Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Mutiara Azahra Tzabitah Zain Ababil (14) sejak kecil sudah berpisah jauh dengan orang tuanya Sri Wahyuni (39) yang berada di Temon, Kulon Progo, demi pendidikan. Anak berkebutuhan khusus (ABK) tunarungu atau tuli itu tinggal bersama budenya, Dwi Handayani (51), di Condongcatur, Sleman.
ADVERTISEMENT
Alasannya tak lain agar Mutiara mendapat pendidikan terbaik di SLB Karnnamanohara Sleman. Dari jenjang PAUD hingga SD, Mutiara tumbuh menjadi anak yang cerdas secara akademik dan hebat di bidang olahraga futsal.
Sri pun merasa anaknya sudah saatnya menempuh jenjang di sekolah umum. Langkah tersebut juga sesuai rekomendasi SLB bahwa Mutiara sudah mampu berkomunikasi dan dapat menerima pembelajaran di sekolah umum.
Sri paham betul pendidikan adalah bekal terbaik anaknya mengarungi kehidupan. Sejak Mutiara duduk di kelas 6 SD, Sri sudah sibuk mencarikan SMP negeri untuk anaknya di Kulon Progo. Terlebih, Sri mengetahui aturan sekolah tidak boleh menolak anak disabilitas.
“Awal-awal dia (Mutiara) kelas 6 saya cari informasi ini, kan anak saya ABK tuli. Kalau informasi kita (dapatkan) kan sekolah pasti menerima, nah itu saya cari informasi kira-kira sekolah mana saja yang menerima tapi waktu itu pihaknya (Dinas Pendidikan Kulon Progo) mengatakan sementara ini ABK yang bisa diterima kaya kaki, tangan, apa polio. Buta, tuli, katanya belum bisa,” ujar Sri saat ditemui di kantor Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Rabu (3/7).
ADVERTISEMENT
Di situ, Sri sempat kecewa karena anaknya disarankan untuk melanjutkan ke SLB lagi. Padahal dia telah menyekolahkan anaknya jauh-jauh ke SLB yang baik agar bisa melanjutkan pendidikan di jenjang umum. Mutiara pun sudah mampu berkomunikasi.
Setelah berdiskusi bersama sang anak, kata Sri, Mutiara mengaku berkeinginan mendaftar di SMP 13 Kota Yogyakarta. Namun kendala yang dihadapi pun tak mudah. Mulai dari persoalan zonasi hingga nilai UN yang terlambat keluar.
“Kendala malah waktu zonasi wilayah karena KK Kulon Progo, zonasi prestasi itu katanya itu harus untuk kota, terus kuota ABK masuk zonasi kota juga. Terus satu-satunya jalan zona luar daerah yang kuota lima persen,” ujarnya.
Untuk masuk zona luar daerah, salah satu syaratnya adalah melampirkan nilai UN. Sayangnya nilai Mutiara ini justru belum keluar. Setelah bermacam upaya, akhirnya nilai UN milik Mutiara keluar hari ini, Rabu (3/7).
ADVERTISEMENT
“Kata dari Disdikpora (DIY) kendala teknis. Dan hari ini keluar,” ujarnya.
Nilai Mutiara memuaskan dengan rata-rata 8. Namun, ujian Mutiara bersekolah di SMP 13 Kota Yogyakarta belum selesai di situ. Nilai yang terlambat keluar berdampak pada molornya langkah untuk mendaftar. Padahal pendaftaran online ditutup pukul 10.00 WIB.
“Tahunya online sampai jam 10.00 WIB, sementara sampai jam 14.00 WIB itu verifikasi,” ujarnya.
Sri kemudian mengadu ke Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta untuk memperjuangkan keinginan Mutiara. Keduanya ditemui Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Dedi Budiono.
Dedi mengatakan pihaknya tidak akan menghalangi Mutiara untuk bersekolah di SMP 13 Kota Yogyakarta. Ia telah berkoordinasi dengan Disdikpora DIY dan Dinas Pendidikan Kulon Progo.
ADVERTISEMENT
“Sepanjang ada landasan berpijak kami tidak ada masalah. Yaitu surat dari Disdikpora (DIY) bahwa terjadi keterlambatan nilai, semacam ada saran ke kami untuk melayani,” ujar Dedi.
Selain surat Disdikpora DIY, surat dari Disdik Kulon Progo yang menyatakan belum bisa melayani ABK tuli di sekolah umum juga bisa menjadi landasan bagi Disdik Kota Yogyakarta.
“Kalau menurut standar nasional pendidikan per kelas itu bisa berjumlah minimal 32 maksimal 36 kita nampungnya 34 di sekolah kita. Satu ini nanti di SMP 13 ada yang kelasnya 35,” ujarnya.
Kini, surat dari Disdikpora DIY yang menyatakan nilai Mutiara terlambat keluar yang berdampak tidak bisa mendaftar RTO (realtime online) telah di tangan Disdik Kota Yogyakarta. Dengan surat tersebut, Disdik Kota Yogyakarta memasukkan Mutiara sebagai pendaftar PPDB untuk SMPN 13 Yogyakarta secara offline.
ADVERTISEMENT
Dedi pun sudah memastikan Mutiara memiliki peluang sebesar 90 persen diterima di SMP negeri impiannya. Sri kini tinggal mendaftarkan ulang Mutiara ke SMPN 13 Yogyakarta.
Disdik Kota Yogyakarta akan memanggil kepala SMPN 13 Yogyakarta untuk menyediakan satu kursi untuk Mutiara.
"Artinya sudah 90 persen (diterima), tinggal besok kami mengundang kepala SMP N 13 Yogyakarta. Ketemu dengan ibunya itu, nanti disediakan satu kursi di SMPN 13," kata Dedi.