JDN IDI Ungkap Cara Putus Rantai Bullying: Dokter PPDS Digaji, Jam Kerja Diatur

21 Agustus 2024 17:06 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi dokter. Foto: PopTika/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dokter. Foto: PopTika/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Koordinator Junior Doctor Network (JDN) IDI, Tommy Dharmawan, bicara soal cara menumpas bullying di kalangan dokter mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). JDN IDI adalah wadah besutan PB IDI bagi dokter usia 40 tahun ke bawah.
ADVERTISEMENT
Menurut Tommy, perlu ada tata kelola yang baik sehingga menutup celah bullying.
"Tentu saja tadi PPDS digaji, pola tata kelola yang baik, sehingga semua tahu definisinya dan semua tahu sanksinya, PPDS digaji, PPDS diatur jam kerjanya, dan ada hotline pelaporan yang aman, dan semuanya dimintigasi dengan kasus yang tidak berat sebelah penanganannya," kata Tommy dalam konferensi pers secara daring, Rabu (21/8).
"Isunya jangan hit and run, jadi harus dengan tata kelola yang baik, sanksi yang tegas, sehingga dilakukan dengan tidak berat sebelah," sambung dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular (Sp.BTKV) ini.
Terkait gaji, Tommy menyebut Indonesia merupakan satu-satunya negara yang dokter PPDS-nya tidak digaji. Padahal di negara tetangga saja, Malaysia, dokter PPDS digaji hingga Rp 15 juta per bulan.
ADVERTISEMENT
Sementara, saat ini Tommy menjalani training di Universitas Nasional Singapura (NUS). Dia digaji sebesar SGD 2.650 atau sekitar Rp 41 juta.
Kemudian, lanjut Tommy, jam kerja seharusnya tidak lebih dari 80 jam per pekan. Bisa lebih dengan catatan untuk mengejar kompetensi.

Dokter Umum Bayaran Tukang Parkir

Dalam kesempatan yang sama, Tommy menyinggung soal nasib dokter yang gajinya kecil. Biasanya terjadi terhadap dokter umum.
"Bayangkan dokter umum saja itu penghasilannya rata-rata UMR saat ini, jadi akhirnya mereka mau melanjutkan dokter spesialis, dibayar oleh BPJS hanya Rp 2.000 atau Rp 3.000 untuk satu pasien untuk dokter umum di layanan BPJS, bayangkan tukang parkir aja sekarang kita bayar Rp 5.000 ya," kata Tommy.
ADVERTISEMENT
"Jadi ini miris sekali kita lihat dan juga pola misalnya teman-teman dokter umum," sambungnya.
Terlebih bagi mereka yang bekerja di daerah terpencil, perbatasan, ataupun di daerah konflik. Kondisinya lebih menantang.
"Luar biasa kalau kita dengar ada beberapa kasus dokter puskesmas di Papua sana yang alami kekerasan fisik ya, dan gangguan keamanan, dan itu juga jadi faktor yang kami suarakan," ucapnya.
"Supaya jangan, 'ini dokter spesialis terus yang disuarakan, dokter umumnya nggak pernah disuarakan', padahal dokter umum ini juga gajinya ya kasihan juga kalau kita lihat di daerah-daerah," pungkasnya.