Jalan dan Pasar di Jakarta Ramai, RT hingga Lurah Harus Perketat Pengawasan

20 Mei 2020 14:43 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kemacetan lalu lintas di tengah berlakunya pembatasan sosial skala besar di Jakarta, Indonesia, Selasa (19/5). Foto: REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
zoom-in-whitePerbesar
Kemacetan lalu lintas di tengah berlakunya pembatasan sosial skala besar di Jakarta, Indonesia, Selasa (19/5). Foto: REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
ADVERTISEMENT
Penerapan PSBB di Jakarta sudah berlangsung cukup lama, yakni sejak 10 April dan kembali diperpanjang hingga 4 Juni. Namun di tengah pemberlakuan PSBB, nyatanya Jakarta masih macet dan ramai warga, khususnya di titik tertentu.
ADVERTISEMENT
Jalan raya terpantau masih padat. Begitu juga sejumlah pasar seperti Tanah Abang yang terpantau padat. Padahal dalam aturan PSBB, seharusnya tak lagi ada kerumunan dalam bentuk apa pun.
Melihat kondisi itu, Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Gembong Warsono menilai Pemprov DKI kurang tegas sejak awal dalam penerapan PSBB.
"Pemprov kurang tegas dalam penerapan PSBB, kasus-kasus keramaian di pasar dan lainnya, tidak akan terjadi kalau sejak awal tegas dalam penerapan Pergub PSBB," kata Gembong saat dikonfirmasi, Rabu (20/5).
Sejumlah kendaraan bermotor memadati lalu lintas di tengah berlakunya pembatasan sosial skala besar di Jakarta, Indonesia, Selasa (19/5). Foto: REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
Menurutnya, Pemprov DKI bisa menyelesaikan ini dengan memperketat pengawasan di tingkat masyarakat hingga lurah. Sebab pengawasan dari bawah dinilai lebih memahami kondisi yang ada.
"Langkah yang harus dilakukan oleh Pemprov, mengajak semua elemen masyarakat, RT, RW melakukan pengawasan secara ketat di lingkungan masing-masing, dengan kontrol langsung dari lurah dan tiga pilarnya," tegasnya.
Seorang warga yang terjaring razia penindakan pelanggaran aturan PSBB oleh Satpol PP menjalani hukuman dengan cara membersihkan sampah di Tanah Abang, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Menurutnya, dengan pengetatan di tingkat bawah, permasalahan mulai dari padatnya jalan hingga pasar bisa terselesaikan. Sebab jika di semua wilayah dari tingkat bawah ketat, maka semua yang masuk ke lingkungan itu akan sukar.
ADVERTISEMENT
"Kunci utama tetap pada tempat keramaian. Misal kalau di Tanah Abang ketat pengawasannya, pasti orang enggak berani ke Tanah Abang," jelasnya.
Sebelumnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut tingkat penularan corona di Jakarta kembali naik. Pasalnya memasuki bulan Ramadhan, warga ternyata banyak beraktivitas sore hari di luar rumah.
Jika hal ini terus terjadi, khawatir dapat menimbulkan gelombang kedua puncak corona di Jakarta.
PKL di Jakarta Islamic Center kembali berdagang. Foto: Istimewa
"Kita berkepentingan membuat angka ini berkurang, tapi di bulan Mei jumlah laporan kasus per hari mengalami peningkatan kembali seakan kita menuju gelombang kedua," ujar Anies di Balai Kota, Jakarta, Selasa (19/5).
********
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk! bantu donasi atasi dampak corona
ADVERTISEMENT