Jakpro Jelaskan soal Hotel dalam Desain Baru Taman Ismail Marzuki

25 November 2019 16:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Desain baru Taman Ismail Marzuki. Foto: Youtube/@PEMPROV DKI JAKARTA
zoom-in-whitePerbesar
Desain baru Taman Ismail Marzuki. Foto: Youtube/@PEMPROV DKI JAKARTA
ADVERTISEMENT
Sebuah video beredar di Facebook terkait proses diskusi antara Pemprov DKI dengan seniman Taman Ismail Marzuki. Diskusi itu memanas karena seniman menolak adanya hotel dalam desain baru Taman Ismail Marzuki.
ADVERTISEMENT
PT Jakarta Propertindo sebagai BUMD yang ditunjuk untuk merevitalisasi Taman Ismail Marzuki membenarkan adanya hotel dalam desain baru ini. Tapi, luasnya sangat kecil.
Corporate Secretary PT Jakarta Propertindo Hani Sumarno, hotel itu akan satu bangunan dengan perpustakaan HB Jassin. Bangunan 4 lantai itu luasnya hanya 4,1 persen dari keseluruhan luas Taman Ismail Marzuki yang akan diperbaiki.
"Nah itu luas yang digunakan itu hanya 3.000 meter persegi. 3000 dari 72.551 meter persegi berapa persen-nya. Cuma 4,1 persen. Itu lahan yang digunakan untuk perpustakaan yang dibangun ke atas 4 tingkat," kata Hani kepada wartawan, pada Senin (25/11).
Corporate Secretary PT Jakarta Propertindo Hani Sumarno, saat menjawab pertanyaan wartawan (15/8/2018). Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan
Dilihat dari luasnya, jelas keberadaan hotel di TIM bukan mayoritas dari keseluruhan revitalisasi. Tapi, Hani menilai, keberadaan hotel ini sangat penting untuk menfasilitasi karya para seniman.
ADVERTISEMENT
"Kami mau buat pusat kesenian ini bukan cuma buat orang Jakarta, tapi Asia. Setara yang dilakukan Singapura, Hong Kong, dan negara lainnya," tutur dia.
"Kalau di kawasan itu ada hotel yang bagus. Karya seniman bisa ditampilkan dan menjadi bagian dari fasilitas serta sarana pameran kan uangnya dari pengelolaan fasilitas, hospitality itu kan setelah dikurangi operasional akan dikembalikan untuk seniman," tambah dia.
Berbeda halnya bila para tamu dan wisatawan yang datang menginap di hotel lain. Hasil dari para wisatawan yang menginap tentu tidak akan bisa dinikmati oleh seniman.
"Kalau nginepnya di hotel lain saya sebut Hyatt, Mandarin, yang dapat untung hotel itu. Tidak ada yang nyangkut ke seniman. Keuntungan akan dikembalikan ke seniman. Pemerintah justru memikirkan teman-teman," kata Hani.
ADVERTISEMENT
Ketersediaan hotel di Taman Ismail Marzuki juga bisa menjadi salah satu spot galeri bagi karya para seniman. Karya yang bagus didukung dengan tempat yang baik tentu akan meningkatkan daya jual karya seni.
"Karya-karya seniman kalau ditempatkan yang bagus, di tempat yang tamunya daya belinya tinggi, kan harganya juga jadi bagus. Yang akan dapat revenu-nya. Yang dapat keuntungannya juga para seniman. Kalau di tempat yang enggak bagus, nilainya kan juga jadi turun," kata Hani.
Hani memastikan PT Jakpro betul-betul memikirkan keberlangsungan dan keberadaan Taman Ismail Marzuki setelah direvitalisasi. Dia tak ingin, semua fasilitas ini hanya bertahan sebentar.
"Selama ini menggantungkan subsidi atau APBD, itu tidak bisa ngejar industri yang sudah sangat berkembang. Sekarang saja kondisinya kelihatan masih seperti tahun 80-an. Kan harus berpikir untuk generasi 5-10 tahun mendatang," papar Hani.
ADVERTISEMENT
"Ketika desain jadi, bikin bangunan, kita kan memang memang yang bangun. Tapi untuk merawat dan untuk bisa menjadikan tempat ini bisa berusia panjang sampai 50 tahun misalnya, itu kan perlu ada investasi, perlu ada proses pada kegiatan industri yang harus dimuat," tutup dia.