Jateng Bangun Ratusan Unit Rumah Tahan Gempa: Rumah Unggul Sistem Panel Instan

23 Oktober 2020 15:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rumah Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumah Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sebanyak 250 unit rumah tahan gempa dibangun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng), pada tahun 2020. Bangunan yang disebut Rumah Unggul Sistem Panel Instan (Ruspin) merupakan hunian tahan gempa, sehingga bisa meminimalisasi kerawanan yang diakibatkan bencana alam.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperakim) Provinsi Jawa Tengah, Arief Djatmiko mengatakan Ruspin didesain sebagai bangunan yang tahan gempa hingga kekuatan 9 skala richter (SR).
"Ruspin memang didesain tahan gempa. Bahkan hingga skala (SR) 9 masih kuat," kata Arief ditemui di ruang kerjanya di Jalan Madukoro, Kota Semarang, Senin (19/10/2020).
Dia menjelaskan, bangunan Ruspin memiliki konstruksi sederhana yakni hanya dirakit dan memiliki nilai rijid yang sangat kuat atau kaku yang bagus. Hal ini berdasarkan pada teknologi dari Pusat Penelitian Pengembangan Permukiman (Puslitbangkim) Pekerjaan Umum, yang menyatakan bangunan Ruspin bisa tahan gempa berkekuatan 9 SR.
Dia menuturkan, program ini merupakan salah satu program Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mengurangi backlog rumah di Jateng. Backlog adalah selisih antara jumlah kebutuhan hunian dengan jumlah ketersediaan hunian yang ada.
ADVERTISEMENT
Program ini diarahkan pada dua hal. Pertama, untuk memenuhi kebutuhan rumah. Kedua, untuk memanfaatkan teknologi Ruspin pada kawasan bencana. Secara teknis, Ruspin ini merupakan produk Puslitbangkim Pekerjaan Umum yang baru saja diluncurkan.
Pihaknya memilih Ruspin karena memiliki kepraktisan dan bisa dilakukan masyarakat secara umum. "Program ini baru saja di-launching di Jawa Tengah tahun 2020 ini," ujarnya.
Arief menuturkan program Ruspin ini di Jawa Tengah diperuntukan bagi warga miskin, karena ingin memenuhi kebutuhan rumah warga. Adapun secara teknis, rumah ini mudah dikerjakan sehingga tidak membutuhkan peralatan rumit, hanya alat sederhana, serta masyarakat miskin bisa mengerjakannya secara gotong-royong (komunitas) maupun sendiri.
Sementara untuk mekanisme perakitannya, Disperakim telah memberikan pelatihan terlebih dulu kepada penerima manfaat. Dia membeberkan lebih lanjut, teknologi Ruspin ini terdiri dari dua komponen yaitu komponen pembentuk kolom dan komponen penguat tegakan alur. Yang mana, saat dirakit bisa memakan waktu tiga hari dengan tiga orang tukang untuk pengerjaan bagian struktur bangunan. Setelah selesai, barulah dilakukan pembangunan lanjutan, baik berupa atap, dinding dan lantai. "Secara keseluruhan membutuhkan waktu tiga sampai empat minggu saja (waktu pengerjaan)," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Disperakim memilih dua pengerjaan Ruspin. Yaitu Ruspin Pembangunan Baru Mandiri untuk warga miskin yang kekurangan rumah (backlog), dan Pembangunan Baru Terdampak Bencana untuk daerah rawan bencana. Untuk pengerjaan Ruspin di daerah rawan bencana baru dilakukan di Kabupaten Purworejo dengan jumlah 11 unit rumah. Saat ini, untuk pengerjaan di Purworejo di daerah rawan bencana, ada bangunan yang sudah berdiri, dan ada yang sedang dalam proses pengerjaan.
Sedangkan Ruspin Pembangunan Mandiri untuk warga miskin dibangun di 15 kabupaten. Yaitu Purworejo, Wonosobo, Banjarnegara, Pemalang, Brebes, Blora, Rembang, Klaten, Sragen, Temanggung, Demak, Pati, Jepara, Kebumen, dan Grobogan. Saat ini untuk pengerjaannya sudah ada yang selesai, dan lainnya sedang dalam proses.
Arief juga menambahkan untuk pengerjaan, pihaknya terus melakukan pendampingan supaya kualitasnya tetap terjaga. Termasuk untuk bangunan Ruspin di titik bencana. Pihaknya berharap ke depan, Ruspin tidak hanya dibangun pemerintah provinsi tapi juga komunitas di masyarakat yang peduli dengan masalah rumah. Hal itu sesuai dengan tagline Jateng Gayeng Bangun Omah Bareng.
ADVERTISEMENT
Di lain sisi, penerima manfaat Ruspin menyambut gembira dengan peluncuran program. Salah satunya mereka yang terdampak bencana tanah bergerak di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Kegembiraan mereka beralasan, yakni tak lagi khawatir akan dampak tanah bergerak usai mendapat bantuan rumah tahan gempa dari Pemprov Jateng.
Satu di antaranya adalah Wagiman, warga Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Donorejo merupakan salah satu titik yang beberapa kali terkena bencana tanah bergerak. Sejumlah rumah masih dibiarkan rusak akibat dampak bencana. Ada juga warga yang bersiap menempati Ruspin. Wagiman, pria 58 tahun ini amat bersyukur mendapat bantuan.
Saat ditemui di rumahnya, Wagiman tak henti-hentinya sibuk membersihkan bangunan Ruspin. Tampak, rumah barunya telah berdiri. Dia bersama cucu laki-lakinya, membersihkan sampai merapikan bangunan. Senyumnya semringah. Rumah yang baru berdiri itu, tengah disiapkannya agar bisa ditinggali bersama anggota keluarga lain. Sebab rumah lamanya yang berjarak sekitar 300 meter, tak lagi aman. Mengingat, sewaktu-waktu tanah bergerak berpotensi kembali terjadi. Khususnya, saat hujan lebat. Dampak bencana tanah bergerak telah membuat bangunan rumah lamanya rusak. Seperti kerusakan pada dinding, lantai retak, serta bangunan kamar mandinya miring.
ADVERTISEMENT
Kini, dia merasa bersyukur bisa mendapatkan bantuan Ruspin. "Senang sekali. Pokoknya gembira sekali. Tinggal di atas (rumah lama) kena bencana dari tahun 2013, terus 2017, itu kena bencana tanah bergerak. Jadi saya takut sekali. Soalnya nanti, tahu-tahu rumah saya ambruk," kata Wagiman ditemui di rumahnya yang baru, Kamis (22/10/2020).
Diceritakannya, jauh sebelum mendapatkan rumah bantuan, dia berupaya keras mencari lahan aman. Tujuannya untuk mendirikan rumah darurat berbahan kayu, yang nantinya akan menjadi tempat tinggal. Namun belum sempat ditempati, dia malah mendapatkan bantuan rumah. "Alhamdulillah dapat dari pak Gubernur rumah Ruspin ini. Saya senang sekalilah," ucapnya haru.
Dia mengaku ikhlas meninggalkan rumah lamanya dan tinggal di Ruspin. Dia berharap rumah barunya akan aman ditempati. Ada banyak kenangan di rumah lamanya. Seperti saat tanah bergerak terjadi. Seketika sejumlah bagian dinding rumahnya retak. Ketika itu, keluarga merasa khawatir tertimpa bangunan. Dalam kondisi kalut, mereka bertahan sambil mencari tanah yang aman.
ADVERTISEMENT
Saat ini, dia siap menempati rumah baru. Karena itulah, pria yang kesehariannya menjadi pemetik kelapa, menatanya. Seperti halnya akan menata supaya tersambung aliran listrik. Oleh karenanya dia sementara tinggal di rumah lama sampai rumah barunya siap huni. Meski dia menyadari jika ancaman tanah retak masih terjadi. Tapi dia sudah siap berlari ke rumah barunya. "Terima kasih pak gubernur rumah Ruspinnya. Mudah-mudahan ditempati saya, aman," harap pria yang sehari-hari sebagai pemetik buah kelapa.
Karno Wiyono (85), warga terdampak tanah bergerak lain yang juga penerima bantuan Ruspin, menuturkan jika saat ini dirinya telah memilih meninggalkan rumah lamanya. Sebab selain tanah bergerak berdampak pada keretakan parah bangunan, juga tak lagi aman dihuni. "Bangunan (rumah lama) sampun (sudah) retak-retak," kata Karno yang mendirikan Ruspin di dekat hutan pinus di Desa Donorejo saat ditemui di rumah baru.
ADVERTISEMENT
Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) Ruspin Desa Donorejo, Ardian Pratikto menambahkan di desanya ada 11 unit bantuan Ruspin. Sebab, ke 11 rumah warga itu mengalami kerusakan akibat tanah bergerak. Ada yang rusak parah, dan ada yang sekadar retak-retak.
"Tanahnya sudah longsor. Retak-retak. Sebagian (warga) sudah pindah dan sebagian masih ditempati. Kalau hujan deras, mereka evakuasi di lokasi yang aman seperti musala, atau ke rumah (Ruspin) yang sudah dibangun," kata Ardian di lokasi.
Adapun penerima manfaat Ruspin tidak hanya mereka para warga terdampak tanah bergerak, tapi juga mereka kalangan miskin. Satu di antaranya adalah Komarudin (55) warga Kelurahan Sucenjuru Tengah, Kecamatan Bayan, Purworejo.
Komarudin bersama keluarga selama ini tinggal di rumah orang tuanya. Kini, dia mendapat bantuan rumah tahan gempa yang lokasinya berdekatan dengan rumah yang ditinggalinya semula. "Saya senang telah mendapatkan bantuan dari pak gubernur. Karena selama ini berangan-angan ingin punya rumah," kata pria yang bekerja sebagai petani ini.
ADVERTISEMENT
Rasa bersyukur juga tak henti-hentinya terucap dari mulut penerima manfaat lain di kabupaten tetangga, Wonosobo. Adalah Budi Setyanto (29) warga Desa Reco, Kecamatan Kertek. Dia merasa bersyukur atas bantuan rumah itu. Sebab semula, dia bersama keluarga tinggal di rumah bekas kandang sapi. “Tanah milik desa. Kandang sapi tadinya, saya buat rumah, saya tinggali bersama anak dan istri,” kata Budi ditemui sedang membagun Ruspin bersama rekannya.
Warga Desa Reco lainnya, Triyono (50) akhirnya juga bisa memiliki rumah sendiri. Setelah lama dirinya bersama keluarga tinggal di rumah orang tua. Ruspinnya telah berdiri. Hanya menyisakan penyempurnaan seperti di bagian lantai, atap, listrik, dan lainnya.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
ADVERTISEMENT