Jejak 3 Hacker Buruan FBI di Kampus Stikom Surabaya

15 Maret 2018 10:35 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rilis mengenai kejahatan Cyber Crime (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rilis mengenai kejahatan Cyber Crime (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Teka-teki latar belakang tiga orang asal Surabaya, Jawa Timur, yang dibekuk The Federal Bureau of Investigation (FBI) atau Biro Investigasi Federal Amerika Serikat dan Polda Metro Jaya mulai terkuak. Ketiganya terdaftar sebagai mahasiswa aktif di STIKOM Surabaya, Jalan Raya Kedung Baruk 98 Rungkut.
ADVERTISEMENT
Head of Public Relation STIKOM Surabaya Sugiharto Adhi Cahyono membenarkan kabar tersebut. "Memang benar demikian. Kami malah baru tahu (penangkapan tiga mahasiswanya, red) waktu mendapat kabar dari teman-teman wartawan. Ketiganya ditangkap Minggu (11/3)," ujar pria yang akrab disapa Adhi ini kepada kumparan (kumparan.com), Kamis (15/3).
Meski demikian, dia mengaku belum mendapat konfirmasi resmi dari pihak kepolisian termasuk dari Polda Jatim. "Belum ada dari Polda Jatim atau mana pun yang menghubungi kami, sampai hari ini juga belum dimintai keterangan, kami masih menunggu itu,” ujar Adhi.
Adhi menyebutkan, tiga mahasiswa yang dimaksud adalah Katon Primadi Sasmitha (21) warga Jalan Kupang Krajan-Sawahan-Surabaya, Nizar Ananta (21) warga Jalan Pucang Timur Gubeng Surabaya dan Arnold Triwardhana Panggau (21) asal Banyuwangi yang berdomisili di Krembangan.
ADVERTISEMENT
Sugiharto mengungkapkan, ketiga hacker ini mahasiswa angkatan tahun 2015. Maka, ketiganya masih duduk di semester 6 jurusan teknologi informasi sistem informatika. Namun demikian, Adhi menyatakan ketiga mahasiswa itu tak pernah berbuat nyeleneh saat beraktivitas di kampus.
"Kalau dilihat kepribadian mereka tidak pernah melakukan pelanggaran," ujarnya.
Adhi menilai ketiga mahasiswa tersebut tergolong rajin dan memiliki nilai akademis baik. Terbukti, ketiganya memiliki IPK 3 dan dengan catatan tergolong baik.
"Jujur saja sempat kaget mendengar berita itu, karena mereka itu tergolong mahasiswa dengan nilai akademisi yang tergolong cukup," kata Sugiharto.
Adhi menduga, aksi peretasan atau penyimpangan lainnya dikarenakan terpengaruh aktivitas di luar kampus. "Mungkin ada pengaruh dari luar atau komunitas tertentu yang mereka ikuti," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Seperti diberitakan, ketiga mahasiswa ditangkap atas bantuan Polda Metro Jaya dengan tuduhan telah meretas 600 situs dan sistem di 44 negara.