Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Jalan Panjang Donald Trump Menuju Gedung Putih
21 Januari 2017 1:29 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT

Jumat pagi (20/1) waktu setempat, seluruh dunia memandang sesosok berambut putih yang tangan kirinya menyentuh kitab suci, tangan kanannya menengadah ke langit, dan mulutnya mengucapkan sumpah jabatan.
ADVERTISEMENT
Donald Trump telah resmi menjadi presiden Amerika Serikat ke-45.
Momen bersejarah ini digapai Trump lewat jalan panjang dan berliku. Trump menjalani lakon 19 bulan yang penuh kontroversi. Mulai dari Konvensi Republik, kampanye, debat presiden, hingga secara mengejutkan menang pemilu.

Langkah pertama Trump menuju Gedung Putih dimulai pada tanggal 16 Juni 2015 ketika dia akhirnya resmi mencalonkan diri menjadi kandidat calon presiden dari Partai Republik.
Di saat itu pula, Trump mulai menuai keributan dan memicu permusuhan dengan berbagai komentarnya.
Oleh warga pendatang, Trump dimusuhi karena menyebut imigran Meksiko sebagai pemerkosa dan pemadat. Bahkan Trump ingin membangun tembok tinggi untuk mencegah imigran masuk.
Oleh masyarakat Muslim, Trump diprotes setelah mengusulkan larangan masuk Muslim ke negara itu. Sementara oleh para wanita, Trump diperangi atas komentar-komentar cabulnya yang terekam kamera.
ADVERTISEMENT
Apa pun kata para pembencinya, Trump terbukti melangkah perlahan tapi pasti menuju kemenangan. Dia berhasil mengalahkan satu per satu kandidat capres Republik lainnya.
Total 17 kandidat capres yang dibuat bertekuk lutut. Di antaranya adalah nama-nama besar di dunia politik, seperti Ted Cruz, Kevin Rubio dan Jeb Bush.
Akhirnya pada 21 Juli 2016, Trump disahkan sebagai calon presiden dalam Konvensi di Cleveland.
Duel satu lawan satu antara Trump dan capres dari Partai Demokrat Hillary Clinton kemudian dimulai. Trump, taipan real estate yang tidak punya pengalaman politik, melawan jawara pemerintahan Hillary Clinton, seorang mantan ibu negara, anggota Senat dan menteri luar negeri.

Selama September hingga Oktober menjadi momen yang seru antara kedua kandidat Presiden AS. Dalam salah satu debat, Trump pernah berujar akan memasukkan Hillary ke dalam penjara.
ADVERTISEMENT
Berbagai survei menyebutkan Hillary lebih meyakinkan dibanding Trump. Harapan besar akan kemenangan Clinton terlihat nyata.
Namun ujung cerita berpihak kepada Trump, yang akhirnya menang pemilu presiden AS pada 8 November 2016. Dalam penghitungan suara, Clinton memang lebih unggul, jauh bahkan dari Trump. Clinton mendapat 58,94%, Trump hanya memperoleh 54%.
Sayangnya pemilu AS bukan soal siapa yang memperoleh suara terbanyak, melainkan perebutan delegasi yang jumlahnya berbeda tiap negara bagian untuk maju ke tahap selanjutnya: electoral college.
Dalam hal ini, Trump unggul. Trump meraih electoral vote 304 dibanding Hillary yang hanya 227.

Kemenangan di kotak suara tidak menjamin legitimasi Donald Trump. Rangkaian aksi masa dan penolakan muncul dari publik Amerika. Bahkan panitia inaugurasi sulit mencari penyanyi untuk Amerika.
ADVERTISEMENT
Onak berduri telah dilalui Trump. Tapi pada akhirnya, dialah yang berdiri di podium gedung Capitol untuk mengucap sumpah jabatan presiden AS ke-45, Jumat, 20 Januari 2017.