Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Jejak Pendidikan Dwi Hartanto di Kampus IST AKPRIND Yogyakarta
10 Oktober 2017 16:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
![Dwi Hartanto (Foto: Dok. Dwi Hartanto)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1503116751/jyhtfdq0hilprwjinjb3.png)
ADVERTISEMENT
Dwi Hartanto membuat geger dengan mengaku telah melakukan serangkaian kebohongan. Salah satunya Dwi mengaku sebagai lulusan Tokyo Institute of Technology. Padahal, dia merupakan lulusan Institut Sains dan Teknologi AKPRIND. IST AKPRIND adalah kampus swasta di Yogyakarta yang mengantongi akreditasi B.
ADVERTISEMENT
Rektor IST AKPRIND Amir Hamzah mengatakan, Dwi resmi menjadi mahasiswa IST AKPRIND pada 2001. Dia terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Informatika.
Semasa kuliah, pria kelahiran 13 Maret 1982 terus menunjukkan tanda-tanda positif. Amir mengatakan, pria kelahiran Madiun itu merupakan salah satu mahasiswa yang sangat pintar. Dwi juga sangat cepat menerima pelajaran yang disampaikan para dosen.
"Anaknya rajin, dia juga jadi asisten lab. Menurut dosen pembimbing, anak ini sangat cepat dalam menerima pelajaran," kata Amir pada kumparan (kumparan.com), Selasa (10/10).
![Dwi Hartanto (Foto: Dok. Dwi Hartanto)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1499137560/d7npw6t8wuss8qdobof2.jpg)
Amir mengungkapkan, pria asli Madiun itu juga menjadi bagian dari Tim Robotic IST AKPRIND. Tim ini pernah mengikuti kompetisi robotic nasional pada 2005. Hanya saja, robot pemadam kebakaran yang menjadi andalan hanya bisa meraih juara harapan.
ADVERTISEMENT
"Robot pemadam kebakaran ini juga diangkat menjadi skripsi oleh Dwi," imbuh dia.
Amir memang tidak tahu persis keseharian Dwi selama menjalankan studi di IST AKPRIND. Saat itu, Amir tengah menyelesaikan S3 sehingga tidak tahu persis keseharian Dwi selama di kampus.
"Yang saya tahu dia hanya terlibat kelompok robotic itu saja," lanjut Amir.
Meski tidak tahu persis keseharian Dwi, Amir dan para dosen tahu betul soal kecerdasan Dwi. Dia bisa lulus setelah 4 tahun kuliah.
"Dia masuk 2001, lulus 2005. Lulus tepat waktu saja di sini sudah prestasi. Terlebih IPK saat itu 3,88 dan menjadi lulusan terbaik," ungkap dia.
Namun, prestasi itu kini seperti tak ada artinya. Dwi mengungkapkan segala kebohongan yang sudah dilakukannya, terutama soal prestasi, penelitian, hingga temuan-temuan yang sempat dipublikasi oleh Dwi.
ADVERTISEMENT
Akibat pengakuan itu, KBRI Deen Haag mencabut penghargaan yang diberikan kepada Dwi Hartanto berdasarkan Keputusan Kepala Perwakilan RI untuk Kerajaan Belanda Nomor SK/029/KEPPRI/IX/2017 tentang Pencabutan Keputusan Kepala Perwakilan RI untuk Kerajaan Belanda SK/023/KEPPRI/VIII/2017 tentang penghargaan kepada Dwi Hartanto.