru-paru dan selanjutnya memasuki tubuh melalui aliran darah, mempengaruhi semua organ utama. Paparan PM2.5 dapat menyebabkan penyakit baik pada sistem kardiovaskular dan pernapasan kita, memprovokasi, misalnya stroke, kanker paru-paru dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
ADVERTISEMENT
Aplikasi ini merekomendasikan masyarakat yang bermasalah dengan pernapasan untuk menggunakan masker bila bepergian. Sementara yang berada di rumah direkomendasikan untuk menutup jendela dan menggunakan air purifier.
Kualitas udara yang buruk juga terpantau di kawasan Serpong, Tangerang. Indeks kualitas udara di wilayah ini lebih buruk mencapai 164 dan PM2.5 mencapai 83. Angka ini tidak sehat bagi masyarakat yang sedang berada di dalam dan luar rumah.
Menurut organisasi kesehatan (WHO), standar kualitas udara ideal memiliki bobot konsentrasi PM 2.5 antara 0 sampai 5 mikrogram per meter kubik.
Namun berdasarkan situs pemantau udara, IQAir, rata-rata konsentrasi PM 2.5 di sejumlah kota besar Indonesia bobotnya sekitar dua sampai tujuh kali lipat lebih tinggi dari standar tersebut.
ADVERTISEMENT