Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Jamaah Anshar Daulah (JAD) dan Rangkaian Teror Terhadap Polisi
26 Mei 2017 8:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Berdasarkan informasi dari pihak kepolisian, Kamis (25/5), kedua pelaku bom bunuh diri di Kampung Melayu pada Rabu (24/5) malam merupakan anggota jaringan Jamaah Anshar Daulah (JAD) Bandung Barat. Keduanya teridentifikasi bernama Ichwan Nurul Salam dan Ahmad Sukri.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, Kepala BNPT Suhardi Aliyus pernah mewanti-wanti perihal JAD ini. Ia menyebut kelompok ini terafiliasi dengan kelompok teror skala global dan patut diwaspadai. Senada dengan Kepala BNPT, Kabagmitra Div Humas Polri Kombes Awi Setiyono menyampaikan jaringan pelaku bom bunuh diri di Kampung Melayu terkait dengan ISIS.
Berdasarkan laporan berjudul “Country Weekly Report of International Centre for Political Violence and Terrorism Research”, jaringan Jamaah Anshar Daulah (JAD) yang sebelumnya dikenal juga sebagai Jamaah Anshar Khilafah Daulah Nusantara (JAKDN) ini didirikan pada Maret 2015.
Laporan edisi 27 December 2015 – 3 January 2016 yang dipublikasikan oleh S. Rajaratnam School of International Studies itu menyebut jaringan teroris yang didirikan di Indonesia itu terdiri dari anggota-anggota dari kelompok Tim Hisbah, Jemaah Islamiyah (JI), Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), Mujahidin Indonesia Timur (MIT), dan Mujahidin Indonesia Barat (MIB). Kelompok JAD disebut-sebut bertujuan untuk mengirimkan para pejuang untuk bergabung ke dalam ISIS.
ADVERTISEMENT
Ibadurahman alias Ali Robani alias Ibad, Yus Karman, dan Sugiyanto alias Gento yang merupakan para perencana rangkaian serangan pada 17 Agustus 2015 di Solo, merupakan para anggota jaringan JAD dari kelompok Tim Hisbah. Di Solo mereka berencana melakukan serangan di Pasar Kliwon, gereja, dan kuil di Solo. Rencana serangan yang menyasar para polisi itu didanai oleh Bahrun Naim, seorang pejuang ISIS asal Indonesia yang berkiprah di Suriah.
Aksi jaringan JAD semakin menjadi-jadi memasuki tahun 2016. Pada 14 Januari 2016, beberapa anggota jaringan ini melakukan serangkaian aksi teror di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Sasaran utamanya juga polisi. Satu orang pelaku teror meledakkan diri di depan pos lalu lintas Sarinah, seorang lainnya meledakkan diri di kafe Starbucks Sarinah dan dua orang lainnya sempat terlibat baku tembak dengan polisi sebelum akhirnya tewas ditembak pihak kepolisian.
ADVERTISEMENT
Selain 4 pelaku, ada 4 warga sipil lain yang menjadi korban tewas akibat serangan tersebut dan 25 lainnya mengalami luka-luka. Bahrun Naim yang terafiliasi dengan ISIS kembali dituduh sebagai otak pelaku serangan teror.
Sebelum kejadian di Sarinah, ISIS telah memberi peringatan kepada Indonesia pada pada Desember 2015. Mereka mengatakan akan ada konser di Indonesia yang akan menjadi berita internasional. Setelah kejadian bom di Sarinah, polisi kemudian menangkap puluhan orang yang diduga mengetahui dan terlibat dengan rencana aksi tersebut di beberapa daerah di Indonesia.
Usai di ibu kota, aksi teror kembali melanda kota Solo. Pada 5 Juli 2016, tepat sehari sebelum Idul Fitri, serangan bom bunuh diri terjadi di halaman Mapolresta Surakarta, Jawa Tengah. Atas serangan tersebut seorang polisi mengalami luka di bagian wajah. Adapun pelaku bom bunuh diri yang diidentifikasi bernama Nur Rohman ditemukan tewas dalam peristiwa tersebut.
ADVERTISEMENT
Nur merupakan buronan kasus teror di Bekasi sebelumnya pada Desember 2015. Kelompok teror Bekasi ini juga diduga merupakan dari jaringan JAD, sama seperti para pelaku bom di Sarinah, Thamrin.
Memasuki akhir tahun, tepatnya pada 23 November 2016 polisi menangkap seorang terduga teroris bernama Rio Priatna di rumahnya di Majalengka, Jawa Barat. Dari rumah Rio polisi menemukan sejumlah bahan peledak yang rencananya akan diledakkan di berbagai objek vital negara seperti Gedung DPR/MPR, Mabes Polri, Mako Brimob, tempat ibadah, stasiun televisi berita, dan beberapa kantor Kedutaan Besar pada akhir tahun 2016. Rio disinyalir merupakan bagian dari jaringan Bahrun Naim yang tidak lain merupakan kelompok JAD.
Bermula dari penangkapan Rio, Densus 88 kemudian melakukan penangkapan susulan terhadap beberapa terduga teroris lainnya yang tergabung dalam jaringan Bahrun Naim di Aceh Utara, Serang, dan Tangerang Selatan.
ADVERTISEMENT
Pada 21 Desember 2016 Densus 88 kembali menggerebek empat terduga teroris di wilayah Tangerang Selatan. Tiga di antaranya tewas ditembak karena dianggap mencoba melawan polisi.
Keempat terduga teroris di Tangerang Selatan itu juga diidentifikasi sebagai bagian dari jaringan JAD. Keempatnya ditangkap karena berencana melakukan aksi teror di pos polisi perempatan Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan.
Rabu (24/5) malam kemarin dua orang “pengantin” meledakkan dirinya di Kampung Melayu. Keduanya juga diidentifikasi oleh pihak kepolisian berasal dari jaringan JAD. Lagi-lagi targetnya adalah anggota polisi.
Ketika kelompok teroris Azahari telah dilumpuhkan, muncul kelompok baru seperti jaringan JAD. Namun tidaklah menutup kemungkinan sebagian orang yang berada di dua kelompok itu adalah orang-orang yang sebenarnya sama, hanya saja kini beroperasi dengan cara yang baru.
ADVERTISEMENT
Apa pun nama kelompok, perjuangan, maupun paham barunya, aktivitas terorisme selalu memiliki sifat yang sama, yakni menghancurkan kemanusiaan. Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat M. Cholil Nafis mengatakan pada Kamis (25/5), “Berdalih perjuangan dengan membunuh orang lain pada dasarnya dia telah membunuh kemanusiaan dan menghilangkan nilai perjuangannya.”
Pengertian sifat utama terorisme di atas itulah yang seharusnya dipahami oleh semua orang, terutama warga Indonesia, agar masing-masing warga dapat saling mengingatkan untuk tidak terjebak ke dalam aktivitas terorisme di Indonesia maupun di luar negeri.
Polri dalam berbagai kesempatan sudah menyatakan siap melawan berbagai aksi teror. Mereka tidak akan takut dalam menjalankan tugas.
"Kami polri dan TNI bersama-sama menjaga kemanan negara ini. Supaya negara yang sudah aman ini, tidak terporak porandakan oleh kelompok-kelompok tertentu yang ingin membuat negara dan situasi menjadi kacau," kata Wakapolda Metro Jaya Brigjen Suntana.
ADVERTISEMENT
Live Update
Mantan Menteri Perdagangan RI Tom Lembong menjalani sidang putusan praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (26/11). Gugatan praperadilan ini merupakan bentuk perlawanan Tom Lembong usai ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejagung.
Updated 26 November 2024, 10:01 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini