Janji Vladimir Putin: Koalisi Militer Akan Cegah Percobaan Kudeta di Kazakhstan

10 Januari 2022 18:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto: Anatoly Maltsev/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto: Anatoly Maltsev/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
Presiden Rusia, Vladimir Putin, berjanji akan mencegah adanya percobaan kudeta atau “revolusi warna” terjadi di negara-negara anggota CSTO, koalisi militer pimpinan Rusia.
ADVERTISEMENT
CSTO, atau Collective Security Treaty Organization, adalah koalisi militer yang saat ini terdiri dari enam negara anggota, yaitu Rusia, Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan.
Dalam pertemuan virtual antara pemimpin negara anggota CSTO, Putin mengungkapkan, pengerahan pasukan ke Kazakhstan berhasil mencegah aksi kelompok bersenjata dalam merusak kekuatan dasar negara.
“Tentu saja, kami paham bahwa peristiwa di Kazakhstan bukanlah percobaan pertama campur tangan urusan dalam negeri negara anggota oleh kekuatan luar. Ini juga bukan percobaan yang terakhir,” ucap Putin pada Senin (10/1), dikutip dari Reuters.
Tentara Rusia turun dari pesawat militer, sebagai bagian dari misi penjaga perdamaian di tengah protes massal di Kazakhstan. Foto: Pertahanan Rusia/Handout melalui REUTERS
“Tindakan yang diambil oleh CSTO dengan jelas menunjukkan, kita tidak akan mengizinkan diganggunya situasi, dan [CSTO] tidak akan mengizinkan ‘revolusi warna’ terjadi,” lanjutnya.
Revolusi warna merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada gerakan protes, percobaan kudeta, atau pergantian kekuasaan yang terjadi di beberapa negara bekas Uni Soviet dan Yugoslavia.
ADVERTISEMENT
Kerusuhan yang terjadi pekan lalu menjadi yang terburuk selama sejarah Kazakhstan pasca-Soviet. Presiden Kassym-Jomart Tokayev bahkan melihat aksi ini sebagai percobaan kudeta.
“Militan bersenjata yang menunggu untuk beraksi di waktu yang tepat, ikut bergabung dalam aksi protes. Tujuan utamanya sudah jelas: Merusak tatanan konstitusi, menghancurkan institusi pemerintahan, dan pengambilan kekuasaan,” tegas Tokayev, sebagaimana dikutip dari AFP.
Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev. Foto: Reuters/Mukhtar Kholdorbekov
“Itu semua adalah percobaan kudeta,” imbuhnya.
Menurut Putin, situasi di Kazakhstan tak terjadi secara spontan dan hanya disebabkan oleh demo kenaikan harga LPG.
“Ancaman terhadap kenegaraan Kazakhstan timbul bukan karena aksi protes spontan dan unjuk rasa karena harga bahan bakar. Ini disebabkan oleh kekuatan internal dan eksternal yang mengambil kesempatan dalam kesempitan,” tegas Putin.
ADVERTISEMENT

CSTO Akan Segera Angkat Kaki

Putin berjanji, pasukan CSTO di Kazakhstan akan segera ditarik kembali begitu misi di Kazakhstan sudah selesai.
“Kontingen pasukan perdamaian CSTO telah dikerahkan ke Kazakhstan – dan saya ingin menekankan, ini hanya untuk waktu singkat,” ungkap Putin.
Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto: Sputnik/Aleksey Nikolskyi/Kremlin via REUTERS
Ia menyatakan, jika Presiden Tokayev merasa sudah tidak membutuhkan tenaga pasukan CSTO, kontingen koalisi militer tersebut pasti akan langsung dipanggil kembali.
Sebelumnya, Amerika Serikat—rival besar Rusia—sempat mempertanyakan kehadiran pasukan Rusia di Kazakhstan, yang saat itu masih panas. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berpendapat, kehadiran Rusia justru berpotensi menyebabkan masalah baru.
"Satu pelajaran yang terjadi dalam sejarah baru-baru ini, sekali Rusia ada di rumah anda, terkadang sulit untuk meminta mereka pergi," ucap Blinken seperti dikutip dari BBC.
Tentara Rusia dan kendaraan militer terlihat saat tiba di bandara Almaty, sebagai bagian dari misi penjaga perdamaian dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif, di Almaty, Kazakhstan. Foto: Pertahanan Rusia Ministry/Handout via REUTERS
"Tidak jelas kenapa mereka butuh bantuan dari luar. Jadi kami sedang mempelajari soal itu," papar dia.
ADVERTISEMENT
Panasnya situasi di Kazakhstan bermula dari demonstrasi damai soal kenaikan harga LPG, bahan bakar yang sangat krusial bagi warga Kazakhstan. Namun, demonstrasi berubah anarkis, salah satunya di kota terbesar, Almaty.
Puluhan orang dikabarkan tewas, dengan belasan aparat keamanan juga jadi korban jiwa. Sekitar 8.000 orang sudah ditahan pihak berwajib.